02

108 14 0
                                    

Di waktu yang sama pada saat guru-guru mengadakan rapat dadakan, para siswa yang diberi tugas massal menuju kelas masing-masing. Beberapa siswa terlihat memenuhi koridor, dan mereka pastinya adalah para siswa baru yang berkeliling. Terlihat bagaimana mereka melangkah takut-takut saat tak sengaja berpapasan dengan kakak kelas, atau mengintip-intip ruangan kelas yang sesama kelas satu. Sembari memerhatikan keramaian, pemuda dengan kemeja sekolah terbuka berdiri memandangi lingkungan sekolah dari jendela. Dengan santai menyesap susu kotak tanpa takut akan ditegur oleh OSIS karena seragamnya yang berantakan.


Dari belakangnya, seorang siswa dengan surai dwiwarna biru-kuning menyapa riang. “Serius, deh, banyak anak baru yang melihatmu, lho! Kasih contoh yang benar, dong! Senior gadungan!”


Pemuda yang disapa itu menyikut perut temannya tanpa ragu hingga yang disikut mengaduh kesakitan. “Argh-! Bocah bangsat—“


“Menurutmu, gantinya wali kelas nanti siapa?” tanya pemuda itu.


Menyandarkan punggung pada jendela, yang ditanya mengangkat bahu. “Entah. Kau berharap siapa, Sou?”


Pemuda bersurai keperakan yang disapa Sou itu bergumam agak panjang. “Yang tidak kolot, menyebalkan, dan sok berkuasa.”


“Eyy~ itu, kan, mayoritas!”


“Soraru-sensei tidak begitu.”


“Beliau saja mungkin yang begitu. Ya sudah, aku ke kelas duluan. Tasmu sudah ku letakkan di meja paling pojok. Kita duduk bareng Wolpis sama Nico.”


Mengibas tangannya, Sou mengusir temannya yang melenggang pergi itu untuk kemudian berseru, “Oi, Ivu! Sambil lewat belikan aku kopi kaleng!”


“Hah!? Beli sendiri! Enak saja!”
“Hutangmu bulan lalu buat kencan sampahmu belum lunas, ya, bajingan.”


Si teman yang dipanggil akrab Ivu itu mendecih. “Sialan, pakai ungkit luka lama!”


Seperginya Ivu dari tempatnya, Sou lanjut menikmati pemandangan sekolah yang masih membawa aroma musim semi hangat. Apalagi hujan sakura yang berada di sepanjang jalan dari gerbang itu menambah suasana musim semi menjadi semakin terasa. Masih ada waktu sampai jam istirahat pertama. Sebaiknya dia ke kantin untuk beli makanan dan snack untuk dimakan di kelas. Setelah puas menikmati pemandangan, Sou berbalik pergi menuju kantin dan membeli beberapa snack dan makanan begitu sampai disana.


Melihat sekitarnya mulai sepi, Sou mengecek jam tangannya untuk kemudian terkejut karena jam istirahat pertama sudah lewat lima menit. Bergegas menuju kelas barunya, Sou setengah membanting pintu untuk kemudian tercengang melihat kelasnya yang sudah penuh dan seorang guru yang berdiri tepat di depan papan tulis.


Di depan kelas, Eve yang memegang buku absen terlihat sedikit terkejut lalu sedetik kemudian berubah jadi menyipit tajam. “Seragammu.”


“Eh, Ah— Maaf, sensei.” Sou buru-buru mengancing kemeja sekolahnya dan mengangguk cepat saat sudah selesai. “Sudah.”


Sudah siap menerima omelan, Sou yang menahan jengah dalam hati dibuat terkejut oleh sang guru yang justru mengulum senyum kecil. Entah guru itu sadar atau tidak, bahwa untuk sekilas wajahnya yang termasuk golongan mungil itu sedikit bersemu. “Mhm. Bagus.”


Jangankan Sou, semua murid yang melihat pun tercengang bukan main. Seolah senyuman macam itu sangat tidak umum dimiliki oleh para guru yang mengajar di sekolah ini. Dan tampaknya gurunya sendiri tidak sadar jika dirinya sudah tersenyum begitu manis lalu dengan santainya berbalik untuk menurunkan kursi ke lantai. “Seperti yang sudah ku beritahu, aku akan menjadi wali kelas sementara sembari menunggu kabar dari Mikito-sensei. Karena semua sudah hadir, aku akan mengabsen nama kalian dan yang dipanggil harap memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkap, panggilan, alamat, dan hal yang kalian suka.”

YOKU  ||  SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang