Chapter 11

38.7K 1.2K 11
                                    

Tulisan miring itu tandanya flashback mereka, yak!

Happy Reading💚

•••

Sepanjang hari itu Shiena terus-terusan bungkam. Suasan hatinya masih memburuk meski Malik sudah memberi penjelasan. Tetap saja dia merasa kurang beruntung memilih seorang suami. Ini bukan soal Shiena sudah jatuh hati mangkanya dia terluka, tetapi ini soal harga dirinya.

“Percaya sama saya, kamu yang pertama.”

Malam ini, di dalam kamar pengantin mereka, Malik masih berusaha meyakinkan sang istri. Sadar betul kondisi mental istrinya masih memburuk.

“Tapi Abang udah pernah gituan sama mantan Abang itu,” bantah Shiena sangat ingat betul ucapan Malik pagi tadi.

“Hei... ucapan Diandra jangan terlalu di ambil hati,” Malik menggiringnya duduk di kasur. “Oke, saya ngaku salah. Tapi itu kejadiannya udah lama. Sebelum ada kamu.”

“Itu pacar Abang, kan?” Malik hanya diam menatapnya dan keterdiaman itu Shiena anggap 'iya'. “Terus kenapa Abang milih nikahin, Shi, kalau Abang sama pacar Abang itu sudah berhubungan badan?!”

“Kami nggak sampai kesana, Shi!” bantah Malik.

“Ya, terus apa namanya kalau gitu? Coba jelasin ke Shi biar ngerti,” tuntutnya.

“We're kissed and make out. Just little bit, okay?” ungkap Malik akhirnya. Percuma juga menyangkal karena memang seperti itu situasinya. Dan kini hanya meninggalkan penyesalan setelah akhirnya bukan wanita itu yang menjadi istrinya. “It's normal, Shi. Kami pacaran dan... ya... kami waktu itu pikir hampir mau menikah juga.”

“Apa itu karena gara-gara, Shi, makanya Abang nggak jadi menikahi wanita yang Abang cintai itu?” Shiena berusaha tegar dan pura-pura tidak terluka. Padahal hatinya sudah meneriakinya untuk menampar sekali saja pipi pria di depannya.

“Sama sekali bukan, Shiena. Kami hanya nggak berjodoh.”

Jawaban klasik sebenarnya, tapi Shiena biarkan saja itu berlalu.

“Terus soal yang 'itu' Abang ngapain aja sama wanita itu dan dimana?” Shiena harus mendengar penjelasan detailnya meski harus berdarah-darah hatinya.

“Shiena!”

Panggilan itu kembali menyadarkan Shiena dari ingatan beberapa jam lalu. Menatap pedih wajah suaminya. Ingin menegaskan bahwa dia benar-benar terluka.

“Shi nggak tau harus bagaimana... baru sehari lho, Bang kita nikahnya, masa–” kalimat yang hendak di lontarkan kembali Shiena telan bulat-bulat. Tercekat oleh pikirannya sendiri.

Tanpa suara, Malik langsung saja menarik istrinya masuk ke pelukannya. Tubuh gemetar Shiena sudah mengindikasi bahwa istrinya terisak di sana. Pelukan erat di bahu dan pinggang istrinya semakin mengerat seiring isakan itu berubah menjadi tangisan keras.

“A-ku nggak mau mikir yang lain, tapi aku nggak bisa kontrol pikiranku sendiri. A-ku jaga diri aku buat suamiku, tapi Abang nggak bisa jaga diri Abang buat istrinya Abang,” suara Shiena terputus-putus ketika mengungkapkan isi hatinya. Semakin dia berpikir, isakannya semakin keras pula.

Malik meregangkan pelukannya. Telapak besarnya di bawa menuju rahang istrinya, memaksanya mendongak menatap kedua matanya. Netranya berpendar mencari dan berusaha meyakinkan sang istri.

“Dengar... masa lalu saya memang buruk dan saya tahu masa lalu saya tidak mungkin saya rubah. Tapi saya yakin di masa depan saya pastikan akan selalu berusaha mencintai, mengasihi dan menyayangi kamu sebagai istriku. Itu janji saya pada diriku dan Tuhan setelah melamar dan akad kemarin,” tegas dan tepat Malik ikrarkan janjinya untuk sang istri.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang