Chapter 6

40.7K 1.3K 14
                                    

Ternyata waktu dua minggu itu sangat singkat. Rasanya baru kemarin Malik dan Shiena berbincang berdua, tiba-tiba hari yang pria itu janjikan akhirnya datang juga.

Shiena pikir dalam dua minggu kemarin itu bisa dia ubah pikiran Malik untuk menikahinya. Tapi, pria itu tetap berkeras dengan keinginannya. Bahkan pria itu sempat mengancam ingin mengadu pada orang tuanya. Tentu Shiena tidak segila itu membiarkan hal itu terjadi.

Namun, ada satu kejadian yang membuat Shiena akhirnya dengan terpaksa menerima kehadiran Malik.

Kejadian itu satu minggu yang lalu, ketika tiba-tiba saja Ibunya datang menyambangi kosnya. Seorang diri dengan naik mobil travel. Bayangkan Ibunya yang sudah berumur harus menempuh jarak lima jam dari kampung ke kota demi membujuknya untuk menerima lamaran Malik.

Saat Shiena bertanya darimana Ibunya itu tahu kalau Malik melamarnya, jawaban Ibunya sungguh membuat Shiena syok.

“Nak Malik yang datang sendiri ke rumah dua hari yang lalu. Dia bilang kalau mau lamar kamu secara resmi seminggu lagi.”

Tindakan Malik sanggup membuat Shiena chaos setiap harinya. Pria itu tanpa peringatan terlebih dahulu ternyata sudah mengambil tindakan.

Shiena sempat memberi alasan bahwa dia masih kuliah dan apalagi sebentar lagi akan sibuk skripsi. Tentu menikah di semester akhir bisa menambah beban di pundaknya. Hamil sambil urus skripsi dan urus suami tentu bukan pekerjaan yang mudah.

“Ibu juga bilang ke nak Malik kalau kamu nggak lama lagi lulus dan Ibu tanya baik-baik, apa dia mau tunggu kamu lulus kuliah dulu baru nikah. Tapi, nak Malik nggak mau. Katanya niat baik harus di segerekan,” kepala Ibunya saat itu tertunduk dalam. Ada kebimbangan di mata Ibunya saat itu. “Karena nak Malik ngomong begitu, jadi Ibu sungkan lagi mau tolak. Kamu tau sendiri kan nak Malik itu beberapa kali datang ke rumah buat lamar kamu, tapi jawaban kamu selalu masih mau sekolah.”

Ini ketiga kalinya kalau Shiena tidak salah ingat Malik datang melamarnya. Saat itu Shiena punya jawaban mutlak yang siapa pun tidak bisa menentang. Tetapi, sepertinya lain cerita lamaran ketiga Malik saat ini. Jawaban andalan Shiena tidak lagi mempan. Malah dia di buat kicep oleh Ibunya.

“Pamali, Shi, nolak lamaran orang tiga kali. Kamu mau jadi perawan tua?”

Perawan tua apaan! Jelas-jelas dia sekarang hamil meski tetap masih perawan juga, sih!

Shiena tersentak kecil dari lamunan ketika terdengar suara orang-orang di luar kamar saling bergurau membantu acara lamarannya nanti malam. Sebenarnya Shiena baru tiba di kampung halamannya pagi tadi. Hari sabtu dan minggu dia tidak ada mata kuliah.

Rasanya Shiena masih mimpi bahwa lamaran nanti malam adalah acaranya. Namun, Shiena tersadar ketika tadi sempat melihat ruang tamu sudah di sulap dengan dekorasi cantik dan ada namanya terpajang disana.

Shiena & Malik
Engagement

Pemandangan itu sungguh membuat Shiena beberapa kali harus menghela napas keras. Umur dan profesi pria itu tidak cocok dengan kepribadian Shiena yang suka overthinking.

Perbedaan umur yang sangat jauh pasti sangat sulit nantinya bagi Shiena untuk beradaptasi dengan pria sangat matang seperti Malik. Pemikiran pria 40 tahun itu pasti sudah terasah tajam daripada pemikiran gadis muda 21 tahun seperti Shiena.

Begitu pun, profesi Malik yang seorang dokter. Sudah bisa Shiena bayangkan bagaimana kehidupan rumah tangganya kelak bersama pria sibuk seperti Malik. Nanti akan ada masanya Shiena membutuhkan kehadiran Malik di sisinya full time, tetapi karena pekerjaan yang menjadi prioritas utama pria itu mau tidak mau harus merelakan kepergian pria itu.

Dan paling utama dari dua point di atas adalah kenyataan pria itu seorang dokter obgyn. Satu sisi keahlian pria itu bermanfaat untuk Shiena karena bisa memantau perkembangan janin di perutnya, tapi di saat yang bersamaan pula pria itu harus juga memantau perkembangan janin wanita lain. Aish!

•••

Selesai isya Malik dan sekeluarga tiba di kediaman Sheina. Senyum bahagia tiada henti terpasang di wajah kedua pihak keluarga. Sangat berbanding terbalik dengan raut masam yang Shiena tampilkan.

“Kenapa masih merengut gitu mukanya? Tadi saja senyum pas di lamar, masa udah jutek lagi.”

Sheina melirik sebal kepada Malik yang malam ini mengenakan kemeja batik yang senada dengan rok yang di pakainya. Walau pertunangan malam ini agak terpaksa, tetapi Shiena masih mau turun tangan sendiri mengurus pakaian yang di gunakan di momen seperti ini. Karena jangan sampai dia menyesal di kemudian hari jika dia masih bersikap bodoh amat.

Termasuk kemeja batik yang Malik kenakan malam ini pun atas campur tangan Shiena. Bayangkan betapa sibuknya Sheina mencari penjahit yang mau mengerjakan baju pertunangan mereka dengan waktu singkat. Tiga hari, bayangkan saja.

Untungnya Sheina ketemu sehingga malam ini mereka mengenakan pakaian couple. Sheina sempat merasa sedih ketika dia tidak bisa mengukur bajunya sesuai badan. Seperti keinginannya dulu yang ingin memakai baju kebaya modern yang pas body. Sheina ingin memamerkan lekuk tubuhnya di balik bajunya.

Sayangnya, harapan itu musnah ketika Sheina di lamar dalam kondisi berbadan dua. Dan untuk menyembunyikan perut buncitnya itu, Sheina memberitahu tukang jahit untuk di buatkan seperti model gamis saja.

“Abang! Shiena!” datanglah Diandra di hadapan mereka. “Sana di suruh foto prewed sekalian.”

Acara lamaran sudah selesai lima belas menit lalu. Tukaran cincin sudah, foto bareng kelurga juga sudah. Nah, ini foto apalagi?

“Foto prewed masa gini?” dumel Sheina. Meski begitu dia tetap menuruti.

“Katanya mau bikin video dokumentasi juga. Itu kan kamu yang minta sendiri sama Mba Nad,” Mba Nad yang di sebut Diandra ini adalah seorang fotografer.

Sheina memilih diam tidak menanggapi. Dia berjalan menuju halaman belakang rumahnya dengan Malik yang mengekor di belakangnya.

“Foto prewed dulu, yuk. Setelah itu kita buat video dokumentasi lagi. Soalnya video tadi masih kurang,” saran Mba Nad ketika melihat Shiena dan Malik mendekat.

Rumput hijau dengan beberapa tanaman hias menjadi latar belakang foto prewed Shiena dan Malik. Keduanya berdiri bersampingan tetapi, masih berjarak. Tangan mereka saling menggenggam sesuai arahan Mba Nad.

Foto kedua, Shiena berdiri dan Malik tepat berada di belakangnya masih tetap berjarak juga.

Dan foto ketiga, mereka mulai berdekatan. Shiena di beri arahan untuk sedikit menyerong dan menaruh kedua telapak tangannya di perut. Di ikuti Malik yang tanpa disuruh, tiba-tiba sudah mendaratkan kedua telapak tangannya di perut Shiena.

Tubuhnya menegang ketika merasakan belaian lembut tangan Malik di atas perutnya. Gerakan itu di buat tidak terlalu kentara. Bahkan ketika Shiena melirik ke arah Mbak Nad dan pintu rumahnya, elusan itu tidak berhenti dan untungnya tidak ada yang menyadari.

“Bang!” bisik Shiena lirih memberikan pria itu peringatan.

Kehamilan Shiena masih tertutup rapat. Tidak ada yang mengetahui selama ini selain dia sendiri, Malik dan Diandra. Shiena tidak siap memberitahu orang tuanya. Entah sampai kapan kehamilannya ini bisa di sembunyikan. Tetapi, yang pasti kebohongannya lambat laun akan terendus juga.

“Tangan, Bang!” belaian itu sudah berhenti tapi, malah terganti dengan elusan jempol dari Malik.

“Perut kamu tegang, Shiena.”

“Itu gara-gara Abang!” sungut Shiena tidak mau kalah.

Sepanjang foto dan video dokumentasi itu, wajah Shiena tidak berhenti memberengut. Entah bagaimana ekspresinya nanti di kamera. Semoga saja senyum pura-pura bahagianya masih bisa tertangkap kamera Mba Nad.

•••

•to be continued•

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang