Chapter 15

31.7K 1K 8
                                    

Vote dan komentar tetap aku tungguin, ya guys😻

Happy Reading💖

•••

Dua hari lagi Shiena akan berangkat KKN. Dan sejak satu minggu yang lalu Shiena melakukan keinginannya yang terus-terusan mengekor kemana pun sang suami pergi. Bahkan Shiena ikut ke klinik walau bukan jadwalnya untuk cek kandungan. Shiena kesana murni hanya kangen dengan sang suami. Sekalian mencari tahu bagaimana Malik bekerja selama ini.

Namun hal itu kemudian Shiena sesali ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri suaminya mengubek-ubek milik perempuan lain. Sempat menjadi perdebatan antara dirinya dan sang suami, karena Shiena merasa tidak terima sang suami menyentuh milik perempuan lain selain dirinya. Ya, Shiena cemburu melihatnya.

“Saya pakai handscoon, Shiena... aman,” sahut Malik ketika Shiena mulai mengeluarkan protesnya.

“Tetap aja Abang pegang-pegang.”

“Abang enggak nafsu 'kan liat punya cewek lain?”

“Nanti kalo Shiena pergi, terus Abang pengin... kasih tau Shiena, lho, ya?!”

Itu adalah sederet pertanyaan-pertanyaan Shiena kepada sang suami beberapa saat lalu. Meski tidak mendapat jawaban, Shiena tidak masalah, yang penting dia mengeluarkan unek-uneknya.

“Makanya lain kali kamu enggak usah ikut saya kerja ... Ini namanya kamu cari penyakit,” ujar Malik menanggapi raut penyesalan Shiena.

“Emang nggak mau lagi. Shiena udah kapok.”

Malik menatap istrinya lama, agak speachless juga sebenarnya menangkap sikap tenang Shiena. Tidak seperti beberapa saat yang lalu, bagaimana ketika istrinya begitu menggebu mengomentari profesinya.

Mungkin juga karena Shiena sudah lupa lantaran terlampau senang akhirnya ngidamnya selama ini yang ingin makan seblak level pedas di approve Malik. Asik menikmati makanannya sembari cerita random bersama Malik, tiba-tiba pintu ruangan suaminya di ketuk, kemudian muncul seorang wanita dewasa seumuran suaminya. Menyapa dengan sangat akrab.

“Apa kabar, Lik?” tanya wanita dewasa itu yang Shiena tidak tahu namanya.

Ada yang berbeda dari wanita di depannya ketika Shiena perhatikan. Auranya begitu mengintimidasi Shiena. Padahal wanita itu tidak melakukan sesuatu yang membuatnya harus merasa terintimidasi.

Tatapan Shiena kemudian beralih pada suaminya yang begitu santai menyapa tak kalah ramah sembari bercipika-cipiki lalu diakhiri dengan pelukan singkat. Tatapan mereka akhirnya bertemu. Hanya tiga detik sebelum suaminya memutus kontak mata duluan.

“Shiena... Istriku.”

Shiena dengan sigap berdiri begitu namanya di perkenalkan oleh sang suami. Mereka saling menyapa seperti halnya Malik menyapa wanita yang baru saja Shiena ketahui namanya– Rinda.

“Eh... Udah hamil aja? ... Berapa bulan?”

Shiena diam tak berkutik. Bingung juga akan dia jawab bagaimana. Baru buka mulut, tapi tiba-tiba ada suara berat yang mendahuluinya. Shiena segera menatap suaminya yang baru saja menggantikannya menjawab.

“Jalan lima bulan, Rin.”

Atensi Shiena kembali beralih pada sosok Rinda. Meneliti reaksi wanita itu yang terlihat memberinya senyum tulus, tapi ada kesedihan di dalamnya.

“Wah, selamat, ya, sebentar lagi kalian punya bayi,” Rinda memberi ucapan selamat. “Kita pernah ketemu, by the way,” ujarnya tiba-tiba.

“Rin!” tegur Malik memberi tatapan peringatan.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang