Chapter 19

28.2K 1K 3
                                    

Hellow ketemu lagi👋
Lebih cepat dari dugaan wkwk
Mood nulis lagi bagus💖



Happy Reading🥀

•••

“Abang, kok, bisa kesini? ... Tau darimana kalo kami tinggal disini?” sembur Diandra begitu saja melihat kedatangan Abangnya.

“Tau pak Asep, gak?” Malik menanyakan ini sekedar basa-basi, karena saat ini pandangannya memaku sosok perempuan yang berdiam diri di ambang pintu pembatas dapur dan ruang tamu. Perempuan yang membuat Malik nekat menyeberang pulau demi bertemu sang kekasih.

“Taulah, beliau kan bapak posko kami. Harusnya tuh aku yang nanya, Abang kenal pak Asep dimana?” cerocos Diandra.

“Mas ini barangnya saya taruh dimana?”

Suara lain tiba-tiba menginterupsi membuat atensi Diandra segera teralih ke belakang Abangnya. Disana berdiri pak Asep membawa sebuah kardus berukuran sedang. Tatapannya mematri sosok Abangnya yang kini berbalik menuju posisi pak Asep dan mengambil alih kardus tersebut.

Detik berikutnya pak Asep sudah berdiri di hadapannya, hendak masuk rumah namun tertahan di depan pintu lantaran ada Diandra yang menghalangi jalan. Di belakang pak Asep juga sudah ada Abangnya menunggu.

“Jangan halangi jalan, Di,” tegur Malik. Segera saja Diandra menyingkir dan membiarkan keduanya masuk. Ya, iyalah wong yang punya rumah mau masuk, masa di larang?

Sekarang giliran Shiena yang menyingkir mendapati langkah pak Asep serta suaminya mengarah padanya. Jelaslah, dia berdiri di jalan otomatis langkah itu tertuju padanya.

Ketika posisi pasangan suami istri itu sudah sejajar, Malik dengan sikap alaminya mengelus perut istrinya dengan sebelah tangan. Sempat-sempatnya dia mengelus perut Shiena dikala ada kardus yang perlu di pegang.

“Sebentar, ya. Saya taruh ini dulu di dapur,” ujar Malik kemudian berlalu mengikuti pak Asep.

Tak lama kemudian Diandra dan juga Shiena ikut masuk, berdiri menyaksikan Malik dan pak Asep membongkar isi kardus tersebut. Melihat isinya, Diandra sudah bisa menebak kalau yang mengemas itu pasti ibunya. Ada ikan asin, aneka jenis sayuran dan beras ada disana.

“Banyak bener, Bang bawanya,” celetuk Diandra.

Malik melirik lalu membawa sampah kardus ke tempat sampah. “Banyak kalau kamu makan sendiri. Disini kan bukan cuma kamu yang makan, ada temen-temenmu dan yang punya rumah juga,” pungkasnya tegas.

“Silahkan kalau mau bincang-bicang, tapi jangan disini, ya. Diruang tamu diluar ada,” pak Asep menyela mereka.

“Tapi, pak kami mau masak. Gak lama anak-anak pulang,” ucap Diandra.

“Yaudah, terserah kalian dimana. Saya sudah tau Mas ini siapanya kalian, jadi nggak usah khawatir bakal diciduk warga. Bapak permisi dulu.”

•••

“Abang tau pak Asep dari mana? Kok beliau sampai tau Abang siapanya kami?” tak ada hentinya Diandra menanyakan ini, walau dia sudah punya jawaban sendiri di kepalanya, namun entah mengapa dia seolah tidak mempercayai kehadiran Abangnya sekarang, di depannya, jauh dari rumah dan menyebrang pulau pula.

“Bukan tau darimana, kebetulan saya naik kapalnya, jadi kenal. Terus sempat cerita-cerita dan ternyata kenal kalian, gitu aja,” sahut Malik ala kadarnya.

Posisi mereka saat ini masih di dapur. Bercakap-cakap sambil memotong sayuran yang tadi dibawa Malik. Pekerjaan ini tentu di mandori oleh Diandra dan juga ibu posko yang kebetulan datang untuk membantu.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang