20

1.1K 70 1
                                    

Karin tak habis pikir dengan takdir yang sepertinya sengaja mempermainkan hidupnya.

Dari sekian banyak manusia dimuka bumi ini kenapa pula harus laki laki yang ia hindari menjadi korban tabrak Naya.

Karin menghela nafas berat tatkala kedua pasang mata itu bertemu pandang saat setelah Karin masuk diruang rawat,Angkasa.

"Ngga masuk?" Suara berat Angkasa mengudara,membuyarkan lamunan singkat Karin.

Kaki Karin enggan beranjak,matanya mengerjap bingung,mulutnya seakan terkunci.

"Kamu cari siapa? Salah masuk kamar ya?" Lagi lagi pertanyaan Angkasa didiamkan oleh Karin.

"Gu- aku-eh- aku kesini sebagai wali yang nabrak kamu" ujar Karin begitu kaku.

Angkasa yang posisinya terbaring mengerjap pelan,berpikir sebentar,mencerna setiap kata yang didengar.

Tak lama mulutnya  terbuka membentuk O pelan. Kemudian mengangguk pelan.

"Ya udah masuk dulu, kalau ada yang mau dibicarakan"ujarnya masih sopan,tak lupa sudut bibirnya tertarik membentuk senyum tipis.

Karin menurut,sedikit berjalan mendekati bangkar Angkasa. Ia letakkan bingkisan buah segar yang sudah ia beli diatas nakas.

"Ini ada sedikit buah" katanya masih kaku.

"Terima kasih banyak" respon Angkasa lugas. "Duduk,Karina"

"Ngga apa apa,gue berdiri aja" tanggap Karin sembari mengamati Angkasa. "Gimana keadaan lo?"

"Ya gini,seperti yang kamu lihat"

Karin mengamati,hanya sebelah kaki kiri yang digips. Dan sedikit perban dibagian dahu dan pelipis.

"Ngga parah parah banget  lah ya. Semingguan juga udah sembuh" Karin sedikit mengangguk, khawatir yang berlebihan tadi perlahan menghilang,ada kelegaan saat tau korban tak begitu parah.

Karin berdiri tegap,tangan didepan,pandangan penuh memandang Angkasa.

"Gue--eh! "

Angkasa sontak tertawa. "Senyamannya aja. Gue lo juga bisa,aku kamu bisa juga"

Karin tersenyum kotak sekaligus malu.
"Oke, gue sebagai wali yang nabrak lo,mau minta maaf sebanyak banyaknya atas kelalaian pengemudi dalam mengendara. Akibatnya lo yang ngga tau apa apa turut  menjadi korban. Gue Karin meminta maaf  sedalam dalamnya agar permasalahan ini ngga dibawa ke kantor polisi. Soal biaya,dan kerusakan---

"Hei,tenang. Ngga ada yang ngejar" respon Angkasa lembut. Sudut bibirnya tak hentinya mengembang melihat Karin. 

Tiba tiba rasa rindu menguasai hatinya saat ini.

Kalau bisa ia akan menerjang merengkuh tubuh mungil itu kedalam dekapannya. Andai saja bisa pasti sudah Angkasa lakukan.

"Pelan pelan aja ngomongnya Karina"

Reflek Karin mendengus malas. "Ngga usah panggil gue gitu, nama gue Karin,bukan Karina"

Kening Angkasa sedikit mengernyit bingung. "Kenapa gitu?" Sedikit ingat, saat di kantor pun Karina yang ia kenal,mengubah nama panggilan menjadi Karin bukan Karina seperti masa sekolah.

"Males aja"

"Ada alasannya?" Tanya Angkasa ingin tau.

"Ngga usah kepo" ketus Karin males. "Gue kesini mau minta maaf doang,ngga lebih"

"Minta maaf kok kayak ngga ikhlas" tanggap Angkasa berusaha duduk tegap.

"Ikhlas kok. Ikhlas banget gue minta maafnya" ujar Karin lagi. "Saya Karin meminta maaf sedalam dalamnya atas perbuatan adik saya yang teledor dalam mengemudi. Dan saya harap permasalahan ini tidak melibatkan pihak polisi atau pihak hukum. Saya ingin permasalahan ini di selesaikan secara tenang dan damai tanpa ada tuntutan dari pihak pak Angkasa"

Yes, Married With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang