Part 48 - Pelukan

52 2 0
                                    

- • Happy Reading • -

Apa seperti ini Elvan dulu saat masih bersama Liona? Tidak heran jika hubungan mereka berakhir begitu saja.

Liona yang biasanya bebas bergaul dengan siapa saja tiba-tiba dibatasi pergerakan oleh sang kekasih pasti akan meras tidak nyaman.

Menaruh rasa percaya pada pasangan merupakan salah satu hal yang dapat memberikan kenyamanan dalam suatu hubungan.

Dan Vara mencoba menetapkan hal itu pada Elvan yang dulunya menggenggam Liona terlalu kuat hingga gadis itu akhirnya memilih pergi karenanya.

Elvan menghela nafas, "Oke, i'm try".

Vara tersenyum mendengarnya, "Makasih ya" ucap gadis itu.

Gadis itu lalu melambai sambil berjalan menjauh dari Elvan yang setia memandang punggung kekasihnya yang semakin mengecil tertelan jarak.

Elvan sempat melihat Vara berbalik lalu melayangkan kiss bye untuknya sebelum pemuda itu membalas ciuman jauh itu lalu melaju pergi.

Dahinya mengernyit melihat mobil sangat Ayah sudah ada di garasi, biasanya Alan selalu pulang larut malam.

Elvan masuk ke rumah dan samar mendengar obrolan kedua orang tuanya dari ruang makan.

"Rincian harga bahan dan barang kebutuhan Resto tuh dipalsukan sama dia, sisanya dia ambil" ujar Alan menceritakan kejadian semalam pada istrinya, "Heru jelas marah, langsung lah buat laporan dan kita serahkan ke pihak yang berwajib".

"Siapa, Pah?".

Elvan datang langsung dan menarik kursi. "Eh! Tasnya taruh kamar dulu" titah Ambar membuat Elvan yang hendak duduk lantas dengan malas meninggalkan meja makan menuju ke kamarnya.

Ambar bangkit dari kursinya menyiapkan makan siang untuk sang anak, sedangkan Alan masih menyeruput teh tawar dengan sedikit rasa pahit buatan istrinya.

"Kok bisa ketauan kalau itu rincian palsu gimana, Mas?" Ambar kembali duduk bersamaan dengan Elvan yang datang.

"Anak laki-lakinya, Rama, yang pertama tau" jawab Alan, "Heru ajak dia ke Resto buat liat keadaan usaha keluarga itu"

"Di sana dia liat-liat juga laporan keuangan dan dia yakin kalau dia tau harga kebutuhan Resto harusnya gak semurah itu, dan benar terbukti" lanjut Alan, "Pinter anak itu".

Elvan memutar bola matanya malas mendengar pujian sang Ayah untuk Rama, Ambar menahan tawa melihatnya.

"Sayangnya dia agak keras, persis kayak Heru" sambung Alan.

"Jadi, semuanya udah clear dan tinggal mengembangkan lagi Resto biar stabil lagi kayak dulu" ujar Ambar disetujui oleh suaminya.

Elvan berdeham menarik perhatian kedua orang tuanya, "Kalau soal El sama Vara gimana?".

"Gimana apanya?" tanya balik Ambar.

"El udah jadian Vara" ujar Elvan membuat kedua orang tuanya saling melemparkan pandang.

"Bener, El?" Alan tidak percaya.

"Gini nih, baru aja Mama sama Papa menunda perjodohan kamu. Eh, kalian malah jadian" ujar Ambar tak habis pikir.

"Papa ngerti maksud Elvan" balas Alan, "Sesuatu yang dipaksa itu memang susah diterima oleh hati, ya seperti sekarang ini. Gak usah dipaksa, mereka sudah saling cinta".

Elvan tertawa setuju dengan Ayahnya, "Memang Papa yang selalu ngertiin El".

Ambar berdecak, "Kan Mama udah bilang kalau kamu tuh pasti suka sama Vara".

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang