Chapter 17

27.2K 1.1K 23
                                    

Ini flashback tragedinya agak-agak drama sih ya guys, tapiiiii dibaca ajalah hahahaha😂

Udahlah palaku mumet mikirin awal kejadiannya gaissss!

Selamat membaca and enjoy ajalah😴😪

•••

Malam itu, entah apa yang terjadi kala Shiena ujuk-ujuk menanyakan kehamilan ajaibnya pada sang suami semalam sebelum kepergiannya. Pertanyaannya terlontar begitu saja dari bibirnya ketika keduanya sudah berbaring di kasur. Siap-siap menuju alam mimpi.

“Shiena kenapa bisa hamil, sih, Bang?”

Malik yang sudah memejamkan mata seketika membuka kelopak matanya dan langsung beradu tatap dengan Shiena yang menatapnya penuh tanya yang begitu kentara. Malik masih memikirkan jawabannya ketika Shiena kembali mendesaknya.

“Katanya Abang bakal jelasin ke Shiena kalo udah nikah ... sekarang kita udah nikah dua bulan, tapi Abang belum ngasih tau Shiena.”

Malik menatap lama paras sang istri sebelum akhirnya menghela napas berat lalu menarik Shiena semakin merapat pada tubuhnya.

“Tapi kamu harus tau satu hal... bahwa apapun yang nanti saya jelaskan dan ungkapkan, semuanya murni kelalaian kerja... jadi saya minta kamu jangan sampai berpikiran buruk tentangku,” peringatnya.

Shiena meskipun rada kebingungan, namun tak urung mengangguk juga. Pertanda dia menerima perintah itu. Satu lengannya ditaruh diatas perut suaminya dan memasang wajah serius tanda siap mendengarkan.

•••

Enam bulan yang lalu...

Mengingat umurnya yang sudah kepala empat akhirnya membuat Malik membuat keputusan. Yaitu.. membekukan spermanya. Meski Malik tetap menjaga kondisi tubuh dan juga menjaga makanannya, tapi kan yang namanya penyakit itu bisa datang kapan saja. Apalagi pekerjaannya sebagai dokter yang mengharuskan sering berhadapan dengan berbagai pasien yang kemungkinan memiliki penyakit menular.

Setelah satu bulan menjalani segala prosedur untuk menjalani pembekuan sperma dan mendapatkan hasil yang baik, Malik akhirnya mendatangi dokter spesialis andrologi.

“Permisi, dok. Apa kabar?” sapanya basa-basi.

“Baik, dok. Gimana.. udah siap?” tanya dokter Andrew spesialis andrologi.

“Bismillah, dok. Siap!”

dr. Andrew menatap Malik kemudian tersenyum ramah. Dia mengerti kekhawatiran teman sejawatnya ini yang begitu nekat membekukan sperma yang biayanya menguras kantong.

“Kalau begitu silahkan ke ruangan sebelah untuk pengambilan sperma.”

Malik kemudian berdiri dan pamit pada dr. Andrew untuk pindah ruangan. Setelahnya Malik berjalan ditemani seorang perawat.

“Silahkan masuk, dok. Alatnya udah siap di dalam,” perawat itu pun mempersilahkan Malik masuk ruangan.

“Makasih, sus.”

Perasaan mendebar tiba-tiba mendera Malik ketika tubuhnya berhasil masuk. Sedikit gugup melihat isi ruangan yang cukup erotis. Ada banyak alat peraga disana, juga layar televisi yang sudah menyala dan tengah menayangkan adegan dewasa.

Akhirnya Malik duduk menyamankan diri di kursi yang berhadapan langsung dengan layar. Menit awal, dia masih aman. Tidak ada reaksi berlebihan dari tubuhnya ketika menatap adegan itu. Namun... tidak dengan adegan berikutnya. Reaksi tubuhnya benar-benar sudah tidak terkontrol lagi. Akal sehatnya lenyap dan dengan gelap mata menurunkan resleting celananya lalu mulai mengurut miliknya yang setengah tegang.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang