"Hei, kamu kenapa?""Jean!"
"Jeanno!"
Mata Jean seketika terbuka saat merasakan tepukan pelan di pipinya. Deru nafas lelaki itu terdengar berat,peluh sudah membasahi dahinya.
"Kamu kenapa?" Tanya Karin,sempat khawatir melihat Jean berteriak dalam tidur. Niatnya hanya ingin membangunkan Jean tidur tapi malah panik saat mendapati Jean mimpi buruk.
Jean mengerjap pelan, mengatur deru nafasnya yang tak beratur.
"Karin," ucapnya berat.
"Iya, kenapa?" Karin duduk di pinggir sofa,menyeka peluh di dahi Jean dengan pelan. "Mimpi buruk ya?"
Jean mencoba duduk, melihat Karin seksama.
"Kamu ngga apa apa,kan?"Karin reflek mengangguk walau tampak bingung.
"Boleh peluk?" Ujar Jean sedikit manja,membuang ketakutan karna mimpinya.
"Tiba tiba banget,"Karin tertawa. Melihat wajah tegang Jean dicampur peluh yang begitu banyak membuat Karin tak bisa menolak. Lantas ia bergerak duluan memeluk Jean sekaligus mencoba menenangkan.
Pelukan langsung disambut oleh Jean dengan begitu erat. Ia pun menarik nafas panjang sebelum bercerita mengenai mimpinya tadi.
"Aku tadi mimpi, mimpinya serem banget"
"Mimpi apa emang kalo boleh tau?" Tanya Karin sembari menepuk pelan punggung Jean.
"Kita kecelakaan mobil, parah banget sampe tubuh kita banyak luka lukanya" kepala Jean bergerak mendusel di ceruk leher Karin mencari kenyamanan.
"Serem banget mimpinya" respon Karin.
Jean semakin memperdalam pelukan mereka.
"Jangan ngomong gitu,aku makin takut,sayang" rengeknya."Udah, nggak apa apa kok, cuma bunga mimpi. Nyatanya kita baik baik aja" Karin melepaskan pelukan. Mengusap pelan wajah Jean dengan senyuman lebar. "Ayo, kita turun. Mama udah nyiapin makan malam"
Wajah Jean masih kacau, ia menggeleng pelan.
"Bentar lagi, mau peluk kamu lebih lama" Jean kembali memeluk Karin.Hampir lima menit lamanya mereka berpelukan,selama itu Karin hanya mengusap pelan punggung Jean mencoba menenangkan.
"Udah ya pelukannya. Kasian mama sama bibi bibi kamu nungguin kita dibawah" kata Karin akhirnya.
Jean mendengus malas, aia ingin berduaan dengan Karin lebih lama. Mengingat ini masih di rumah orangtuanya mau tau mau Jean menurut saja.
"Bay the way,pake dulu kaosnya. Kan nggak mungkin kamu turun begitu" kata Karin menunjuk tubuh Jean tanpa kaos.
Jean menyengir saja.
"Tungguin ya" Langkah Jean bergerak menuju lemari pakaian,mengambil sembarang kaos untuk ia kenakan. Pandangannya tanpa henti melihat Karin yang sedang menunggunya."Boleh cium nggak?" Kata Jean melangkah mendekat. Setelah mengenakan kaos.
"Nggak usah aneh aneh lo" respon Karin mengerling tak suka.
Jean hanya tersenyum tipis sembari merangkul Karin ia ajak keluar kamar.
"Bercanda sayang" bisiknya,namun satu kecupan mendarat begitu saja di pipi Karin.Makan malam bersama keluarga besar berjalan cukup baik. Kedatangan Karin begitu disambut baik oleh keluarga besar. Sepertinya,mereka cukup senang,perempuan yang Jean kenalkan adalah perempuan yang cantik dan berattitude.
Selesai makan malam,Karin diajak oleh papa mengunjungi studio musik. Papa begitu semangat memperkenalkan alat alat musik pada calon menantunya,mama dan bibi bibi Jean juga ikut menemani Karin.