06. PERMINTAAN

16.9K 635 116
                                    

Happy reading!

°
°
°
°
°

"Dari mana lo?" tanya Andre saat melihat Adnan yang baru saja datang dan kembali bergabung.

Adnan masih diam, matanya menatap ke depan dengan kosong.

"Cewek tadi siapa?" Bima yang mulai bertanya. Tadi saat ia ingin pergi ke toilet, tidak sengaja matanya menatap Adnan dan seorang gadis. Tentu perawakan gadis itu sangat ia kenal, bertanya hanya sekedar memastikan dugaannya benar atau salah.

Kali ini Adnan menoleh menatap Bima. Lantas kembali menundukan kepalanya dengan tangan terkepal. "Istri gue," jawabnya jujur.

Bima, Andre, Jevan dan juga Reno terkejut mendengarnya. Namun sedetik kemudian, mereka semua tertawa dengan keras, terkecuali Bima yang twtap diam.

"Lawak! Cowok kayak lo punya istri? Yang bener aja?!"

"Gue lebih percaya sama semut yang keliatan gak punya jenis kelamin daripada lo punya istri."

"Halunya you kelewatan anjir!"

"Percaya atau enggaknya kalian, gue gak peduli," tekan Adnan.

Bima berdehem, ia menepuk bahu sahabatnya berulang kali. "Istri lo Aira ya?"

🐝

Aira menatap pantulan wajahnya dicermin. Dengan mata sembab dan rambut yang terlihat acak-acakan.

"Argh! Lo kenapasih, Aira?" Aira memukul-mukul kepalanya menggunakan tangan.

Ia mengusap air mata yang tumpah begitu saja. Setelahnya mengacak rambut perustasi. "Kenapa gue gak rela menjauh dari lo, Adnan?"

Tok
Tok
Tok

"Aira, lo di dalem?"

Teriakan dari luar membuatnya tersadar. Dengan cepat Aira menghapus bercak air mata yang baru saja lolos dari pelupuk matanya. Berdehem singkat setelah itu berjalan membukakan pintu kamar mandi.

Aira tersenyum kepada Asya dan Alisha yang menampilkan raut kawatirnya. "Kenapa?" tanyanya.

Asya mendengus kesal. "Sumpah. Lo lama banget, ngapain aja di sini?"

"Hehe, gue tadi ke kelas bentar."

"Lo nangis?" Tebak Alisha dengan mata memicing.

Aira jadi gelagapan sendiri. "Emm ... a-anu..."

"Anu apa, Ra?"

"I-iya, gue nangis," jawabnya seraya menundukan kepala.

Asya memegang bahu sahabatnya. "Kenapa? Coba cerita."

Aira kembali menangis terisak, bahunya bergetar, mulutnya sangat kelu untuk berkata.

Alisha memeluk tubuh sahabatnya, mengelus bahu gadis itu yang bergetar. "It's oke. Kita ngerti keadaan lo, jawabnya nanti aja. Yang penting sekarang lo tenangin diri lo terlebih dahulu.

"Bener kata Alisha. Lebih baik lo istirahat dulu, kayak bolos ke UKS," sahut Asya memberi saran. Hal itu membuat Alisha menatapnya sinis. "Bercanda. Nanti gue minta izin sama Sekertaris buat izinin dulu kita bertiga."

"Yaudah. Cepetan, mumpung bel masuk belum bunyi."

Keduanya menuntun Aira pergi ke UKS. Beristirahat di sana tanpa adanya gangguan dari siapapun itu.

ADNANAIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang