15

110 5 23
                                    

Melangkah santai, pria dengan setelan sweater hitam dan cardigan senada berjalan seorang diri melewati satu dua murid yang terperangah melihatnya. Pandangan yang tertuju pada pria itu bukan hanya sekadar terkesima. Bukan juga kekaguman atas penampilannya. Melainkan keengganan, kewaspadaan, dan kekhawatiran. Ada sebuah tekanan yang terasa hanya dengan bertemu pandang sekilas dengan manik delima si pria yang sedikit menyipit meski bibirnya melengkung senyum.


Pria itu mempercepat langkah begitu menemukan seorang guru yang baru saja keluar dari pintu kelas. “Permisi, saya mau ke ruang guru.”


Guru itu menoleh dan sempat terhenyak saat bertemu pandang dengan pria itu. “Eh, ah, iya. Mari saya antar. Siapa yang anda cari? Kalau boleh tahu anda wali murid siapa ...?”


“Saya wali murid Aikawa Sou. Guru yang ingin saya temui adalah wali kelasnya.”


“Kurowa-sensei, ya. Baiklah, mari ikut saya.”


Meski menyadari guru itu memucat setelah perkenalan tadi, pria itu tidak melunturkan senyumnya. Malah dia semakin tertarik untuk melihat-lihat sekitar. Sempat menoleh sekilas ke sela pintu yang terbuka, pria manik delima itu melebarkan senyum, menyapa anak-anak yang mematung dengan wajah tegang di dalam kelas sebelum kemudian merapatkan pintu kelas dan pergi.


Ivudot yang kebetulan bertemu pandang dengan pria itu mencoba mengatur napas yang tercekat. Tidak hanya dirinya, beberapa anak yang ada di kelas juga spontan menahan napas hanya karena eksistensi pria bersurai putih perak itu.


“Wah, gila. Itu kakaknya Sou? Tekanannya gila banget! Kau lihat matanya tadi? Orang tadi bukan yakuza, kan?!” cerocos Nico panik.


Wolpis menyeka keringat dingin di pelipisnya dengan lengan. “Aku pernah dengar kalau kakak Sou itu seorang atlet kendo dan pergi ke luar negeri beberapa kali untuk mengikuti turnamen internasional. Tapi aku tidak tahu kalau kakaknya memiliki aura seseram itu.”


Ito menghela napas panjang selagi menyandarkan badan pada punggung kursi. “Pantas saja kadang anak itu macam iblis. Ternyata kakaknya raja iblis.”


“Tapi ... mau apa kakak Sou ketemu sensei? Apa Sou melakukan pelanggaran serius?” Tanya Nico.


Hening sekian saat, anak-anak tenggelam dalam diam sebelum akhirnya melompat dari kursi dengan wajah pucat.


“PASTI SOAL MURAKAMI!!” Teriak Ivudot.


Ito menoleh cepat kearah Leo dan Akame. “KALIAN!! CEPAT CARI SOU!!”


“OKE!!”


“Haruskah kita ke ruang guru?!” Wolpis buru-buru mengenakan jersey-nya.


“Tidak, tunggu!! Kita harus temukan Sou dulu! Kalian cari anak-anak yang lain untuk berkumpul kemari!!”


“Baiklah!!” Ivudot, Nico, dan Wolpis segera berlari ke luar dan berpencar. Tinggal Ito di dalam kelas, pemuda itu juga mengambil jaketnya dan bergegas keluar menuju ruang guru.


Eve yang baru kembali setelah membasuh wajah di kamar mandi menghela napas panjang. Setengah hari berkeliling dan bermain sepak bola full set benar-benar menguras tenaganya. Meski begitu mungkin ini adalah hari terbaik dalam hidupnya setelah sekian lama. Mengingat kembali segala hal yang telah terjadi di masa lalu, Eve mengulum senyum sendu. Sungguh, memerlukan waktu yang cukup lama hanya untuk menyadari hal sesederhana ini.


Sekarang aku mengerti mengapa dia begitu marah. Aku memang menyedihkan sekali, batin Eve sedih.


Memandangi hilir mudik warga sekolah yang sedang membereskan lapangan selepas festival dari jendela, derit pintu yang terbuka mencuri perhatian Eve.

YOKU  ||  SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang