Chapter 5

834 34 1
                                    

Lizzy sadar dirinya bukan siapa-siapa karena baru saja masuk di bidang fashion ini. Dia beruntung bekerja pada Ariana Langdon yang mau memberikan kesempatan kepadanya untuk berkembang.

Ariana sendiri senang sekali Lizzy banyak bertanya kepadanya soal desain. Sebagai atasan, dengan tulus dia berbagi ilmu kepada orang yang menghargai dan menghormatinya. Lizzy juga tidak sok tahu lantaran sudah mengenyam pendidikan fashion di universitas. Ariana optimis Lizzy mampu mengerjakan tugas penting ini dengan baik.

Malam sudah larut, tapi Lizzy masih sibuk memainkan pensilnya di atas kertas. Sudah berapa lembar kertas yang dia gambari contoh desain gaun pesta. Dia tentu ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya kepada Emily dan Ariana bahwa dia dapat diandalkan dalam urusan desain. Tentu dia tidak mau mencoreng nama Sang Bos, Ariana Langdon, salah satu desainer fashion ternama di dunia.

Begitu dirasa cukup banyak, Lizzy pun memotret seluruh desainnya dan memilih untuk tidur.

Keesokan paginya, Lizzy dikagetkan oleh bunyi alarm ponselnya. Dia segera bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Dia tak sabar ingin menunjukkan foto-foto desain gaunnya kepada Ariana.

Hari ini dia mengenakan blus berkerah dan celana panjang model skinny yang memberikan efek ramping.

Lizzy berjalan cepat di lobi sambil melihat lagi foto-foto rancangan gaunnya. Tiba-tiba, benda pintar itu berbunyi. Lizzy mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal. Dia pun membukanya dengan harapan pesan itu bukan virus yang bisa merusak ponselnya.

"You look hot today." Begitu isi pesannya.

Langkah Lizzy terhenti. Dia menoleh ke kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang mencurigakan. Memang tidak ada.

Tunggu sebentar!

Lizzy memperhatikan sekelilingnya lebih lama. Ada beberapa pria berbadan besar yang mengenakan setelan jas hitam, duduk bersebelahan satu sama lain. Juga ada seorang pria yang mengenakan topi, duduk menundukkan kepala di tengah-tengah mereka.

Rahang Lizzy hampir jatuh, tetapi dia berpikir lagi. "Tidak mungkin itu Gerald dan tidak mungkin Gerald sejahil itu. Siapalah aku ini," gumamnya. Namun, pikirannya terbukti salah.

Gerald mendongakkan kepala, menatap Lizzy sambil tersenyum lebar, dan melambai-lambaikan ponselnya.

"What?" Kali ini rahang Lizzy benar-benar jatuh. "Sedang apa dia di sini?" pekiknya sembari berbisik agar tidak didengar siapapun.

Lambaian tangan Gerald lama kelamaan berubah menjadi panggilan. Gerald meminta Lizzy datang menghampirinya.

Mau tak mau Lizzy menurut karena Gerald adalah customer pertamanya. Lizzy harus bersikap profesional agar tidak mempermalukan nama Ariana Langdon. "Good morning, Your Grace," sapanya seraya merendahkan tubuh dan menundukkan kepala.

Gerald berdiri. Pria tampan itu tersenyum. "Sudah kubahas mengenai panggilanku kemarin, Elizabeth," katanya.

Lizzy mendongakkan kepala. Pagi-pagi begini ada saja orang yang menggelitiknya untuk marah-marah. "Dan sudah kubahas mengenai panggilanku di malam sebelumnya, Sir," balasnya.

Gelak tawa Gerald terdengar merdu di telinga Lizzy. "Kau terlihat cantik hari ini," pujinya tulus.

Pipi Lizzy memanas karena malu. Dia berusaha menutupinya dengan bersikap sopan. "Terima kasih, Sir. Anda pun terlihat menawan."  Tetapi Lizzy tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Bayangkan saja, dipuji cantik oleh bangsawan tampan begini. Siapa yang bisa tahan? "Ada yang bisa kubantu hari ini?" tanyanya, sengaja melontarkan pertanyaan formal agar terlihat biasa saja.

The Duke And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang