Sore ini Shiena di landa kegalauan dan kegamangan. Pasalnya nanti malam dia sudah akan kembali merantau ke kota bersama Malik. Masa cuti kuliahnya sudah habis. Jatah cutinya cuma seminggu. Diandra sendiri sudah lebih dulu berangkat dua hari lalu.
Yang membuat Shiena galau itu karena setelah merantau nanti, dia akan tinggal bersama Malik di rumah pria itu. Rasanya Shiena belum siap mengurus rumah tangga dan mengurus segala kebutuhan suaminya. Selama disini, Shiena masih bisa bersantai karena tinggal bareng orang tuanya. Bangun tidur sesukanya dan jika lapar, tinggal makan yang sudah siap saji di meja.
“Kamu ini kayak pertama kali aja berangkat. Kemarin-kemarin juga kamu biasa-biasa aja kalau mau berangkat,” tutur Ibunya ketika Shiena mengintilnya terus-terusan. Menempel di lengan Ibunya bagai perangko.
“Ibu mau ikut nggak sama Shi?”
Rengekan itu mendapat kekehan lirih dari sang Ibu. Memandang putrinya geli.
“Ibu ngapain ikut kamu ke kota? Masa Ibu harus ngintilin pengantin baru. Gak bahaya, tah?”
“Ibu kan jagain, Shi. Sekalian jalan-jalan, ajak Ayah juga,” kekeuh Shiena tanpa memedulikan godaan Ibunya.
“Aduh, Ibu harus gimana, nih, Lik?” tanya Ibu pada sang menantu yang juga duduk di samping putrinya. Menantunya itu hanya duduk diam melihat tingkah manja istrinya.
“Saya nggak masalah kalau memang Ibu sama Ayah mau ikut kami ke kota,” jawab Makik kalem.
“Tapi Ibu yang masalah, Lik.”
“Ibu masalah apa lagi, sih?” sungut Shiena kesal.
“Kalian pengantin baru. Kamu nggak takut Ibu ganggu kegiatan kamu sama Malik?”
“Ck! Ibu malesin deh kalo udah bahas kek ginian,” Shiena sudah tahu kemana arah omongan Ibunya berlanjut, dan daripada omongan itu semakin nyeleneh, lebih baik dia berhenti merengek.
Terdengar tawa menderai dari bibir kedua orangtuanya, samar pula terdengar kekehan kecil dari pria yang berstatus sebagai suaminya ini.
Empat hari hidup sebagai pasangan suami istri cukup membuat Shiena kagok dengan beberapa perubahan. Contohnya, setiap malam sisi ranjangnya yang biasa kosong kini di tempati sosok lelaki dewasa. Pun setiap malamnya kegiatan seksual mereka sangat aktif dan sedikit demi sedikit mulai mengeksplore berbagai gaya baru. Pokoknya tiap hendak tidur dan bangun tidur yang selalu di lihat Shiena adalah Malik yang bertelanjang dada.
“Assalamualaikum.”
Tak lama terdengar salam dari luar rumah. Kemudian muncullah sosok sang mertua dari pintu. Shiena segera berdiri menghampiri kedua orangtua Malik. Menyalim tangan keduanya dengan takzim.
“Kenapa nggak telepon Malik dulu kalau Mama sama Papa mau kesini. Biar Malik jemput,” Malik kadang dibuat kesal dengan sikap orangtuanya yang gengsi meminta tolong padanya. Padahal Malik hanya khawatir akan keadaan mereka yang sudah renta.
“Dekat gini, kok, masa harus telepon kamu. Papamu kan masih kuat jalan.”
Jarak rumah orangtua Malik dengan rumah Shiena cukup dekat. Jalan kaki pun bisa sambil bersantai menikmati hembusan angin sore.
Akhirnya kedua keluarga itu duduk berbincang di ruang keluarga. Memberikan petuah bagi kedua pasangan pengantin baru ini. Tentang betapa pun sibuknya nanti Malik dan Shiena dengan urusan masing-masing, mereka harus tetap menjaga keharmonisan rumah tangga.
•••
Pukul setengah dua belas akhirnya tibalah juga Shiena dan Malik ke kota, tepatnya di rumah suaminya. Rumah yang di tepati Malik ini cukup strategis. Tipe perumahan yang aman dan asri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant Still Virgin
RomanceHamil tapi masih Virgin? Bagaimana bisa? Itulah suatu peristiwa langka yang tengah di alami oleh seorang gadis bernama Shiena. Umurnya masih 21 tahun dan statusnya masih seorang mahasiswi tetapi Shiena sudah harus menanggung makhluk di perutnya. Pen...