"Sorry,gue nggak punya hak buat izinin lo masuk unit,Karin" Gisel berceloteh seraya memberikan Angkasa minuman kaleng yang ia beli barusan.
Gisel membawa Angkasa duduk di sofa lobi apartemen. Perempuan itu tak enak hati untuk mengusir setelah melihat Angkasa menangis.
Sebagai perempuan yang pernah dekat dengan Angkasa,Gisel mencoba sedikit peduli akan laki laki ini. Walaupun ia terlihat ogah ogahan.
Mengingat dulunya ia di selingkuhi oleh Angkasa.
Dan selingkuhnya malah menjadi temannya sampai sekarang.
Karin.
Padahal dulunya,Gisel dan Karin bisa dikatakan Rival di sekolah, kedua gadis cantik tersebut berlomba lomba menjadi yang terbaik untuk menjadi pacarnya Angkasa. Tapi sekarang, keduanya terlihat ogah mengungkit masa itu.
Lamat lamat Gisel memperhatikan perbedaan Angkasa jaman sekolah dengan sekarang.
Masih ganteng malah makin ganteng si Angkasa ini.
"Lo kenapa nangis sih tadi?" Tanya Gisel kembali menggelengkan kepalanya,takut malah terpesona akan mantan pacar mesumnya ini.
Angkasa menghela nafas berat,bahu tegap laki laki itu sedikit merosot.
"Saya kangen Karin"Ujung sudut bibir Gisel terangkat,mengejek.
"Serius lo ngomong gitu? Nggak malu lo?""Saya serius,Gisel"
"Buang jauh deh kangen lo itu" ketus Gisel. "Karin udah bahagia nggak usah lo usik lagi. Dia juga mau nikah dalam waktu dekat"
"Gisel,"panggil Angkasa pelan.
"Apa,sih,panggil panggil gue mulu!"
"Beneran Karina mau nikah?"
Gisel tak langsung menjawab, sedikit berpikir. Ujung alisnya terangkat, Gisel punya ide. "Iya, kenapa?"
Angkasa terlihat tak bersemangat,menelan ludahnya kaku. Laki laki itu mengusap wajahnya yang kusut. "Berarti udah ngga harapan" cicitnya pelan.
"Aneh lo, dulunya lo yang maki maki Karin, lo tinggalin dia pas tau dia bunting anak lo. Sinting lo!" Dumel Gisel. "Sekarang malah dateng minta balikan. Emangnya lo ngga mikir dulu apa gimana? Lo kira Karin segampang itu buat nerima lo lagi?! Dih! Ngga sudi sih!" Gisel terlihat sangat menyebalkan sekarang, bahkan ia terlihat tak peduli kalau Angkasa sakit hati atas perkataannya.
"Memangnya kesalahan saya nggak bisa di maafkan ya?"
"Sa, lo sadar ngga sih, lo itu jahat banget pas jaman sekolah?" Tanya Gisel heran,
"Saya tau,Gisel,saya tau saya salah. Saya salah sama kamu, saya jahatin kamu dan juga jahatin Karina. Iya, saya tau saya salah. Tapi apa nggak pantes buat saya mendapatkan kesempatan kedua?"
Gisel mengerjap pelan,berusaha mencerna ucapan Angkasa. "Lo obsesi sama Karin ato gimana,Sa? Lo suka sama Karin ato nafsu karna Karin makin cantik sekarang?" Tanya Gisel serius tapi wajahnya lempeng.
"Gisel, kita sudah cukup dewasa sekarang---"
"Ya maka dari itu gue nanya,Angkasa. Lo udah cukup dewasa buat mikir kan, Karin udah bukan lagi milik lo. Karin udah bahagia sekarang,nggak sepantasnya lo ungkit ungkit luka yang lo kasih ke Karin lagi"
Gisel menghela nafas lagi.
"Soal kesempatan kedua, semua berhak mendapatkan kesempatan ke versi yang lebih baik lagi dalam hidup. Termasuk lo,gue dan Karin. Kita bertiga pernah berada di posisi paling bawah di saat muda, ingetkan lo, gimana nakalnya kita pas muda,bebasnya kita dalam pergaulan,semua itu pernah kita lalui pas muda. Seiring berjalannya waktu,kita tumbuh sedikit demi sedikit menjadi pribadi yanh lebih baik lagi. Kita bisa membedakan mana yang baik untuk kita dan enggaknya"
"Contohnya sekarang, lo jauh lebih berkembang dari jaman sekolah. Lo inget, gimana lo nggak begitu peduli dengan pendidikan waktu itu,tapi sekarang liat! Lo jadi bos besar di kantor, lo punya banyak karyawan. Hidup lo udah jauh lebih baik dari sebelumnya,Angkasa"
Ada jeda yang cukup lama setelah Gisel berkata demgan cukup panjang.
"Angkasa,plis. Jangan nyiksa diri sendiri. Lo punya kehidupan yang lebih baik"
"Tapi,Sel, saya ingin Karin----"
"Karin bukan milik lo lagi Angkasa! Plis sadar deh! Cape juga gue ngomong sama lo,batu banget heran!"
"Ikhlasin ,Sa,ikhlasin! Karin memang bukan jodoh lo!"
"Susah,Sel. Nama Karina memang sudah di tertanam di hati saya" jujur Angkasa.
"Ya rasain,karma buat lo" respon Gisel singkat. "Udah lah,Sa. Jangan ganggu Karin lagi, lagipula Karin mau nikah dalam waktu dekat" ujar Gisel semakin mengada ngada. Berbohong sedikit tak apa daripada Angkasa selalu berharap dan menginginkan Karin kembali.
"Jadi gue mohon sama lo, jangan coba coba gangguin Karin lagi. Karin udah ketemu sama laki laki yang jauh lebih ganteng dari lo dan pentingnya,dia baik dan bertanggung jawab. Karin udah nemuin kebahagian dia"
"Udah ya, gue mau naik,udah ngantuk" pamit Gisel ingin berdiri.
"Tunggu dulu"
"Apalagi,sih?"
Angkasa terlihat agak ragu untuk berkata, laki laki itu mengerjap pelan sembari menatap manik Gisel.
"Soal bayi yang Karina kandung--- apa benar sudah meninggal?"
"Karin ngomong gitu sama lo?"
Angkasa mengangguk pelan.
Gisel yang berdiri melipat tangan didepan Angkasa. Ia mangut mangut.
"Hmm, namanya Bulan,berusia 5 bulan,punya penyakit jantung bawaan,jadi ya gitu,tuhan lebih sayang Bulan daripada melihat bayi kecil tak berdosa itu tumbuh dalam kesakitan" ungkap Gisel tanpa sadar berkaca kaca. Mendadak ia sangat merindukan bayi kecil menggemaskan."Udah ya,selebihnya gue ngga berani cerita. Gue nggak ada hak buat cerita ke lo"
"Jaga diri lo, hidup lah dengan baik Angkasa. Stop jadi brengsek! Karna hidup bakalan damai kalo jadi orang baik"
"Kamu juga,Sel" ucap Angkasa mencoba tersenyum.
"Karin, maafkan saya" lirih Angkasa perih. Ia cukup sadar perbuatannya atas Karin.
Dosanya pada Karin sudah sangat banyak namun dengan egoisnya Angkasa ingin Karin menjadi miliknya kembali.
Benar kata Gisel, sudah sepantasnya Angkasa mengikhlaskan Karin hidup bahagia tanpanya.
Biarkan Karin memilih jalan terbaik menuju kebahagiaannya walau itu bukan dengan Angkasa.
"Tuhan,tolong maaf manusia yang penuh dosa ini"
![](https://img.wattpad.com/cover/307602691-288-k276358.jpg)