Chapter 16

27.8K 1K 18
                                    

Malik baru saja pulang dari klinik ketika ponsel di saku celananya berdering. Dengan cepat dia merogoh sakunya penasaran apakah panggilan kali ini berasal dari sang istri yang sudah dua minggu ini sudah terjun lapangan di pulau terpencil. Dan terhitung dua minggu itu mereka sangat jarang berkomunikasi sebab jaringan Shiena kurang bagus.

Melihat nama si pemanggil yang ternyata bukan seperti apa yang di harapkan, melainkan dari Tante Ratna. Malik menghela napas gusar ketika nama itu kembali muncul di layar ponselnya setelah beberapa waktu absen sejak pembicaraan mereka yang terakhir.

Mengingat betapa buruknya komunikasi mereka waktu itu membuat Malik menerka-nerka ada masalah apa lagi kali ini Tantenya menelepon. Tak ingin membuat Tantenya menunggu lama, dia segera menggeser layar hijau dan menempelkan di telinga.

“Assalamualaikum, halo. Sibuk?” sapa Tante Ratna dari seberang.

“Waalaikumsalam, Tan. Malik baru pulang klinik. Ada apa tante?” tanyanya berterus terang.

“Ada apa... Ada apa! Emang harus kenapa-napa dulu baru telepon kamu?” gerutunya.

Malik terpejam sembari menghela napas diam-diam. Lelah fisik dan mental sungguh nyata dirasakannya kini.

“Maksud Malik cuma tanya kabar, Tante. Enggak ada maksud lain,” ujarnya sedikit membela diri.

“Harusnya kamu tanya 'Tante apa kabar' bukan tanya 'ada apa'. Kamu paham Malik? ... Lagi pula semenjak menikah kamu sudah berubah.”

“Enggak ada hubungannya Tante. Malik tetap Malik yang dulu. Baik sebelum atau sesudah menikah.”

Terdengar gerutuan dari sana sebelum Tante Ratna memberitahunya sesuatu sebelum mematikan sambungan.

“Kalau kamu libur nanti, jangan lupa pulang. Ke rumah Tante. Enggak ada penolakan lagi. Assalamualaikum!”

Waalaikumsalam, batinnya membalas sembari menatap nanar layar ponselnya yang sudah gelap.

Berbicara tentang Tante Ratna ... Malik sangat menghargai dan menghormati kakak kandung dari ibunya itu. Karena tanpa jasa Tante Ratna, Malik yakin dirinya tidak akan berada di posisi saat ini.

Orangtuanya bukan keluarga kaya raya, namun masih sanggup membiayai hidupnya dan adik-adiknya. Hingga sampai suatu ketika, ekonomi keluarga mereka menurun. Mau makan pun mereka masih kekurangan. Sempat hampir putus sekolah Malik saat itu sebelum bala bantuan datang berwujud Tante Ratna.

Tante Ratna adalah perempuan mandiri dan sukses. Namun kesuksesan itu tanpa disadarinya ditukar dengan statusnya yang masih sendiri. Belum menikah dan tanpa anak. Oleh karena itu, ketika melihat adiknya sedang terpuruk, Tante Ratna pun mengulurkan tangan membantu adiknya, yakni ibunya Malik. Tapi dengan syarat, Malik harus menjadi anak angkatnya dan menuruti semua perintahnya.

Karena keadaan saat itu mendesak, akhirnya kedua orang tuanya pun setuju. Begitu juga dengan Malik yang suka rela berpindah akta keluarga dan menjalani kehidupan barunya bersama Tante Ratna.

Malik tahu tidak ada yang gratis di dunia ini. Akan selalu ada imbalan dari suatu pemberian, termasuk situasinya bersama Tante Ratna. Bahkan Malik sudah setua ini dan berhasil jadi dokter pun, Tante Ratna masih selalu merasa ada yang kurang dari Malik.

Terkadang Malik merasa berdosa karena berharap wanita tua itu segera dijemput ajalnya agar berhenti merecoki hidupnya.

•••

“Kamu mentang-mentang sudah sukses, mandiri terus merasa enggak butuh Tante lagi, kamu enggak pernah pedulikan Tante.”

Penuturan panjang yang diucapkan Tante Ratna ketika akhirnya Malik dapat libur dan berkunjung ke rumah sauadara ibunya itu.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang