20

64 7 30
                                    

Sinar mentari pagi menembus jendela-jendela tinggi, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di lantai koridor. Suara derap langkah dan celoteh siswa mulai memenuhi gedung sekolah yang megah itu. Namun, tidak seperti ruang-ruang kelas lain dipenuhi oleh siswa yang sibuk dengan remedial musim panas, kelas 3-3 justru disibukkan dengan diskusi lain.


Eve melangkah masuk ke kelas 3-3 dengan matanya yang menyapu ruangan, mengamati murid-muridnya yang sudah berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil, berbisik-bisik dengan semangat.


"Selamat pagi, semuanya," sapa Eve lembut. Seketika, ruangan menjadi hening. Semua mata tertuju padanya.


"Selamat pagi, sensei!" balas murid-murid serempak, dengan semangat yang tidak biasa.


Eve diam cukup lama sebelum kemudian menunjukkan selembar surat yang menyantumkan kalau naskah drama kelas mereka lolos seleksi. Ekspresi semua murid langsung sumringah, beberapa diantaranya bersorak senang.


"Langsung mulai saja?" ajak Eve.


“MAJU, ITO!!”


“YO~ PAK KETU~!”


Ito menghela napas pelan lalu beranjak dari kursinya. "Ayo, Sou."


Sou dengan tenang berdiri dari kursinya di pojok belakang. Pemuda jangkung itu berjalan ke depan kelas, lalu mengambil kapur dan bersiap di depan papan tulis untuk mencatat.


Eve mundur ke sudut ruangan, mengamati jalannya diskusi. Dia memperhatikan bagaimana Ito dengan lugas dan tenang memimpin diskusi, sesekali bercanda untuk mencairkan suasana. Sou, di sisi lain, dengan teliti mencatat setiap keputusan, tulisan rapinya memenuhi papan tulis.


"Baiklah, untuk peran pendukung, kita sudah punya Araki sebagai CEO," Ito mengumumkan dengan suara lantang. "Nico akan menjadi Ray, dan Kiyo akan memerankan Sektretaris. Sou, tolong catat itu."


Sou mengangguk dan dengan cepat menuliskan nama-nama tersebut di papan tulis.


“Ito! Ito!” Wolpis tiba-tiba menunjuk Sou. “Shinigami! Shinigami!”


“Oh, iya, tuh! Shinigami~!”


Ito mengangguk setuju. “Sou, catat itu.”


Ekspresi Sou menunjukkan penolakan. “Aku belum setuju.”


“Masalahnya kamu yang paling cocok.”


“Ck!” Sou akhirnya pasrah menulis namanya sendiri di bawah nama peran.


Eve memperhatikan interaksi mereka dengan seksama, kagum dengan diskusi kelas yang begitu hidup. Setelah hampir satu jam berdiskusi, akhirnya semua nama terbagi ke bagian masing-masing. Namun, tiba-tiba kelas mendadak hening. Semua mata tertuju pada satu bagian di papan tulis yang masih kosong.


“Aduh, pemeran utama, ya?” Ito dan Sou saling pandang, kebingungan terpancar di wajah mereka. Mereka tidak bisa menemukan orang yang pas untuk peran utama ini. Semua siswa di kelas saling melirik.


“Jumlah penanggung jawab sama pemeran sudah pas, lho! Kalau mengurangi NPC nanti malah jadi berantakan!” seru Hans.


“Aku setuju. Selain itu, tidak ada dari kita semua yang cocok dengan karakter tokoh utama,” sahut Ito.


Eve yang sejak tadi hanya mengamati juga merasa tidak yakin. Dia memahami betul karakter tokoh utama dalam naskah drama ini selain karena dia adalah penulisnya. Peran sebagai seorang pekerja yang telah mencapai banyak kesuksesan dan merasa hampa dengan seluruh pencapaiannya adalah sesuatu yang cukup berat untuk dipahami oleh anak-anak seumuran mereka.

YOKU  ||  SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang