"Hai," sapa laki laki itu dengan senyum manis.Raut wajah Karin langsung berubah,dari datar tak semangat langsung mengernyit heran.
Kenapa laki laki ini menampakkan diri setelah Karin memarahinya.
"Lo, ngapain ke sini?" Raut wajah Karin sama sekali tak bersahabat. Sesaat ia melongos panjang.
Laki laki itu menarik simpul senyuman tipis.
"Saya mau kasih ini"ujarnya lembut memperlihatkan tentengan yang ia bawa."Kamu masih suka sama Martabak,kan?" Senyumnya sungguh menenangkan.
"Angkasa,plis jangan gini,,,"
"Karin, saya tau saya banyak salah sama kamu, saya mencoba memperbaiki apa yang sudah saya lakukan di masa lalu. Tolong,Karin. Kasih saya kesempatan satu kali lagi" ujar Angkasa sangat tulus,wajahnya menyiratkan keputusasaan yang amat dalam.
Karin terdiam tak kuasa melihat manik Angkasa, hatinya berkecamuk tak menentu, mendengar keputusasaan Angkasa membuatnya seperti orang jahat disini.
"Apa yang mau lo perbaiki Angkasa?"lirihnya pelan.Bibirnya kembali terkunci setelah mengatakan pertanyaan tersebut.
"Hubungan antara saya dan kamu" ungkap Angkasa mencoba menyelami manik kecoklatan Karin. "Saya ingin,hubungan saya dan kamu bisa kembali seperti sembilan tahun yang lalu"
"Hubungan sembilan tahun yang lalu,lo ninggalin gue pas tau gue hamil? Begitu maksud lo?"
Angkasa langsung menoleh ke arah lain,tak kuasa mendengar lirihan ketus dari Karin.
Luka yang ia berikan pada perempuan ini sangat dalam.Angkasa mengakui bahwa ia sangat bersalah.
Tapi apakah ia tidak berhak mendapatkan maaf dari perempuan ini?
Angkasa juga menderita setelah meninggalkan Karin di masa itu.
"Karin,"
"Udah lah Angkasa, hubungan kita udah lama berakhir. Mengingat masa lalu makin buat gue benci sama lo"jawab Karin sebelum menghela nafas berat.
"Cukup jadikan pelajaran kedepannya buat kita berdua"lanjutnya lagi.
"Gue harap, lo hidup tanpa dibayangi rasa bersalah akan masa lalu"
"SAYANG!"
Teriakan seseorang yang begitu menggelegar di koridor unit yang sepi berhasil membuat Karin dan Angkasa sedikit terkejut.
Bagi Karin,suara laki laki itu sudah tidak asing lagi di telinganya. Kepala itu sedikit menoleh ke arah kanan, mendapati Jean yang berdiri diambang pintu unit dengan wajah masam melihat kearahnya.
Kening Karin menyatu tatkala melihat sosok yang sudah lama tak ia lihat itu tanpa pakaian atas.
Jean hanya mengenakan celana pendek.
"SAYANG!" Teriaknya kembali dengan suara lakinya.
"Dia manggil kamu?" Tanya Angkasa pada Karin.
"IYA! GUA MANGGIL PEREMPUAN CANTIK YANG DI DEPAN LO!" Jean yang menjawab dengan suara ketus.
"SAYANG! AYO! KATANYA MAU BOBO BARENG!"
Shit!
Air wajah Karin langsung keruh, mengernyit tak suka mendengar teriakan Jean barusan.
Bisa bisanya ia mengatakan hal seperti itu di depan Angkasa.
"Dia siapa, Karin?" Angkasa sebisa mungkin bertanya dengan suara lembut,tak dipungkiri ucapan frontal laki laki tak ia kenali itu sedikit menganggu pikirannya.
"GUA SUAMINYA PEREMPUAN CANTIK YANG DI DEPAN LO ITU!" lagi lagi Jean yang menjawab.
Bisa bisanya telinga laki laki itu mendengar cukup baik pertanyaan Angkasa padahal jarak diantara unit Karin dan Jean terhalang dua pintu.
Karin menghela nafas kasar, ini Jean kalau di diamkan terus pasti ngoceh yang tidak tidak.
Karin melirik Jean dengan tatapan kesal,ia menggeram tertahan.
Tapi yang di lihat Jean hanya wajah Karin yang menggemaskan.
"SAYANG! AYO!" Ujar Jean kali ini sedikit lembut dengan senyum tipis ia berikan pada Karin.
"Dia pacar kamu ya?" Angkasa kembali bertanya.
"BUDEG APA GIMANA? GUA SUAMINYA,BUKAN PACAR!"
"Jean,diem dulu!" Balas Karin mulai lelah.
"Lo baiknya pulang deh, gue mau istirahat"suruh Karin pada Angkasa.
"Kenapa? Kamu mau tidur bareng dia?"
"Dia nggak ada hubungan sama lo,entah gue tidur sama dia,terserah gue" ujar Karin terdengar kasar. "Lo pulang, jangan pernah ke sini lagi"
"Karin, " refleks,tangan Karin menghempas begitu saja tangan Angkasa yang ingin memegangnya.
Karin tak suka saat ada yang menyentuhnya.
"Jangan pegang gue" ketus Karin tak suka.
Angkasa tak menyangka,sebegitukah Karin terhadapnya? Tak menampik ia sedikit sakit saat di tolak mentah mentah oleh Karin.
"Pergi,Angkasa"
"Karin,"
"Bagaimana dengan saya?" Angkasa berkata liirih dan perih. Matanya memerah.
"Lo, ll-lo cuma masa lalu gue" jawab Karin pelan. Perlahan mundur bergerak ke arah pintu Jean berdiri.
"Pergi yang jauh,Angkasa!" Ujarnya sekali lagi sebelum benar benar masuk unit Jean.
Setetes airmata jatuh tak tertahan. Angkasa menangis dalam keheningan.
Perempuan yang masih ia cintai itu sudah menemukan laki laki lain.
"Angkasa?"
"Bener,lo Angkasa mesum,kan?"
Gisel heran kenapa pintu unit terbuka setelah menelpon dengan sang suami,karna tak menemukan Karin berada, ia mencoba keluar dan malah mendapati laki laki dengan pakaian yang rapi menangis di depan unitnya.
"Ngapain lo nangis disini,heh?!" Sembur Gisel bingung dengan kehadiran Angkasa.
"Kamu,Gisel ya?"
"Dih, najis!,kamu kamuan"celetuk Gisel dengan alis bertaut.