SEMBILAN TAHUN LALU.
"Anjing! Lo sebenarnya punya otak ngga,sih?!"
"Lo mikir ngga hidup lo kedepannya gimana? Jangan tolol jadi cewek!" Angkasa melempar tespeck yang ada ditangannya ke sembarang arah. Ini terlalu tiba tiba,membuatnya marah dan kesal di satu waktu.
"Lo yang bikin gue hamil,setidaknya tau diri lo juga salah, brengsek!" sang perempuan tak kalah nyolot.
"Gue pakek kondom setiap kali main sama lo" sang laki laki tak kalah marah meremas bahu pacarnya keras.
"Pakek kondom bukan berarti lo nggak bisa ngehamilin gue ya?!" Karin menghentak tangan itu dengan emosi.
Angkasa menaikkan sudut bibirnya. " Lo yakin itu bayi gue?"
Kening Karin mengernyit.nafasnya memburu "Lo kira gue cewek apaan yang gampang tidur sama cowok lain,huh?!" Balasnya tak kalah marah.
"Bisa jadi itu bukan benih dari gue" tuduh Angkasa senyum licik.
"Brengsek banget mulut lo ngomong gitu ke gue!" Marah Karin setelah menampar keras pipi Angkasa.
Nafas keduanya sama sama memburu, disulut emosi yang meledak ledak memenuhi ruangan tengah, membuat apartemen Angkasa terasa mencekam antara perdebatan sepasang kekasih itu.
"Anjing!" Angkasa teriak tiba tiba marah.mengacak rambutnya kasar. "Seminggu lagi kita ujian kelulusan,jangan sampe list masa depan gue berantakan gara gara lo"
Karin menatap Angkasa nyalang. "Bukan lo doang yang punya masa depan,Gue juga punya masa depan!"
Angkasa menghembuskan nafas berat. Melihat wajah marah Karin sebentar.
"Kita tidur atas suka sama suka,bukan atas karna paksaan. Gue juga udah pakai kondom tiap kita main, disini lo yang salah, lo yang teledor sampai benih itu hidup di rahim lo" ujar Angkasa serius."Terserah lo mau apain tuh janin, tapi yang jelas gue nggak bakalan bertanggung jawab " lanjutnya lagi kini duduk diatas sofa dan menegak minuman soda diatas meja.
Amarah Karin semakin ingin meledak setelah mendengar ucapan lancang keluar dari mulut Angkasa sang pacar.
"Lo kenapa brengsek gini bangsat! lo yang salah disini,gue nggak bakalan hamil kalo lo nggak nanem benih dirahim gue!" Karin mendekat kearah Angkasa duduk."Tapi lo nggak pernah nolak kan pas gue ajak ngeseks?"
Karin menarik kerah kemeja sekolah Angkasa.
"Brengsek lo,Sa! Kita disini sama sama salah, setidaknya tau dikit kek lo yang paling banyak salah disini. Jangan egois gini,bangsat! Gue hamil! Jangan dibuat becandaan! Gue tau lo kurang ajar tapi jangan begini juga elah!"Angkasa dengan tenang meraih tangan Karin di kerah kemejanya. Ia menyeringai.
"Lo aja kali yang salah,kenapa kemaren kemaren nya lo ngga nolak gue ajak main,hm? Ya karna lo juga suka setiap kita ngeseks. Tapi disini lo yang salah! Lo yang tolol! Lo yang teledor sampe bisa hamil!" Angkasa marah marah sampai telunjuk kanan mendorong kasar kepala Karin." Lo bodoh,nggak mikir sampe situ! Sekarang repot kan lo. Denger Rin,masa depan gue lebih cerah daripada jadi ayah buat bayi sial itu!.Masih banyak yang harus gue lakuin kedepannya" Lanjut Angkasa masih mendorong kasar kepala Karin. Ia marah pada perempuan itu.
Karin terdiam tak membantah lagi,mulutnya terasa berat untuk menjawab. Matanya memejam menikmati perlakuan kasar dari Angkasa,hubungan asmara keduanya baru menginjak empat bulan,waktu yang singkat tapi bisa membuahkan hasil.
Dada Karin terasa sesak,ingin menangis tapi air matanya susah sekali untuk keluar.
Ia tau ia salah,tapi tidak bisakah Angkasa yang juga berperan mengakui kesalahannya juga. Mencari solusi bersama sama bukan saling menyalahkan begini. Otaknya terasa buntu untuk berpikir,cemooh kasar dari mulut Angkasa terus memenuhi kepalanya.
"Arghhh!! Bangsat!!" Teriak Angkasa marah.
Mencengkeram kuat dagu Karin. "Denger gua, lo gugurin sekarang juga janin itu dan hidup kita berdua akan aman""Lo mau ngebunuh bayi yang nggak berdosa ini,Sa?" Suara Karin terbata lantaran Angkasa sang mencengkram kuat dagunya.
Angkasa melepaskan cengkeraman itu, mengatur nafas yang terlalu bergejolak kesal. "Dosa? lo masih bisa mikirin dosa saat ini? Masa depan gue lebih penting daripada kesalahan tolol lo ini!. Kalo lo takut dosa kenapa dulunya ngga nolak pas gua ajak ngewe,huh?!!"
Karin menelan ludah kasar,memejam mata mendengar ucapan Angkasa sudah sangat keterlaluan. "Setidaknya gue masih punya hati nurani,Sa! Gue bisa jadi pendosa tapi enggak bisa jadi pembunuh" tekan Karin dengan suara lantang.
Angkasa berdiri,mengacak rambutnya yang semakin berantakan.
" Anjinglah! Terserah! Gua nggak peduli lo mau ngelahirin apa lo gugurin. Yang jelas gue nggak bakalan bertanggung jawab. Gue nggak mau masa depan gue hancur karna janin sialan lo itu" laki laki itu berjalan kearah pintu keluar, menarik knop pintu agar terbuka dan berucap tanpa beban." Keluar lo, gue nggak mau ketemu lagi sama lo. Mulai sekarang kita putus, gue udah ngga ada hubungan sama lo lagi"
"Jangan hubungin gue,dan jangan jadi penghalang masa depan gue"lanjut laki laki itu lagi.
Karin terdiam, menganga dengan mulut terbuka,sedikit terkejut.kepalanya terasa begitu berat,ia pusing.
Angkasa benar benar definisi laki laki brengsek yang pernah ia temui.
Laki laki itu hanya ingin enaknya tapi sulit bertanggung jawab.
"Bajingan lo,Angkasa" umpat Karin masih duduk.
Angkasa mengangkat bahu acuh. "salah lo sendiri yang tolol ngejaga diri" ujar Angkasa tajam.
"Keluar cepat! Gue butuh waktu sendiri" Angkasa masih berdiri dengan memegang knop pintu,menunggu Karin keluar dari apartemen.
Karin geram melampiaskan kekesalannya dengan meremas rok sekolah yang ia kenakan.
Matanya sudah berkaca kaca.
Dengan perasaan yang sangat sakit,kaki Karin bergerak menuju arah pintu.
Tanpa menatap manik Angkasa yang tampak sangat tak peduli. Perempuan berambut panjang itu berkata.
"Gue nyesel pernah kenal cowok brengsek kayak lo, Angkasa"
"Heum,semoga kedepannya lo nggak gampangan buat diajak tidur" ketus Angkasa menohok. Tak peduli bahwa perempuan itu pernah ia cintai beberapa waktu lalu.
Karin menyapu air mata yang perlahan membasahi pipinya.
"Brengsek" umpatnya lagi.
"Semoga hidup lo nggak akan bahagia selamanya" kata Karin menatap nyalang Angkasa.
" Oh iya satu lagi " kata Angkasa. "jangan libatin orang tua dalam masalah ini. Gue ngga mau aja hidup gue hancur gara gara lo cepuan. Dan dengar! Ini kesalahan lo sendiri,jangan bawa bawa gue" Ujar Angkasa sore itu, sore yang berhasil membuat hidup Karin hancur dalam keterpurukan.
Karin geming,menelan ludah kasar. Kata umpatan untuk Angkasa tak akan bisa membuat hatinya membaik. Jadi ia memilih keluar dengan perasaan sakit menyayat hati.
Beginilah ketika cinta hanya dengan hawa nafsu. Tak ada cinta dan kasih sayang yang tulus. Mereka hanya terobsesi satu sama lain. Angkasa yang suka dengan kemolekan tubuh Karin, dan perempuan itu hanya menyukai paras tampan sang laki laki.