29

394 41 2
                                    

"Sesusah itu jawab telpon dari aku ya?" Tanya Jean dengan nafas ngos ngosan.

Karin mengerjap bingung. Ia menunduk kebawah sebelah tangan kirinya yang memegang ponsel.
"Kamu nelpon aku?"tanyanya polos. Kaki itu melangkah mendekat kearah Jean.

Jean membuang nafas panjang. "Kamu nggak apa apa,kan?"

Karin mendongak,masih cukup bingung dengan kedatangan Jean. Sejenak ia mengangguk. "Iya. Bukannya kamu lagi pemotretan?"

Jean mengusap wajahnya. Seharusnya ia tak terlalu khawatir dengan perempuannya ini sampai harus mendatangi apartemen Karin.

Semata mata takut perempuannya ini syok atau sedih setelah tau berita kematian sang mantan.

"Jangan bilang kamu belum tau?" Tuding Jean menatap Karin yang tampak kebingungan.

"Apanya?"

"Soal mantan kamu---------"

Butuh beberapa saat untuk Karin mengerti ucapan Jean barusan. Pupil perempuan itu mengerjap cepat menatap Jean yang tengah menatapnya saat itu.

Karin mendongak. "Kamu jauh jauh kesini ngasih tau perihal Angkasa meninggal?" Mata Karin membulat tak menyangka.

Jean mengangguk pelan. Keningnya bertaut,mendengar Karin menyebut nama sang mantan cukup mengganggunya.
"Takutnya kamu sedih,ditinggal mati sama mantan"

Mata Karin memicing heran.
"Astaga" Karin hanya geleng geleng kepala setelah mendengar ucapan Jean yang terdengar agak berlebihan itu.

Perempuan itu tersenyum tipis, menarik lengan Jean kearah sofa.
"Duduk dulu. Aku ambilin minum buat kamu"katanya. Menepuk pelan bahu Jean gemas.









"Jadi,kamu sengaja ninggalin pekerjaan demi nyampein berita ini ke aku?"tanya Karin menyodorkan gelas minuman untuk Jean.
Ia pun duduk di dekat Jean memamdang lelaki itu penuh.

Sebelum meneguk minuman,Jean berdecih merasa sebal saja. "Nggak sepenting itu juga,sih." Bantahnya. Meneguk minuman hingga habis.

"Lagian kamu tuh kemana sih,di telpon telpon daritadi juga" omel Jean tiba tiba.

"Kamu nelpon aku? Sorry,banget,keduluan Gisel yang nelpon berarti. Tadi juga sibuk beres beres,hpnya aku taroh di kamar" cerita Karin.

Jean diam,hanya memandang wajah Karin.

"Kamu,marah karna aku-------"

"Kamu nggak apa apa?" Potong Jean,tangannya bergerak meraih jemari Karin untuk ia usap.

"Aku? Nggak apa apa?" Karin melihat jemarinya diusap oleh Jean.  "Emangnya aku kenapa?"tanyanya lagi masih bingung.

Pupil kecoklatan Jean terus mengerjap dengan pelan sembari menikmati keindahan pahatan wajah Karin.
"Kamu nggak sedih kan pas tau mantan kamu meninggal?"

Karin mengerjap,terlihat berpikir. Tubuhnya bergerak menyandar ke sofa.
"Sedih"angguknya.

"Kamu nangis pas liat berita?" Tanya Jean lagi. Nadanya agak meninggi.

"Emang boleh?"tanya Karin.

Sontak gelengan keras dari Jean. "Nggak boleh!. Buang buang air mata aja"

"Ya udah" angguk Karin paham.

"Serius,kamu sedih?" Jean kembali memastikan.

"Lo sebenarnya mau jawaban apa sih dari gue?" Kesal Karin karna pembahasan keduanya tak berkesudahan.

Jean menghela nafas panjang. Sesaat menggeleng pelan.




"Jujur pas liat beritanya gue kaget,syok gitu pas tau. Nggak nyangka aja Angkasa dipanggil tuhan secepat itu. Sedih sih sedih,tapi ya nggak sampe nangis juga. Sedih aja gitu,ngerti,kan?" Kata Karin  menangkup wajah Jean agar fokus melihat dirinya.

Yes, Married With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang