"Seharusnya aku hanya perlu menunggu pengumuman pemenang sekarang," gumam Eve pelan. Dengan gerakan pelan, ia melonggarkan dasi hitam yang terasa mencekik. Membiarkan udara sejuk dari pendingin ruangan menyentuh kulitnya yang lembab karena keringat.
Eve melangkah turun dari panggung, bermaksud bergabung dengan anak-anak kelasnya yang berkumpul di area tempat duduk depan. Sampai kemudian sebuah panggilan menghentikan langkahnya.
"Permisi, Ada-san!"
Seruan itu datang seperti gelombang tsunami yang tak terduga. Dalam hitungan detik yang terasa begitu cepat, Eve sudah dikelilingi oleh kerumunan siswi Sekolah Putri dalam balutan seragam musim semi mereka - rok kotak-kotak biru tua yang berkibar lembut dan blazer putih yang rapi. Aroma vanilla dan strawberry dari parfum para siswi bercampur dalam udara, menciptakan atmosfer yang manis dan memabukkan.
Notes warna-warni dan pulpen beraneka rupa teracung di udara, sementara mata-mata berbinar penuh semangat menatap Eve dari segala arah. Jantung Eve berdegup kencang, campuran antara terkejut dan gugup melihat antusiasme yang tak terduga ini.
"Eh? iya? Ada apa, ya?" tanya Eve kaget.
"Sensei, tolong jelaskan tentang karakter Ada!"
"Kenapa Ada sangat mendambakan kematian?"
"Apa ada suatu makna dari karakter yang Anda perankan?"
Pertanyaan-pertanyaan itu bersahutan bagaikan ombak di lautan, saling tumpang tindih menciptakan simfoni penuh rasa ingin tahu. Melihat antusiasme para murid ini mengundang senyum senang di wajahnya. Aroma antiseptik samar dari hand sanitizer yang ia gunakan sebelum pertunjukan masih tertinggal di tangannya ketika ia mengangkatnya, memberi isyarat untuk tenang.
"Kalau begitu, dengarkan baik-baik." Eve memulai dengan suara yang lembut dan matanya menatap hangat pada para siswi yang kini terdiam penuh perhatian. "Ada adalah cerminan dari apa yang masyarakat saat ini anggap sebagai kesempurnaan. Ada adalah perwujudan dari angan-angan kesempurnaan dengan karir yang cemerlang, kekayaan berlimpah, dan pengakuan sosial yang tinggi. Tapi, Ada merasa hampa karena seharusnya kehidupan tidak berjalan seperti itu."
Para siswi mendengarkan dengan tenang, suara gesekan pulpen di atas kertas terdengar bagai bisikan lembut. Beberapa bahkan menahan napas, terhanyut dalam penjelasan Eve.
"Keinginannya akan kematian pun, bukanlah tentang mengakhiri hidup secara harfiah. Ini adalah metafora untuk kerinduan yang dalam. Kerinduan untuk membebaskan diri dari kehidupan yang dibangun di atas pondasi kepalsuan, dari ekspektasi yang mencekik, dari standar kesuksesan yang sebenarnya hanya fatamorgana belaka."
"Jadi, apa pesan utamanya, Sensei?" tanya seorang siswi dengan rambut dikepang dua, matanya berkaca-kaca mencerminkan cahaya sore yang lembut.
Eve tersenyum, senyuman yang mencapai matanya dan membuat wajahnya yang lelah terlihat bersinar. "Hidup yang benar-benar bermakna tidak diukur dari seberapa tinggi gedung pencakar langit yang kita bangun, atau seberapa tebal tumpukan uang di rekening bank kita. Yang terpenting adalah seberapa dalam kita terhubung dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan tujuan yang lebih besar dari eksistensi kita sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
YOKU || SouEve
Фанфик⭐Utaite Fanfiction ⭐ Satu-satunya harapan Eve setelah berdamai dengan dirinya di masa lalu adalah "perubahan". Hanya saja, sudah terlambat baginya untuk menyadari bahwa Sou adalah eksistensi yang dapat memporak-porandakan seluruh perubahan dalam hid...