Sinar matahari yang menyengat menembus jendela kaca kelas 3-3, membuat suasana di dalam ruangan terasa pengap dan gerah. Butir-butir keringat mengalir perlahan di dahi para siswa yang sedang berkonsentrasi penuh mengerjakan soal ujian terakhir mereka. Suara pensil yang bergesekan dengan kertas dan desahan nafas yang tertahan menjadi satu-satunya suara yang memecah keheningan yang menegangkan. Aroma kapur dan kertas bercampur dengan bau keringat, menciptakan atmosfer khas ruang ujian di musim panas. Beberapa siswa sesekali mengipasi diri dengan kertas soal, sementara yang lain menggigit bibir mereka, berusaha keras mengingat materi yang telah mereka pelajari semalam suntuk.
Tiba-tiba, suara bel sekolah yang nyaring memecah konsentrasi mereka. Seketika, wajah-wajah tegang berubah menjadi ekspresi lega yang tak terbendung. Para murid bersorak girang, melemparkan pensil mereka ke udara. Dengan cepat mereka mengoper lembar jawaban ke bangku depan, seolah ingin segera terbebas dari beban ujian yang telah menghantui mereka selama berminggu-minggu.
Dengan hati-hati, Eve mengumpulkan lembar jawaban, menghitung dan merapikannya sebelum meletakkannya di dalam map berwarna biru. Ia kemudian berdiri di depan kelas, mengetuk meja guru beberapa kali untuk mendapatkan perhatian murid-muridnya yang masih riuh.
"Selamat untuk kalian semua," ucapnya dengan nada bangga. "Kalian sudah belajar dan berusaha dengan sangat giat. Aku yakin hasil ujian kalian akan memuaskan."
"YOSH! HABIS INI KELOMPOK SATU BORONG SEMUA DAGING!!" seru Naruse semangat.
Anak-anak dari kelompok satu mendecak kesal, tapi mereka tidak bisa membantah.
"Aku juga jadi tidak sabar." Eve baru saja akan menutup sesi kelas dan memberi mereka beberapa pengumuman terakhir ketika pintu tiba-tiba terbuka dengan suara keras.
Semua kepala menoleh ke arah pintu dan tertegun melihat Shoose yang tampak terburu-buru datang ke kelas ini. Bersamaan dengan Shoose yang melangkah masuk, Eve mundur beberapa langkah memberi ruang untuk Shoose bicara. Ia menatap seniornya gugup, jantungnya berdebar kencang. Begitu pula dengan para murid yang langsung terdiam, suasana kelas berubah tegang dalam sekejap.
Shoose berdeham pelan, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan sebelum ia mulai berbicara, "Selamat siang, anak-anak. Maaf mengganggu kegembiraan kalian, tapi ada pengumuman penting yang harus saya sampaikan."
Semua mata tertuju pada Shoose, menunggu dengan was-was. Beberapa murid saling melirik dengan cemas.
"Bulan depan," lanjut Shoose, suaranya yang dalam dan berwibawa memenuhi ruangan, "yayasan Shirayuki akan mengadakan acara ulang tahun untuk ketua yayasan. Ini bukan acara biasa. Panitia meminta setiap sekolah di bawah naungan yayasan untuk mengirimkan perwakilan minimal satu kelas untuk menampilkan sebuah drama."
"Drama?" Hans menaikkan satu alisnya.
"Apa hubungannya drama sama acara ulang tahun? Aneh banget selera orang kaya," hardik Naruse.
Bisik-bisik mulai terdengar di antara para murid. Ada yang terlihat mencibir, ada pula yang mulai menunjukkan ketidak minatan. Namun, Shoose mengangkat tangannya, meminta perhatian kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOKU || SouEve
Short Story⭐Utaite Fanfiction ⭐ Satu-satunya harapan Eve setelah berdamai dengan dirinya di masa lalu adalah "perubahan". Hanya saja, sudah terlambat baginya untuk menyadari bahwa Sou adalah eksistensi yang dapat memporak-porandakan seluruh perubahan dalam hid...