bab dua

3.3K 123 0
                                    

Jean bergumam tak jelas, kepalanya terasa berdenyut denyut. Melihat jam tangan sudah hampir menunjukkan jam siang.

Ia masih dalam posisi terbaring dengan tangan memijit kepalanya yang sakit, mungkin akibat alkohol semalam.

"Perasaan gua minum nggak banyak banyak amat,tapi kenapa gue tepar gini" ujarnya pada diri sendiri.





Dapat ia lihat ada Karin tengah duduk disofa seberang tengah santai menonton drama kesukaan perempuan itu. Wajah polos Karin tanpa makeup sangat Jean sukai. Menurut Jean, tidak usah dandan pun Karin tampak sangat cantik.


"Karin........."

"Kenapa ngga bangunin gua?" Jean dengan suara khas bangun tidur.

Karin menoleh sekilas. "Lo kebo kalo udah tidur"  ledek Karin. Kembali tertawa saat tontonan nya  itu sangat lucu.

Jean ikut tersenyum mendengar tawa itu. Bangkit  dan Ikut duduk disebelah Karin,sangat dekat sampai bahu keduanya saling menyentuh.

Jean melihat ada jus sayur milik Karin diatas meja, lantas ia minum menyisakan setengahnya.

"Pulang sana,mandi, badan lo bau"

" Ngga ngantor?" Satu kecupan pagi mendarat di pipi Karin.

"Jean! Plis deh!" Sebalnya,mengusap kasar pipi yang baru di cium Jean. 

Jean terkekeh kecil. Gemas sekali dengan perempuan disebelahnya ini. Ia kecup lagi berkali kali sampai Karin menghela nafas jengkel.

"Udah elah, mulut lo bau jigong!" Dengus perempuan itu.

Jean memandangi wajah polos Karin, ia tersenyum membuat matanya menyipit.
Satu ciuman lagi, ia kecup di leher Karin yang jenjang.  "Gemes" bisik nya menjilat telinga Karin sensual.

Karin kesal, semakin di diamkan semakin menjadi jadi. Geram,tangan itu membawa memukul paha Jean bertubi tubi.

"Masih pagi! Sangean banget heran!!"

Bibir Jean tak henti hentinya tersenyum manis. Sudah lupa dengan kesedihan penolakan Karin semalam. Ia angkat tubuh Karin keatas pahanya. Dipeluknya dari belakang. Karin ingin melepas diri,namun pelukan Jean
Terlalu erat.

"Wangi banget, makin suka" bisik nya dengan suara berat. Berkali kali mencium bahu dan leher Karin karna gemas.

"Udah,Jen. Gue ngga fokus nonton gara gara lo" kata Karin melepaskan tangan itu diperutnya.

"Maaf, sayang" bisiknya tertawa pelan. Jean juga ikut menonton dalam diam tanpa bicara. Ia hanya memeluk erat tubuh Karin saja.

"Gua putus sama Rani semalam" ucap Jean setelah diam beberapa saat.

"Belum juga seminggu, udah putus aja" Karin menjawab tanpa mau melihat Jean dibelakang. Ia masih fokus menonton.

"Ya gitu, emangnya hubungan sepihak apa yang lo harepin? Gua udah nolak, tapi dia tetep aja ngeyel"

"Siapa yang mutusin?"

"Dia,katanya ngga tahan sama sifat gua" cerita Jean

Mana ada perempuan yang tahan sama laki laki yang terus menerus ngomongin perempuan lain.

Cuma Jean saja.

Di mulut,di otak dan di hati Jean hanya Karin seorang.



"Rin, nikah sama gua,yuk?" Ajak Jean tak kenal lelah meski sudah puluhan kali ditolak.

"Gue ngga tertarik sama pernikahan." Karin melepaskan pelukan Jean dan kini duduk disebelahnya.

"Di tolak mulu, perasaan gue" Jean mencebik sedih.  "Kenapa sih,Rin? Siapa yang udah buat lo setrauma ini?"

Karin hanya mengedik bahu acuh tak acuh membiarkam Jean mendecak berkali kali,kesal.

"Jahat" kata Jea memeluk pinggang ramping Karin. Di letak dagu itu dibahu Karin.

Karin tertawa di buat buat. "Gue emang jahat asal lo tau"

Jean menarik nafas singkat. Menyudahi kegiatan yang baru saja ia lakukan. Laki laki itu duduk dengan wajah tertekuk.

"Gua kayaknya ngga berharga banget ya bagi lo,Rin? kalo gua ngilang sekalipun ngga bakal lo cari kayaknya. Gua cuman lo anggep temen ngga lebih. Padahal lo tau gimana perasaan gua ke elo" ujar Jean mendadak drama.

"Masih lagi Jean, males gue ngeladenin omongan lo. Pulang deh sana!" usir Karin mulai ketus.

"Bangsat!!" Tiba tiba Jean mengumpat
" Gua benci sama diri gua sendiri, sebegitu nggak berharganya gua dimata lo" kesal Jean saat itu. "Tau gua, gua cuman orang baru di hidup lo, tapi apa nggak cukup? Enam tahun  gua hidup didekat lo. Enam tahun bukan waktu yang singkat,Karin!" Jean sudah berdiri, melampiaskan kekesalannya dengan mengacak rambutnya frustasi.

Jean menutup wajahnya, ia hampir menangis.

" Gua sayang banget sama lo, Rin. Sayang banget,sampe sesak nafas gua mikir lo"

"Gua kurang apa,Rin? Gua kurang baik ya buat lo?" Akhirnya Jean  menangis pelan dengan menutup mata dengan tangan.

Laki laki itu menangis ke sekian kalinya di hadapan Karin.

Jean  laki laki yang keren namun tampak cengeng didepan Karin.

"Gua nggak tau cinta sama orang bisa semenyakitkan ini" ujarnya dengan isakan kecil. "Bangsat memang!"

"Lo jangan buat seolah olah gue yang salah disini,Jen. Kan gue udah bilang sama lo dari tahun tahun yang lalu. Kalo gue nggak mau terlibat hubungan apapun. Apapun itu!" Jelas Karin mulai lelah,dengan pertengkaran itu itu saja.

"Kita udah lama temanan. Jadi gue ngga mau gara gara kita pacaran,kita berantem dan putus kayak orang asing. Gue ngga mau Jean" Lanjut Karin kini berdiri mengusap wajah kasar. "Lo ngerti ngga sih? Gue capek setiap kita berdua yang lo bahas cuman perasaan perasaan lo itu."

Sudut bibir Jean terangkat. Ia sudah selesai menangis.  "Anjing memang. Nggak ada harga dirinya perasaan gua di mata lo. Kata lo kita temen,kan? Tapi kenapa pas gue cium lo,pas gue peluk lo,kenapa lo ngga nolak,hah?!" Marah Jean yang susah mengontrol emosi.

"Gue yang ngga nolak? Apa lo yang terlalu memaksa? lo tau gue jaga jarak sama lo, tapi dengan entengnya lo cium peluk gue sesuka lo walaupun lo sendiri tau gimana enggak sukanya gue pas disentuh?!" Teriak Karin memenuhi ruangan tengah.

Jean terkesiap mendengar teriakan itu.
"Tapi kenapa tingkah lo seakan akan nggak mau kehilangan gue,Rin?" Tanya Jean pelan. " Apa apa gue, gue orang pertama yang tau bahagia maupun sedih lo"

" Ya itu karena gue udah nyaman sama lo,Jen."

" Baiknya lo itu buat gua salah paham,Rin. Gua kira lo ada rasa sama gua,tapi lo malah nganggep gua temen" Jean  mengerjap pelan,menertawakan dirinya sendiri yang bodoh mengartikan kedekatan mereka.

"Gue tau perasaan lo,Jen. Tapi gue nggak mau. Gue nggak mau ngambil keputusan itu" Karin kini sudah duduk kembali, memeluk lututnya dengan pandangan kosong.

"Singkatnya lo ngga suka sama gue,kan?"

"................ Iya" jawab Karin pelan.

Jawaban Karin terlalu menyayat hati Jean. Rahang tegasnya mengeras menahan kekesalan.

"Gua sakit hati denger lo ngomong gitu"

Jean berlalu begitu saja, menyambar kaos di sofa dengan wajah memerah.

Jean  menutup pintu keluar dengan kasar,menandakan bahwa laki laki itu marah.







Ting


Karin melirik sekilas pop up layar ponselnya. Mendapati satu pesan dari seseorang yang terus mengusiknya beberapa bulan terakhir.



0897xxx
Bisa ketemu sebentar sore ini?


Karin mengacak rambutnya."bisa nggak sih jangan ganggu hidup gue lagi?"

Karin
Gue sibuk

Yes, Married With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang