Part 26 - Rama & Elvan

45 2 0
                                    

- • Happy Reading • -

Bola dengan paduan warna kuning dan biru itu berkali-kali membentur lantai lapangan dengan keras menimbulkan suara yang menggema di seluruh ruangan.

Gadis dengan rambut panjang yang diikat rapi tak henti-hentinya berlari kemudian melompat tinggi guna menampar bola tersebut dengan sekuat tenaga. Nafasnya terengah, ia menggulung lengan kaos olahraga kemudian menyeka keringat yang bercucuran dengan lengannya yang juga basah.

"Kenanga!".

Gadis itu seketika merinding mendengar seseorang memanggil nama belakangnya, apalagi suara itu terdengar seperti seorang laki-laki.

Lirikan tajam dia berikan pada pemuda yang berjalan ke arahnya membawa bola voli yang dia smash tadi. Gadis itu menyadari sesuatu dan kemudian tersenyum remeh, "Oh, Ketua tim baru ternyata".

Pemuda itu menggeleng, "Gue bukan Ketua tim".

Gadis yang dipanggil Kenanga itu tertawa sembari melangkah mendekat, "Menurut lo, gue gak tau kalau seorang Dion Pranata sekarang menggantikan posisi temennya sendiri sebagai Ketua tim voli putra?".

"Gue bilang bukan, ya bukan" balas Dion tanpa kesal, "Nih" ia mengulurkan tangannya berniat mengembalikan bola gadis itu.

Si cantik hendak mengambil bola itu tapi dengan cepat Dion membalikkan tangannya membuat bola tersebut tersembunyi di balik punggungnya.

"Gimana kalau kita tanding akhir bulan ini?" tawar Dion terdengar seperti tantangan. "Gue pengen liat, sekuat apa sih Kenang–".

"STOP MANGGIL GUE KENANGA!".

Suara gadis itu menggema di seluruh penjuru lapangan dalam ruangan yang hanya ada mereka berdua.

"Lo bukan siapa-siapa" tekan gadis itu menatap marah pada Dion, "Jadi, stop manggil gue pake nama itu".

Dion mengangkat kedua tangannya menyerah, "Okay, Alisya".

Gadis itu melangkah mundur kemudian berlari kecil mengambil tasnya yang ada di tribun kemudian pergi meninggalkan cowok aneh yang membuatnya marah itu.

Dion menatap bingung pada Alisya yang belum menjawab tentang tawarannya.

"Jadi gimana?" serunya bertanya memberhentikan langkah Alisya yang hampir sampai di ambang pintu.

Alisya mendengus lalu berbalik, "Biasanya akhir bulan ini ada latih tanding kan? Ngapain nanya lagi sih?" kesalnya.

"Gue mau taruhan".

"Gak minat".

Alisya hendak kembali melangkah namun seruan Dion membuat langkahnya lantas terhenti.

"Gue menang, kita pacaran!".

Tangan Alisya mengepal, dengan marah dia berjalan cepat mendekati pemuda itu. "Maksud lo apa jadiin gue taruhan?!" amuk gadis itu hingga wajahnya memerah.

Dion mengangkat kedua bahunya tak acuh, "Itu kan kalau gue menang" balasnya santai.

Alisya menghela nafasnya yang memburu lalu melipat tangannya, "Kalau lo kalah?".

"Kalau gue kalah, perbaiki pertemanan lo yang udah mulai rusak" jawab Dion membuat Alisya tertegun mendengarnya.

Ada perasaan yang tidak bisa Alisya deskripsikan setelahnya. Gadis itu hanya diam dan amarahnya pun perlahan mulai padam, ia tersadar saat Dion berjalan melewatinya dan menjatuhkan bola yang sedari tadi cowok itu pegang tepat di depan kakinya.

"Gue anggap lo setuju" ujar Dion melirik singkat pada Alisya, "Good luck, Sya".

***

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang