Part 20 - Gagal

40 2 0
                                    

- • Happy Reading • -

Beberapa dari remaja berstatus sebagai siswa sedang belajar dengan tenang di rumah mereka, suasana malam yang tenang membuat mereka dapat memfokuskan pikiran. Tapi ada juga yang harus menyambung ekonomi untuk membantu keluarga dengan bekerja.

"Besok gue ajak Liona balikan" ujar seorang pemuda yang duduk di salah satu meja bersama dengan kedua temannya.

Mereka berkumpul di sebuah cafe tempat teman mereka bekerja. Tempat bergaya klasik yang cukup digemari anak muda ini sudah sangat sering mereka kunjungi untuk sekedar mengobrol ataupun mengerjakan tugas sekolah bersama.

"Udah luluh lagi?" tanya salah satu dari mereka, seorang laki-laki dengan sweater cokelat muda.

Lawan bicaranya mengangguk, "Pasti".

"Kalau udah gitu, besok lo jauh-jauh dari anak baru kelas gue deh, Van" laki-laki dengan kemeja navy yang membalut kaos putihnya memberi peringatan.

"Dia bukan apa-apa" balas Elvan, "Lagian kenapa sih? Lo suka sama dia?".

Tatapan curiga juga Dion berikan, sepertinya dia setuju dengan pertanyaan Elvan. Cowok yang sering dipanggil Arvan itu malah mengalihkan pandangan dari tatapan teman-temannya yang membuat dirinya jelas terlihat seperti mengiyakan pertanyaan Elvan tadi.

"Kalau lo suka, buruan bilang" ujar Elvan, "Sebelum diambil orang".

"Orang itu berurusan sama gue" balas Arvan.

"Lo bukan siapa-siapanya si cewek, bro" sahut Dion lantas membuat Arvan terdiam.

Gelak tawa terdengar dari Dion dan Elvan setelah berhasil mendiamkan Arvan. Ini bukan yang sekali atau dua kalinya untuk Arvan gagal menyatakan perasannya pada seorang gadis hanya karena dirinya ingin mengenal lebih dekat gadis itu terlebih dahulu.

Sikapnya yang ramah dengan semua orang juga sering membuat si gadis salah paham hingga mereka saling jauh dengan sendirinya.

"Gimana kalau gue tembak dia untuk kedua kalinya di kantin?" tanya Elvan meminta saran, "Kayak dulu".

"Jangan lupa traktir semua yang ada di kantin" ujar Dion, "Kayak dulu juga".

"Itu kan kalau gue diterima".

"Kok lo ragu gitu sih?" sahut Arvan membuat Elvan seketika tersadar dengan yang baru saja dia katakan.

Elvan tidak menjawab, ia mengambil segelas lhychee ice yang tadi dia pesan untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering tercekat.

Dion mengangguk kecil, "Baru kali ini lo bilang gitu" katanya setuju dengan Arvan, "Biasanya yakin aja kalau semua cewek yang lo deketin mau sama lo".

"Liona kan beda" balas Elvan tidak mau terpojok.

Teman-temannya tidak lagi membahas hal itu, kini ganti Arvan yang terus membicarakan gadis siswi baru di kelasnya. Ia hanya bicara dengan Dion karena Elvan tidak merespon.

Sepertinya Elvan tidak tertarik dengan topik obrolan mereka, ataukah ada hal lain yang mengganggu suasana hatinya?.

Malam mulai larut, jam kerja untuk pekerjaan paruh waktu telah usai. Pemuda dengan seragam berwarna cokelat tua khas cafe ini mendekati meja teman-temannya.

"Pindah luar yuk!" ajaknya.

Mereka berpindah ke meja yang ada di teras cafe, memandang langsung ke jalanan yang selalu ramai.

Seseorang menepuk pundak Angga yang baru saja duduk. Si empu menoleh melihat laki-laki yang berdiri di belakangnya sambil memperlihatkan apron hitam yang sudah dilipat rapi di tangannya.

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang