Chapter 8

690 36 2
                                    

Emily nampak terkejut oleh rancangan-rancangan yang ditawarkan oleh Lizzy. Hal itu dapat dilihat dari kebingungannya sewaktu memilih model gaun.

Emily memiliki bentuk tubuh jam pasir, idaman para wanita. Pinggangnya yang langsing serta pundak dan pinggul sama besar membuatnya cocok mengenakan pakaian apapun.

Ada beberapa model yang menjadi pilihan Emily dan dia meminta Lizzy untuk memberi saran. Lizzy menunjukkan kelebihan dan kekurangan masing-masing gaun, lalu mengusulkan Emily untuk memilih model mermaid dengan bahu off-shoulder.

"Aku suka model mermaid, tapi tidak dengan warnanya," kata Emily. Sudut bibirnya mengerucut, menandakan bahwa wanita cantik itu sedang berpikir. Kedua matanya menatap gaun itu secara detil, mulai dari bagian dada, pinggang, sampai ke ekornya yang cukup panjang. Topeng rancangan Lizzy juga dinilainya dalam hati. "Aku ingin topeng bahan lace," lanjutnya.

"Topeng bisa diganti dengan bahan lace," Lizzy mencatat permintaan Emily di bukunya. "Untuk warnanya bagaimana, Miss? Ingin diganti dengan warna maroon?"

"Ew! Tidak!" pekik Emily jijik.

"Oh," Lizzy tergelak karena Gerald salah memberi tahu warna favorit Emily kepada Ariana. "Menurutku, warna ivory akan cocok dengan warna kulitmu," lanjutnya.

"Tidak, tidak. Aku ingin warna yang berbeda. Bagaimana kalau turquoise atau biru navy?"

Lizzy membayangkan warna turquoise dan biru navy menempel pada tubuh Emily secara bergantian, lalu dia mengangguk. "Biru navy bisa," katanya.

Emily tersenyum. "Apa kalian juga menerima pesanan untuk pria?"

"Ya, Miss, tapi aku belum memiliki pilihan desainnya."

"Itu tidak masalah. Gerald tidak banyak menuntut. Dia akan memakai apapun yang kau buatkan untuknya," Emily tertawa, diikuti senyuman Lizzy.

"Baik. Akan kutambahkan nanti di pemesanannya."

Baru saja Lizzy menuliskan permintaan Emily, Gerald masuk ke ruangan VVIP. "Apa sudah selesai?" tanya pria itu.

"Belum," jawab Emily. "Aku baru saja meminta Lizzy untuk membuatkanmu setelan."

"Oh ya?" Gerald menghampiri calon istrinya. "Boleh aku tahu pilihan gaunmu?"

"Tidak, tidak! Ini rahasia, dear," Emily menggelengkan kepala sembari tertawa renyah. "Kau hanya boleh tahu warnanya, yaitu biru navy."

Gerald diam sedetik. "Okay, I'm in," ujarnya setuju.

Emily mengelus rahang Gerald yang berdiri di sebelahnya. "Tapi Lizzy belum punya pilihan desainnya, jadi kalian harus membuat janji lagi untuk menentukan model dan pengukuran."

"Kau tidak ikut?"

"Tidak bisa, sayang. Lusa aku harus terbang lagi ke Paris."

Lizzy diam saja mendengarkan percakapan mesra pasangan bangsawan di hadapannya. Jarinya sibuk menggeser-geser layar ponsel, tetapi telinganya menangkap suara mereka. Dalam hati, dia menyesal karena menerima permintaan Emily untuk membuatkan pakaian bagi Gerald. Tetapi apa boleh buat, dia harus bersikap profesional.

"Sayang sekali. Padahal, aku ingin kau lebih lama di sini," balas Gerald. Dia memeluk Emily dari belakang, lalu mengecup puncak kepalanya.

Emily memejamkan mata, merasakan pelukan hangat dari pria yang dicintainya. "Aku juga, tapi kontrak dengan majalah ini adalah peluang bagus bagiku."

"Peluang apa lagi? Kau ini calon duchess," rengek Gerald.

Tawa Emily terdengar manja di ruangan itu. "Aku tidak ingin membawa nama besarmu ke dalam karirku, honey. Kau tahu itu."

The Duke And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang