Karena bangun terlalu awal, Eve datang terlalu cepat ke sekolah. Karena itu bukan hal aneh jika hanya ada dirinya di ruang guru sekarang. Merasa suntuk, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dengan membawa catatan materi hari ini untuk mengoreksi tugas dan soal yang sudah ia siapkan. Sesampainya di perpustakaan, Eve meletakkan bukunya di salah satu meja dan berjalan mencari rak tujuan. Setelah melewati tiga empat rak, Eve akhirnya menemukan rak buku fisika yang dia cari-cari.
Sembari memindai buku yang berjejer dengan mata dan jari telunjuk, bibir mungilnya komat-kamit lirih membaca deret judul di tiap sisi buku. “Rangkaian Arus Searah, Listrik Statis, Induksi Elektromagnetik ... apa yang khusus membahas radiasi tidak ada? Ini Rangkaian Arus Bolak Balik—“
Memindah atensi ke satu rak di atasnya, Eve balik arah dan kembali memindai dengan matanya. “Teori Relativitas, Radiasi Benda Hitam, Fisika Inti ... ini terlalu jauh. Kemana, ya, buku itu?”
Hendak pindah ke rak di belakangnya, suara derit pintu yang menggema mengejutkannya. Melongok untuk mencari tahu, Eve terkejut kala mendapati orang yang masuk adalah seorang murid. Anak itu membawa tumpukan buka dan meletakkannya diatas meja penjaga perpustakaan. Mungkin dia adalah petugas piket. Sedikit tertarik dengan tumpukan buku yang dibawa, Eve menjauh dari rak dan berniat menghampiri murid itu. “Apa kau butuh bantuan?”
Murid itu tersentak dan membalas gagap. “Eh— Aah, tidak. Itu ...”
Mengenali murid petugas piket, Eve juga sedikit membelalak. “Nico-kun? dengan siapa kamu bertugas?”
Pemuda bersurai keemasan itu mengusap tengkuk lehernya, dari gelagatnya pemuda itu terlihat cukup tidak nyaman. “Dia belum datang, jadi aku duluan.”
“Begitu. Aku sedang mencari buku teori Radiasi Elektromagnetik. Boleh kulihat tumpukan buku disana?”
Nico otomatis mundur untuk memberi jalan pada Eve. Segera memeriksa tumpukan buku, Eve dengan lamat mencari lalu menegakkan punggungnya kembali. “Tidak ada rupanya. Terima kasih.”
“Umm ...”
Belum ada selangkah menjauh dari meja penjaga perpustakaan, satu tarikan kecil menghentikannya. Menoleh kearah sumber penyebab, ia tertegun saat melihat cubitan kecil dari Nico pada lengan cardigan-nya. Berpindah atensi pada si pelaku, Eve bertanya pelan. “Apa ada masalah?”
Pemuda itu tidak langsung menjawab. Manik matanya yang sesekali bergerak menunjukkan sedikit keresahan. Meski begitu, ada sebuah tekad terpancar melihat bagaimana mulutnya mengatup bagai seseorang yang sedang ragu untuk berbicara atau tidak. Eve membalik tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Nico, menunggu pemuda itu siap bicara. Meski tampaknya Eve tidak perlu repot-repot menebak apa yang ingin dibicarakan anak itu.
“Aku tahu, bukan hanya aku yang sering ditindas mereka saat itu,” cicit Nico. “teman-temanku tidak tahu, tapi aku tahu. kalau kamu tidak bisa bertindak karena mendapat ancaman.”
Huh? Manik aqua Eve membelalak.
Berubah haluan dari mencubit ujung lengan menjadi cengkraman pada pergelangan, Nico melanjutkan kalimatnya dengan kepala sedikit tertunduk. “Selama ini aku ingin berbicara denganmu. Tapi teman-temanku terus melarang ku untuk tidak berurusan denganmu. Saat itu, kamu juga mendapat hukuman dan aku tidak tahu dimana kamu di oper tugas. Aku selalu ingin meminta maaf karena sudah egois, dan berterima kasih karena kamu masih mengemban tanggung jawabmu sebagai guru. Tidak seperti guru yang kebanyakan kutahu suka melempar kesalahan.”
Nico membungkukkan tubuhnya penuh hormat pada Eve. “Terima kasih banyak, sensei.”
Eve sama sekali tidak menyangka bahwa anak yang seharusnya paling membencinya adalah yang berpikir untuk meminta maaf padanya. Rasa bersalah kembali memenuhi relung hatinya hingga membuat sudut matanya memanas.”Akulah yang harus meminta maaf karena terlambat menyadarinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
YOKU || SouEve
Kısa Hikaye⭐Utaite Fanfiction ⭐ Satu-satunya harapan Eve setelah berdamai dengan dirinya di masa lalu adalah "perubahan". Hanya saja, sudah terlambat baginya untuk menyadari bahwa Sou adalah eksistensi yang dapat memporak-porandakan seluruh perubahan dalam hid...