Part 18 - Bimbang

40 2 0
                                    

- • Happy Reading • -

Menurut sebagian orang, hujan di pagi hari membuat mereka kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tapi sebagian orang lainnya yang menyukai hujan maka rintik air bukanlah sesuatu yang mempersulit mereka.

Udara dingin memang sering membuat orang-orang lebih memilih bergulung dalam selimut, tapi bukan di saat hari kerja seperti ini.

Jalanan dipenuhi dengan kendaraan beroda empat, pengendara motor lengkap dengan jas hujan, dan payung berbagai warna yang melindungi para pejalan kaki.

Hari ini Vara kembali diantar oleh sang Ayah ke sekolah setelah sekian lama. Gadis itu duduk diam di kursi penumpang sambil memeluk tasnya dan melihat keadaan luar dari balik kaca jendela mobil di sampingnya yang tertutup rapat.

Tak ada yang memulai obrolan di sepanjang perjalanan, hanya Heru yang sesekali melirik setiap putrinya ada pergerakan kecil. "Nanti Ayah jemput" katanya memecah keheningan, "Pulang jam berapa kamu?".

"Jam 3" jawab Vara kini menatap Ayahnya, "Tapi Vara bisa pulang sendiri kok, Yah".

"Kamu gak mau Ayah jemput?" tanya Heru berhasil membuat Vara terdiam untuk beberapa detik.

"Vara takut ganggu Ayah kerja" jawab gadis itu kemudian kembali melihat ke jendela.

Tak ada obrolan lagi setelah itu, mereka sama-sama diam kehabisan kata padahal tidak banyak yang mereka bicarakan sebelumnya.

"Kalau Ayah gak bisa jemput, kamu sama Elvan aja" kata Heru yang hanya Vara iyakan saja.

Mobil berhenti di depan gerbang yang penuh dengan para siswa dan payung mereka. Vara membuka payungnya juga saat keluar dari mobil, "Dah! Ayah" gadis itu melambai kecil sambil tersenyum.

Hati Heru menghangat melihat senyuman putrinya itu, ia harap senyum itu akan terus ada tapi dia sendiri jarang melihatnya. Mobil sedan hitam itu meninggalkan sekolah masih dengan Vara yang terus melambai sambil melihat kesana-kemari mencari seseorang yang mungkin dia kenal untuk berjalan bersama ke kelas.

Tidak banyak yang memakai jas almamater di hari ini, padahal akan lebih hangat dipakai saat cuaca seperti ini. Vara akhirnya berjalan sendiri menuju kelasnya, payung ia lipat kembali saat menaiki tangga.

"Vara!".

Suara melengking yang sangat Vara kenal itu memanggil namanya. Gadis itu berbalik melihat Salsa yang berlari menghampirinya dengan Arvan yang berjalan santai membuntuti Salsa.

"Gak usah lari, nanti ja–".

"Akh!" pekik Salsa saat kakinya melewati satu anak tangga yang membuat dirinya jatuh karena hilang keseimbangan.

Vara menutup mulut tidak jadi melanjutkan kalimatnya karena hal itu sudah terjadi di depan mata, ia hendak turun tapi Arvan yang berada lebih dekat dengan Salsa tengah membantu gadis itu berdiri.

"Kalian bareng ya?" tanya Vara mengulurkan tangan pada Salsa yang ingin menggandengnya.

Salsa hanya mengangguk tanpa mengiyakan ataupun mengelak, begitu juga dengan Arvan yang berdeham. Keduanya seperti malu untuk mengakui bahwa mereka berangkat ke sekolah bersama.

Rak sepatu yang sudah lama tidak kelas mereka gunakan kini diletakkan di depan kelas sebagai tempat payung sedangkan jas hujan dijemur pada pagar pembatas.

Kelas hari ini dimulai dengan pelajaran yang paling Vara suka yaitu Bahasa Inggris. Gadis itu semangat sekali menjawab dan mengerjakan soal yang diberikan, teman-temannya pun tak mau kalah hingga kelas terasa ramai karena suara para siswa yang bersahut-sahutan.

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang