Beberapa part kedepan masih flashback 10 tahun yang lalu. Biar kalian semakin paham alurnya.10 tahun yang lalu.
"Serius? Lo mau di jodohin?"
"Lo liat tampang gua ini ada becandanya?" Respon Jean mendengar pertanyaan dari Fattan. Wajah pemuda itu terlihat murung.
Setelah memberontak besar besaran menolak perjodohan, Jean kabur dari rumah dan memilih menginap di basecamp,rumah ke dua bagi keempatnya.
Malam itu,tiga temannya,Fattan,Elang dan Rafa ikut menyusul ke basecamp setelah Jean menginformasikan dirinya akan menginap di basecamp karena kabur,ada pertengkaran sedikit di rumah.
"Ini ceritanya lo kabur dari rumah,ngambek karna di jodohin?" Elang ikut gabung setelah menghabiskan waktu beberapa saat di toilet.
"Gua kesel aja. Masa jaman sekarang masih aja main jodoh jodohin. Kayak gua nggak laku aja" sewot Jean. Sudah hampir setengah bungkus ia merokok.
"Padahal seru tau dijodohin gitu. Apalagi ceweknya cakep"tanggap Fattan sedikit bercanda.
"Ya udah lo aja sana dijodohin jangan gua" kata Jean lagi mendengus.
"Emang boleh gue gantiin lo?" Respon Fattan. "Cakep nggak anaknya? Kalo iya mau gue"cengirnya,langsung mendapat decakan keras dari Jean.
"Kadang orangtua lo milih yang terbaik buat lo,Jen" ujar Rafa kali ini. "Siapa tau cewek ini bisa bimbing lo lebih baik lagi kedepannya"
Jean yang tengah menyesap rokok langsung menoleh ke Rafa, alisnya tertaut. "Emang gua kenapa sampe harus dibimbing?"
"Lo kan sesat,Jen" sambung Fattan. "Siapa tau nih cewek alim bisa bimbing lo,Jen. Biar nggam cipok sana sini"
"Aneh banget pemikiran lo" kata Elang merespon ucapan Fattan.
"Nggak,maksud gue gini. Kadang bokap nyuruh kenalan dulu kali, nggak langsung nikah gitu. Lagian lo juga masih muda,banyak yang harus lo lakuin"kata Rafa dengan pemikirannya.
"Bisa jadi,sih apa kata Rafa. Kenalan dulu,pas dewasa nikah deh kalo ngerasa cocok" ujar Elang menanggapi. Tak ingin mengompori.
"Ya,sama aja,sih. Gua kesel kenapa harus dijodoh jodohin. Gua kan juga punya hak. Udah cita cita gua nggak kecapai,hobi gua dilarang. Pendidikan gua diatur,masa jodoh diatur juga. Siapa yang nggak kesel coba. Coba deh lo bayangin jadi gua sehari,hidup diatur atur. Ah,bangsat,kesel banget gua,ah!" Kata Jean merasa cukup lelah.
"Lo pernah nanya kan ke gua,gimana rasanya jadi anak aktris sama punya papa musisi?" Jean melihat kearah Fattan.
Ia menyunggingkan senyum miring. "Kosong,kesepian,hampa, itu yang selama ini gua rasain. Percuma diberi fasilitas hidup mewah. Nyatanya kehadiran mereka di hidup gua nggak ada. Mereka nggak ada dimomen bahagia gua. Bahkan gua hampir lupa sama wajah kakak gua saking jarangnya ketemu"