《Happy reading》
🐝
Pernikahan Bima dan Asya berlangsung secara tertutup. Hanya dihadiri keluarga, kerabat dekat, dan teman-teman dari pihak laki-laki maupun perempuan.
Tidak dengan Asya, perempuan itu sama sekali tidak melihat kehadiran ayahnya ataupun keluarganya di sini. Padahal ia sudah memberitahu mereka untuk datang ke acara pernikahannya. Walaupun mereka juga kaget saat mendengar kabar itu, bahkan para tantenya juga sempat menjelek-jelekan Asya. Ya, Asya memang sangat di benci semua keluarganya. Cewek itu seakan anak yang tidak diinginkan. Padahal ia sendiri tidak pernah minta untuk dilahirkan, memang pada dasarnya seorang ibu itu adalah wanita terbaik dan terhebat di dunia.
Tanpa diduga, Asya meloloskan air matanya. Ia sangat ingin sekali melihat wajah sang ibu saat tahu anak gadisnya akan menikah. Walaupun pernikahan itu tidak di dasari cinta dan karena sebuah kecelakaan.
Meta sedari tadi melihat raut wajah Asya sampai perempuan itu menangispun ia melihatnya. Wanita itu mendekatkan tubuhnya, kemudian mengusap air matanya menggunakan tisu. "Kayaknya sedih gitu. Kamu kenapa?"
Asya tersenyum, ia menggeleng pelan. "Gapapa kok, Bun."
"Yasudah kalau gitu," Meta kembali ke tempat duduknya.
Keluarga Bima sangat baik padanya. Kakak sepupu, adik sepupu, tante, kakek-nenek dan kedua orang tua cowok itu seperti senang dengan kehadiran Asya yang akan segera menikah dengan Bima. Tidak ada kata 'makian' saat ia bertemu semua tante cowok itu. Jika begini jadinya, Asya akan betah menjadi bagian keluarga Bima. Semoga saja.
Sementara Bima, cowok itu sedari tadi sedang dilanda ketegangan. Entah sudah yang keberapa kalinya ia menghela napas gusar. Menunggu penghulu yang tak kunjung datang.
Beberapa menit kemudian, akhirnya penghulu datang dengan tergesa. Pria itu tersenyum canggung karena telat datang dari jadwal yang ditentukan. "Maaf saya terlambat, di perjalanan macet."
Bram mengangguk. "Langsung dimulai aja, pak."
Penghulu itu mengangguk, ia duduk di tempat duduk yang sudah disiapkan khusus untuknya. "Apakah semua wakil mempelai pria sudah hadir?" tanya penghulu itu menatap Bima.
"HADIR!" Kompak keluarga Bima bersorak hadir.
"Untuk wakil mempelai wanita?" Kini giliran Asya yang ditanya. Membuat perempuan itu mencengkram kuat gaun pernikahannya. Ia cemas, bahkan di sini tidak ada satupun keluarganya.
"Hadir kok."
Asya menoleh menatap Aira dan Alisha yang duduk tak jauh darinya. Ia tersenyum haru, bahkan Asya melupakan suatu hal. Dirinya masih memiliki Aira dan Alisha, sahabat sekaligus keluarganya.
"Untuk ayah mempelai wanita, apakah tidak datang? Atau ada alasan lain?" tanya penghulu itu lagi. Ia bahkan tidak menemukan sosok pria yang seharusnya duduk sampingnya. Yakni pria itu adalah ayah Asya.
"Tidak, pak. Beliau tidak bisa datang," jelas salah satu sepupu Bima. Ia memang sudah sangat akrab dengan semua anggota keluarga Bima, walaupun sedikit canggung.
Penghulu itu menghela napas pelan. "Disaat hari penting anaknya?"
Hati Asya semakin sakit mendengarnya. Benar. Ayahnya tidak hadir di saat hari pernikahan putrinya sendiri. Tetapi, Asya tau ini semua salahnya. Jadi ia cukup mengikhlaskan semua yang terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADNANAIRA
Fiksi RemajaUTAMAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!! Adnan Gevrarsya Mahendra dan Airalia Calista Sanjaya. Dua remaja SMA yang harus menikah di usia muda. Sifat keduanya sangat jauh berbanding terbalik. Adnan dengan sifat dingin dan cueknya, sementara Aira dengan sifat...