39. RUMIT

8.4K 364 62
                                    

《Happy reading》

🐝

Kabar tentang kehamilan Aira sudah menyebar sampai semua keluarga perempuan itu maupun keluarga Adnan. Mereka tentu sangat senang mendengar kabar kehamilan Aira.

Saat ini, Adnan, Aira dan kedua orang tua mereka sedang berkumpul di rumah Angkasa. Sekedar mengobrolkan tentang hamilnya menantu bagi Angkasa dan Jesslyn. Dan anak bagi Leo dan Lia.

"Assalamualaikum."

"Waalikumsalam."

Teriakan dari luar mengalihkan atensi keenamnya. Tidak lama setelah itu, semua anggota inti Antarax generasi 1 terlihat menghampiri mereka. Hanya teman-teman Angkasa dan Leo saja yang hadir. Sementara teman-teman Jesslyn dan Lia, entah kemana mereka.

"Wah ... kabar gimana, bro?" tanya Satya seraya bertos kepada Angkasa dan Leo.

Angkasa tersenyum tipis, pria itu menggeser duduknya agar memudahkan Satya duduk. "Baik. Lo sendiri?"

"Seperti yang lo lihat. Gue baik. Malahan lebih seger walaupun umur udah mau 40," jawabnya seraya terkekeh pelan.

Jesslyn, Lia dan Aira memilih ke dapur untuk membuat kue. Mereka membiarkan para bapak-bapak untuk mengobrol dengan leluasa.

Kembali pada Angkasa dan yang lainnya. Saat ini mereka sedang mengobrol, sesekali tertawa karena candaan yang mereka bawa.

Damar menepuk bahu Adnan. "Udah gede aja lo, Nan. Perasaan baru kemaren lo nangis gara-gara boker di celana," ujarnya seraya terkekeh. Memang benar, dulu Adnan itu cengeng, nakal dan susah diatur. Jadi rindu saat-saat ia menjaili dan meledek Adnan kecil.

"Adnan waktu SMP pernah nangis pas tau Aira pacaran sama cowok lain. Dia gak sampe mau makan karena gak terima," sahut Jesslyn datang dari dapur bersama Aira. Mereka membawa nampan berisi cemilan dan minuman.

Aira sedikit terkejut mendengarnya. Perempuan itu melirik Adnan yang juga sedang meliriknya. Ia terkekeh pelan melihat raut kesal suaminya itu.

Gibran tertawa. "Semasa Adnan juga gue pernah gitu. Nangis cuma karena mantan diambil cowok lain."

Sementara orang yang saat ini sedang menjadi topik hanya mendengus kesal. Mengapa perbincangannya harus tentang masa lalu Adnan? "Dasar playboy!" Dengusnya menatap Satya yang sedang menatapnya dengan tatapan meledek.

"Gini-gini Bang Satya udah setia, lho!" Ucap Satya menepuk dada bangga.

Satya itu persis seperti Jevan. Dari sifat playboy-nya, narsisnya, tengilnya dan juga absurd-nya. Jika saja Satya seusia dengan Jevan, pasti mereka berdua akan nyambung sekali.

"Inget umur, Sat! Mau aja di panggil Abang padahal udah kakek-kakek," tutur Gibran keras.

Satya mendelik tajam. "Lo kira gue udah punya cucu?"

"Enggak salah gak bener juga. Tapi lo pentesnya di panggil Kek sih, Sat."

"Sialan lo!"

"Btw udah berapa kali lo nganu sama Aira?" Damar kembali bertanya. Entah mengapa ia suka sekali menggoda Adnan. Ponakannya itu memang lucu jika sedang ia goda.

ADNANAIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang