bab enam

2K 99 0
                                    


Karin kira mengurung diri di apartemen selama lima hari adalah hal terbaik untuk memulihkan pikiran yang berbagai masalah ia hadapi akhir akhir ini.

Namun itu semua semakin membuat kepala Karin hampir pecah karna tak ada kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran Karin mengenai dua laki laki yang berhasil mengacaukan konsentrasi nya.

Jean dan Angkasa.

Karin sengaja mengambil cuti di Kantor tempat ia bekerja, kalau bisa Karin akan resign secepatnya, karna ia tak ingin berhubungan lagi dengan Angkasa.

Karin sudah sangat membenci Angkasa.

Tak ada ruang lagi untuk sekedar Angkasa meminta maaf untuknya.

Menurut Karin,Angkasa adalah masa lalu yang tak perlu untuk diingat.

Di umur yang hampir berkepala tiga ini, Karin lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen sendirian dengan belajar membuat cake atau menonton drama korea berjam jam.

Karin juga bukan tipe orang yang suka keluar jalan jalan menghabiskan waktunya diluar bersama teman teman.
Ia lebih memilih berdiam diri di apartemen dengan kesendiriannya.

Berada di tempat ramai membuat Karin kehabisan tenaga.

Biasanya, Jean selalu menjadi tamu tak diundang yang datang tak kenal waktu ke apartemennya.

Dan  Jean yang pertama menyicip cake buatan Karin.

Jean yang menjadi teman ngobrol Karin.

Dan selalu Jean yang sering mengajak Karin keluar atau sekedar mencari udara segar dimalam hari.

"Kenapa gue selalu inget dia ya?" Gumam Karin yang tampak kurang fokus akan tontonannya.

Semenjak hari pertengkaran ia dan Jean. Laki laki itu sama sekali tak pernah menampakkan diri didepan Karin.

Jean sepeti hilang di telan bumi.

Dan karna gengsi yang terlalu tinggi, Karin pun enggan mengirim pesan atau menghampiri Jean terlebih dulu.

Karin juga masih marah pada laki laki itu walaupun ada sedikit rasa rindunya pada Jean yang sering menganggunya itu.

Dddrrrtttr

Ddrttttt

Drrttt

Handphone Karin terus bergetar menandakan ada panggilan masuk.Sepert tak niat  menjawab,Karin membiarkan handphonenya terus bergetar beberapa saat, sebabnya ia terlalu malas untuk mengobrol.

Handphonenya terus bergetar setelah beberapa kali tak ada jawaban dari Karin.

Kesal, Karin pun menjawab panggilan  itu setelah lima kali bergetar.

"Apaan deh? Gue lagi males ngobrol, kalo nggga penting gue matiin" sembur Karin saat menempel handphone ke telinga.

"Gitu ya jawaban lo pas gue telfon! Anjing bener heran! Udah ngga pernah ngabarin kabar, di telfon sok sibuk! Keren lo begitu hah?!"

"Gila lo!masih aja cerewet,heran deh.  Apaan si, tumbenan lo nelpon, kangen gue lu?"

"Anjing lu ya, songong lo,, kagak ada dalam idup gue kangen lo, ngga usah kepedean lo ya njing!"

"Babi lo ya, ngatain gue anjing mulu daritadi, lo sekali nelpon ngajak berantem nih kayaknya. Kesini lo kalo berani"kata Karin ssketika tertawa.

"Dih,siapa takut, sharelock cepetan, gue bacok lo baru tau rasa" kata seberang sana juga ikut tertawa.

Yes, Married With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang