Chapter 14

29.2K 1.1K 22
                                    

Penempatan KKN sudah di tentukan, begitu pun dengan kelompok posko. Namun keberuntungan yang sangat Shiena syukuri adalah ketika mendapati namanya satu posko dengan sahabatnya.

“Kita satu kelompok, Di!” pekiknya setelah membaca pengumuan di papan.

“Ya ampun, seneng banget, deh,” Diandra tak kalah senangnya mendapat kabar itu. Setidaknya nanti disana dia tidak canggung-canggung amat harus berbaur dengan teman dari fakultas lain.

“Pasti Abang ikut seneng kalau dengar kita seposko, Di,” sahut Shiena masih euforia sendiri.

“Seneng sih pasti, tapi... Abang pasti kesusahan kalau mau ketemu. Kita kejauhan, Shi.”

Detik itu juga senyum Shiena luntur. Suasana hatinya mendadak berubah mendung. Mereka berdua di tempatkan di daerah pelosok terpencil. Bukan hanya itu saja, tapi jalanan kesana tidak bisa menggunakan kendaraan. Harus menyeberang pulau dulu untuk sampai kesana kata teman satu posko mereka yang memang tahu daerah sana.

“Terus aku harus gimana, Di kalau aku kangen Abang?” gumamnya. Sebuah ide tiba-tiba tercetus di kepala Shiena. “Atau kita minta pindah lokasi aja sama Bu Sinta?”

Bu Sinta adalah salah satu dosen mereka yang mengurus segala persiapan para mahasiswa sebelum turun lapangan. Termasuk dalam hal pembagian lokasi posko.

“Kalau ditanya alasan pindah, mau jawab apa?” todong Diandra realistis. “Mau jawab... karena suamiku kejauhan jenguk gitu?”

Shiena diam tak berkutik. Benar juga. Dia mau jawab apa kalau semisal ditanya alasannya pindah lokasi. Masa mau jawab karena kasihan suaminya kejauhan jenguk?

“Atau kalau aku jawab karena lagi hamil... di kasih izin pindah, nggak, Di?” tanyanya kemudian.

Diandra berpikir dalam diamnya. Bisa saja, sih, sebenarnya tapi... “Kita pisah posko dong, kalau gitu? ... Kan mana mungkin aku juga pindah.”

“Pura-pura hamil aja gimana?” sableng memang si ibu hamil satu ini.

Kedua bola mata Diandra sontak melebar sempurna. Enak saja. Pura-pura hamil sama siapa coba? Masa iya, dia mengatakan hamil sendiri–what the heck?

“Di hamilin Jaehyun gitu bilangnya kalo ditanya ayahnya siapa?!” cibirnya merotasikan mata.

Shiena terbahak mendengar celetukan penuh khayalan sahabatnya. Mana mau atuh si Jaehyun sama manusia sableng kayak Diandra. Mau lirik juga kayaknya Shiena pikir si Jaehyun ogah, deh.

“Si sableng malah ngakak, bae,” sahut Diandra jengah. “Terus gimana, Shi? Betulan mau pindah posko atau gimana?”

“Nanti, deh. Aku tanya Abang dulu,” jawabnya yang segera mendapat cibiran dari Diandra. Meledeknya karena terlampau bucin sama Abangnya yang sudah om-om.

•••

“Kenapa?” tanya Malik mulai jengah melihat tingkah absurd istrinya. “Ada apa? Kamu dari tadi ngekor mulu.”

Shiena mulai memasang muka melas ingin di kasihani. Matanya mulai berkaca-kaca ketika merasa sang suami bertanya dengan suara agak tinggi dan terdengar kesal di telinganya. Hatinya sedikit nyeri mendapat respon tak terduga dari sang kekasih. Padahal 'kan dia hanya ingin melepas rindunya pada sosok pria matang di depannya ini.

“Yaudah, sana. Aku nggak akan ikutin Abang lagi,” sahutnya ketus lalu berjalan menuju sofa, meraih remote tv dan mengganti channel sesuka hatinya melampiaskan kekesalannya.

Melihat istrinya yang juga ikutan kesal membuat Malik sedikit di terpa keheranan. Menerka-nerka kenapa pula istrinya itu kesal padanya hanya karena ditanya kenapa mengikutinya dari tadi.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang