Chapter 8

36.4K 1.3K 9
                                    

Menjelang hari H pernikahan, Shiena mendapat kabar dari Ibunya kalau beliau sudah tahu tentang kehamilannya yang tidak biasa ini. Ibunya tahu sendiri gara-gara melihat gelagatnya yang anehnya mirip perempuan hamil.

Dan ketika Shiena hendak jujur, lagi-lagi dia keduluan dengan Malik yang ternyata sudah lebih dulu memberitahu. Padahal di dalam pejanjian tak tertulis, mereka sepakat akan memberitahu orangtua masing-masing. Tapi, Malik malah mengingkari.

Pria tua ini benar-benar tidak bisa di pegang omongannya. Sebentar A, besoknya C.

Shiena hampir mengeluarkan umpatan ketika adiknya—Safira mengiriminya pesan bahwa Ibunya sempat drop karena mengetahui hal ini.

Safira
Mbak, Ibu masuk rumah sakit

Itu pesan adiknya sejam yang lalu. Tentu Shiena kaget bukan main mendapat kabar buruk itu. Dia yang berada di luar bersama Diandra buru-buru menyelesaikan urusan dengan EO. Padahal masih banyak lagi yang harus di diskusikan, tetapi mendengar Ibunya masuk rumah sakit, mau tak mau Shiena menyelesaikan urusannya secepat mungkin.

“Kita lanjut di WA aja, ya, Mba. Saya buru-buru soalnya.”

Pihak EO yang sedikit bingung dengan sikap Shiena hanya mengerutkan kening, namun tak urung mengangguk juga.

“Ada apa, Shi?” Diandra yang sedari tadi diam dan hanya mengikuti sahabatnya setengah berlari keluar ruangan EO melontarkan pertanyaan

“Ibu drop masuk rumah sakit, Di. Ayo cepet kesana,” tukas Shiena masuk ke mobil sahabatnya.

•••

“Bang Malik ngasih tau Ibu kalo Mbak Shi hamil. Makanya itu Ibu langung drop saat itu juga.”

Kabar buruk itu semakin membuat Shiena meradang mendengarnya. Kenapa juga, sih, pria itu suka sekali mencampuri segala urusannya?

Namun, kalimat adiknya berikutnya semakin membuat bibirnya terkatup rapat.

“Sebenarnya, tanpa Bang Malik kasih tau pun, Ibu sudah tau, Mbak. Ibu kadang curiga dan tanya aku, tapi nggak aku gubris. Disitu Ibu masih berpikir positif sampai tadi pagi Ibu nggak sengaja liat perut Mbak di kamar, Ibu kaget,” Safira menahan kalimatnya melihat reaksi kakaknya yang mematung. Tatapannya begitu kosong. Mau kasihan, tapi mau bagaimana lagi. “Terus Ibu tanya sama Bang Malik. Lama Ibu menuntut jawaban dari Bang Malik, akhirnya Abang mau jujur. Disitu Ibu langsung pingsan.”

Kebenaran itu membuat Shiena menundukkan kepala semakin dalam. Tidak menyangka rahasianya harus terungkap secepat ini.

“Terus Bang Malik dimana sekarang?” Shiena merasa perlu bertemu pria itu dulu.

“Masih di jalan, Mbak,” jawab Safira pelan. “Tadi ngasih taunya lewat telepon.”

Apa? Pria itu memberi tahu Ibunya lewat telepon?

“Kenapa Ibu nggak tanya aku langsung aja? Kenapa harus tanya Bang Malik segala?” Shiena sangat penasaran kenapa Ibunya tidak bertanya langsung padanya dan malah bertanya kepada Malik.

“Karena mungkin Ibu lebih percaya kata-kata Bang Malik. Secara Bang Malik seorang dokter juga dan pasti tau kondisi, Mbak Shi.”

Shiena dian seribu bahasa. Dia menghela napas kasar dan tidak sabar untuk segera bertemu Malik dan menuntut jawaban dari pria itu.

“Terus yang anter kalian kesini siapa?” saking kalutnya, Shiena bahkan lupa menanyakan keadaan dan situasi sebelum Ibunya ke rumah sakit.

“Itu sama Bang Jaka. Soalnya pas kejadian Ibu sama Bang Malik masih teleponan, jadi sama Abang langsung minta tolong sama Bang Jaka,” jelas Safira.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang