07. SAKIT

17.5K 611 54
                                    

Happy reading

°
°
°
°
°

"Tante mau kamu balik lagi sama anak Tante. Tante mau kamu ubah lagi sifat dia jadi kayak awal pacaran sama kamu. Tante mohon, Aira ... Tante capek sama kelakuan nakal dia. Kamu mau kan balikan sama anak Tante?"

Aira menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya kembali dengan mata tertutup. Entah harus apa yang ia lakukan. Jika menerima tapi Aira sudah menikah, tapi kalau menolak, ia takut Susi menjadi benci padanya.

Aira harus apa?

"Aira? Kamu bisa kan?"

Gadis itu tidak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya ke arah lain. "Tante bisa kasih Aira waktu, gak?" tanyanya balik.

Susi tersenyum manis. Tangannya membelai lembut rambut Aira. "Iya sayang, boleh. Tante kasih kamu waktu sampe kamu dapetin jawaban yang tepat. Tante harap jawaban kamu gak akan pernah mengecewakan."

🐝

Aira pulang ke rumah tepat menunjukan pukul 21.40 WIB. Keadaan perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. Rambutnya berantakan, matanya sembab dan bibir pucat pasi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Begitu Aira datang, alangkah terkejutnya ia saat melihat Adnan yang duduk di ruang keluarga seorang diri. Bahkan kedua kelopak matanya terlihat sembab seperti sudah menangis.

Aira kira cowok itu sudah tidur dan tidak akan menunggunya. Namun, dugaan Aira salah, cowok itu terlihat sudah menunggunya sejak tadi.

Adnan dengan cepat menarik Aira ke dalam pelukannya. Memeluk gadis itu erat dengan air mata yang kembali mengalir.

"Maafin gue Aira..."

Aira melepas pelukan tersebut, tanpa berbicara apapun ia berjalan meninggalkan Adnan yang diam dengan pandangan kosong.

Setelah sampai di kamar, gadis itu menutup pintu dan menguncinya. Membanting tubuhnya di atas kasur.

Bohong jika Aira tidak salah tingkah saat Adnan tiba-tiba memeluknya. Nyatanya, Aira merasakan jantungnya berdebar dan wajah yang memanas.

Ia marah kepada Adnan. Marah karena kejadian tadi siang yang membuatnya benci kepada cowok itu.

Aira tidak munafik. Sebenarnya perempuan itu mulai menaruh rasa kepada Adnan.

"Gue harus apa? Gue gak mungkin nerima dia lagi. Gue gak bisa balik sama dia lagi, sementara status gue yang udah berubah jadi seorang istri," gadis itu menghela napas berat, matanya memejam sejenak, pikirannya berkecamuk kemana-mana. Kepalanya terasa pusing, perutnya juga mual.

"Tapi, kalau gue tolak permintaan Tante Susi, gue takut dia benci, gue takut dia marah sama gue. Gue harus apa..." lirihnya pelan.

"ARGH!!"

Teriakan dari dalam mampu membuat Adnan menegakan badannya, buru-buru cowok itu mengetuk pintu kamar.

ADNANAIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang