|| 16 || perjanjian

1.7K 140 2
                                    


_

blue sudah resmi bertunangan, cicin mahal sudah tersemat di jari manisnya. blue menatap lelaki di depannya yang berstatus tunangannya datar

"saya ada perjanjian" ujar lelaki itu ketus, terdengar dari suaranya yang tidak ramah membuat blue sadar lelaki didepannya ini tidak menyukai kehadirannya

apakah blue peduli? cih tidak sama sekali. blue menatap lelaki didepannya datar "katakan"

"kita bicarakan dikamarmu saja" dapat ia lihat lelaki itu masih mengawasi sekitar, blue mengerti ia menyetujui diam-diam ucapan tunangannya

"aksa" panggil wanita paruh baya lembut

aksa menoleh, menatap ibunya tak kalah lembut "iya mom, ada apa?"

wanita itu sejenak menatap ke arab blue dengan sedikit delikan tidak suka, entahlah apa maksud ini semua "momy akan pulang, kamu baik-baik disini boy" ujar wanita itu, dengan tenang mengelus kepala anaknya sayang

blue hanya diam, matanya ingin sekali rasanya memutar malas akan drama didepannya. setelah acara pamit itu beberapa orang yang disana mulai pergi, sedangkan kedua insan yang sudah terikat cicin tunangan itu bergegas ke kamar blue

"apa?" tanya blue datar, tubuhnya ia dudukkan dengan santai ke kasur selepas mengganti baju tadi

aksa, tunangan blue bersedekap dada "saya sudah membuat perjanjian dalam tunangan ini" balas lelaki itu

alis blue terangkat sebelah "katakan"

"pertama, saya katakan saya sudah mempunyai kekasih, jadi lebih baik kamu anggap tunangan ini hanya terjadi sementara"

blue mengangguk setuju, jantungnya berdetak senang karena masih ada kesempatan blue kembali mengejar jesa "lalu?" tanya blue

"perjanjian pertama, kita hanya sebatas partner tidak lebih"

"kedua, jangan urusi urusan masing-masing"

"terakhir, tidak ada hubungan intim apalagi sikap lembut diantara pasangan kecuali didepan keluarga"

blue mengangguk-anggukkan kepalanya sangat setuju "okei gue setuju"

aksa tersenyum, puas mendapatkan respon baik dari gadis yang sudah menjadi tunangannya

"gue mau tidur, silakan lu keluar" celetuk blue, gadis itu membaringkan tubuhnya membelakangi aksa

aksa, lelaki itu bergerak santai keluar kamar, melangkah pergi ke kamar yang disiapkan untuknya. masih tunangan kalo udah nikah gpp sekamar

_

seminggu berlalu setelah pertunangan blue dengan aksa terjadi, gadis itu cenderung lebih pendiam, bahkan tidak ada rencana diotaknya mengatakan kalimat lebih panjang kepada kedua temannya

meta, gadis itu sudah masuk, pertunangan meta dan liam sudah jadi buah bibir di sekolahnya tanpa tau jika mereka berdua sudah melakukan seks, vidio itu tidak tersebar luas karena meta dan amore yang hanya memilikinya

sekolah sempat tercengang, bukankah liam berpacaran dengan amore mengapa bisa bertunangan dengan meta, ada yang mengatakan jika mereka berdua dijodohkan dan banyak lagi desas desus yang berlebihan

tangan jesa terulur memberikan air botol mineral pada pemuda yang blue lihat akhir-akhir ini dekat dengan gadisnya. sekarang blue ada dilapangan setelah jam olahraga ia memilih istirahat sejenak di bangku penonton

"makasih jes" ujar pemuda itu dengan senyum ramahnya, terlihat lubang pipi yang cukup dalam di pipi pemuda

"diliat terus gaakan buat jesa balik ke lu" celetuk natha, gadis itu datang dengan botol yang ia ulurkan untuk diberikan pada blue

blue tidak menolak, ia menerima dan langsung meninumnya "terlalu fatal blue, lihat gadis lu sampe pergi cari pelampiasan" ujar natha enteng

"gue tau" balas blue datar

"terus lu gada rencana berjuang dapetin jesa lagi?" tanya natha sedikit heran

blue terdiam, entahlah mungkin nanti ia mencoba "tunggu saja" balas blue

natha menghela nafas, otaknya sudah berfikir jernih, disini amore yang memulai, tetapi ia tidak bisa tidak menyalahkan blue yang tidak sadar menerima ciuman itu, tidak jangan buat otak natha frustasi kembali

"kapan tanding basket basket lagi?" tanya natha mencoba mencairkan suasana

"dua hari lagi" balas blue tanpa minat, gadis itu masih setia menatap jesa yang sekarang rambutnya sudah diacak hingga berantakan oleh pemuda itu, siapa namanya? galen? jelan? jaidin? entah blue lupa nama pemuda itu

"siapa sangka" celetuk meta yang baru datang, gadis itu langsung duduk disamping blue dengan santainya

"tanpa gue bergerak temen lu pada bertindak sendirinya" lanjutnya penuh ejekan, gadis itu dengan santai menyanggah sisi wajahnya yang miring menatap blue

blue tetap diam, tidak menoleh ataupun menanggapi gadis disampingnya. sedangkan natha, ia memutar matanya malas "pergi lu" perintah natha ketus

"siapa lu nyuruh-nyuruh gue" ini pernyataan meta membalas ucapan ketus natha

"gue bilang pergi, lu ganggu" ujar natha tambah ketus, entah mengapa natha mulai sedikit membenci pada 'mantan' sahabatnya itu

meta terkekeh mendengarnya "puas banget gue pertemanan sahabat gue pada berantakan" suara meta sangat pelan dengan penuh ejekan

natha menatap meta tajam lalu berdiri dengan jari telunjuk menunjuk meta "maksud lu apa anjing?" tanyanya tak santai

wajah meta semakin miring menatap natha seperti menatap lelucon garing "apa? ga terima?" tanyanya seperti tantanganplu

blue berdiri, menunduk menatap wajah meta "jangan urusin urusan kami" ujarnya dengan suara datar

"gue ga sebaik yang lu pikirin" lanjut blue, suaranya dalam dan tajam, ia tidak ingin dibantah cukup gadis di depan blue yang pergi dari pertemanan ini, blue mendengus setelahnya ia berlalu pergi dengan cepat

meta sedikit merinding, hampir saja gadis itu menjatuhkan kepalanya karena tangannya yang tiba-tiba lemas. sedangkan amore yang baru datang tidak sengaja mendengar dari awal, hati kecilnya berdenyut sakit, semuanya karenanya, seandainya ia tidak merebut perhatian kedua orang tua meta, seandainya hari itu ia tidak mencium blue, seandainya...

"maaf, semuanya karena aku" lirihnya dengan air mata mulai terjatuh, amore memilih menghapusnya lalu berbalik pergi dari sana

tujuan awalnya ingin mengajak natha dan blue ke kantin ia urungkan, amore sadar sikap dingin dan ketus natha padanya membuktikan pertemanan mereka memang tidak bisa diselamatkan, apakah amore menjauh saja?

"katanya ga akan nangis lagi" celetuk seorang pemuda, amore langsung menoleh, langkahnya berhenti menatap liam

"jangan deketin gue lagi" balas amore ketus, tapi karena suaranya yang serak karena menangis itu terdengar seperti paksaan

liam terkekeh garing, terkekeh yang tidak bisa diartikan senang? sedih? atau bahagia? entahlah "aku cuma mau bicara sama kamu am, ga boleh ya?"

amore tidak menjawab ia mundur lebih menjauh dari liam, ia menunduk panggilan liam untuknya tidak berubah membuatnya semakin merundung ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya

liam menghela nafas pelan dengan tatapan sedih menatap amore "aku masih berharap ini cuma mimpi am, tapi semakin aku menyakinkan ini mimpi kenyataan semakin terlihat, aku bukan milik mu dan sebaliknya aku tidak bisa memilikimu, tapi tetap tenanglah aku tetap mencintaimu"

_

arigatooooo

hidup didunia fiksi? [GxG] ongoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang