11

122 7 21
                                    

Seperti yang tercantum dalam lembar pemberitahuan sebelumnya, para guru diwajibkan menghadiri rapat pada minggu kedua awal bulan. Para guru juga diharapkan untuk menyiapkan laporan terkait kegiatan selama mengajar. Dari metode pengajaran yang dipakai, tingkat kemajuan pemahaman materi siswa, hingga peningkatan-peningkatan lainnya. Sudah lama sejak Eve ikut rapat inti setelah dipindahkan ke gedung cabang. Lagipula ia juga tidak memiliki kendala apapun selama satu tahun mengajar di sana. Malahan para guru di sana jadi heran mengapa bisa dirinya dianggap tidak becus dan dipindah tugaskan ke sekolah cabang. Tapi semua itu sudah berlalu dan ia sudah kembali ke sekolah pusat. Hanya saja melihat semua orang yang hadir masih sama seperti yang ia ingat terakhir kali membuatnya agak risau.


Sebagai orang yang datang lebih awal ke ruang rapat hari ini, Eve berinisiatif membersihkan ruangan dan menata meja. Ia bahkan memastikan di setiap ujung meja sudah tersuguh botol air minum karena rapat mungkin akan berlangsung cukup lama. Tapi apa yang ia lihat setelah kembali dari toilet sekalian mengambil pulpennya yang tertinggal di meja ruang guru adalah pemandangan seorang guru yang sedang dipuji-puji oleh beberapa guru senior. Melihat ini Eve memutuskan untuk tetap diam dan memalingkan wajah. Lagipula tidak ada untungnya kalau dia malah jadi dimanfaatkan dan terjebak di lingkaran setan senioritas. Lebih baik bekerja sesuai kemampuan saja.


Sampai di mejanya, Eve yang baru akan membuka buku catatan laporan dikejutkan oleh sebuah panggilan.


“Eve-sensei! Kau yang memegang kelas Mikito-sensei, kan?” seru seorang guru senior.


Segera bangun dari kursi, Eve menjawab tegas. “Benar, pak. Apa ada masalah?”


Guru senior itu manggut-manggut. Akan tetapi mata guru itu tampak menyiratkan sesuatu. Seolah ada yang ingin ia dengar dan dapatkan darinya. Manik biru aqua itu menyipit curiga sesaat lalu kembali menatap santai dalam satu kedipan.


“Tidak ada, hanya aku penasaran karena akhir-akhir ini kelas 3 terasa cukup damai. Baguslah jika itu termasuk kelasmu juga, Eve-sensei,” balas guru berperawakan tambun itu.


Jadi maksudnya kelasku itu adalah biang masalah, ya, cibir Eve dalam hati sembari membalas guru senior tadi dengan senyum ramah dan ucapan terima kasih lalu kembali duduk ke kursinya.


Begitu Kepala Sekolah Otogiri Seki datang, semua guru duduk di kursi masing-masing menyiapkan lembar-lembar laporan mereka di atas meja. Sekitar 10 menit awal, Kepala Sekolah Seki menyampaikan beberapa patah kata lalu dilanjut dengan pertanyaan singkat seputar perkembangan para siswa tiap masing-masing kelas. Barulah kemudian memasuki topik utama rapat, yaitu laporan mengenai perkembangan kelas sejak pembukaan semester baru.


Melihat dari wajah sang kepala sekolah yang tidak bersemangat menunjukkan ketidakpuasan meski sudah mendengar tiga laporan dari tiga wali kelas. Eve memerhatikan wajah tiga guru yang menelan pahit dan kikuk di kursi mereka mengalih pandang kearah Kepala Sekolah dan meraih lembar laporan diatas mejanya. Bangun dari kursinya, Eve berdeham sekali dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. “Berikutnya adalah laporan dari kelas Mikito-sensei yang akan diwakilkan oleh saya, Kurowa Eve.”


Membuka lembar pertama, Eve menatap kertas laporannya. “Selama satu semester ini, murid-murid kelas 3-3 mengalami sedikit perkembangan. Untuk rekapitulasi absensi kelas 3-3 saat ini adalah 0 alpa, 0 sakit, dan 0 izin. Kemudian untuk nilai-nilai tugas harian dan mingguan semua sesuai nilai standar sekolah.”


“Hm, begitukah? Kupikir di kelas mu ada anak bernama Yahiko?” tanya Kepala Sekolah Seki.


“Benar. Dari pengamatan saya, Yahiko adalah yang paling lambat dalam belajar karena fokusnya mudah terbagi. Ia juga kesulitan berkonsentrasi sehingga daya tangkapnya sedikit berkurang.”

YOKU  ||  SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang