Part 17 - Dengan Arvan

37 2 0
                                    

- • Happy Reading • -

"Cewek bego!" umpat Elvan sambil melemparkan buku bersampul putih miliknya, "Lupa kan lo?"

Hampir buku itu mendarat di lantai jika Vara tidak dengan cekatan menangkapnya, "Iya, maaf" ucap gadis itu pelan.

"Kerjain yang bener" ujar Elvan sebelum berbalik dan melangkah meninggalkan Vara yang masih terdiam di atas tangga.

Arvan yang menunggu di ujung tangga sangat tidak suka dengan yang Elvan lakukan pada gadis itu, untunglah ia bersikeras melarang Elvan untuk mengajak Vara pulang bersama.

"Lo mau jadi perundung?".

Pertanyaan dari Arvan terdengar tepat di telinga Elvan saat mereka berpapasan. Kedua sorot mata mereka bertemu, saling bertatapan tajam seolah siap untuk memulai pertarungan.

Sejenak Elvan mendengus, "Dia suka rela kok, tanya aja kalau gak percaya" jawab pemuda itu atas pertanyaan Arvan kemudian melanjutkan langkahnya.

"Var–".

"Udah, gak apa-apa" potong Vara sebelum Arvan benar-benar akan bertanya kepadanya.

Kali ini Vara berjalan lebih dulu tapi dengan cepat Arvan menyusul hingga mereka berjalan beriringan menuju ke Ruang OSIS. Gadis itu berdiri di samping pintu putih itu setelah Arvan masuk ke dalam ruangan, ia melepas tasnya untuk menyimpan buku Elvan dengan baik.

"Nanti kirim aja file-nya ke gue".

Vara menoleh melihat Arvan yang hendak keluar dari pintu tapi masih mengobrol dengan teman-temannya yang ada di dalam ruangan. Pemuda itu tersenyum kecil pada Vara kemudian memberikan tas berisi laptop miliknya, "Tolong ya" pintanya.

Si cantik menerima tas itu kemudian berjalan mengikuti Arvan menuju ke parkiran. Arvan mengulurkan tangannya membantu Vara naik ke atas motor, "Bisa?".

Vara mengangguk kemudian menerima uluran tangan itu sebagai pegangannya. Motor melaju membelah keramaian jalan Ibukota di sore hari yang mendung ini, Arvan beberapa kali mengajak Vara berbicara agar gadis itu tidak bosan saat bersamanya.

"Mau makan dulu?" tawar Arvan.

Vara berpikir sejenak kemudian mengangguk, "Boleh, makan apa?".

"Lo mau apa?".

"Terserah deh, apa aja".

"Prfft.." Arvan menyemburkan tawa kecil, "Udah gue duga sih". Vara hanya menampakkan cengirannya.

Arvan menegakkan tubuhnya sembari mengurangi laju kecepatan motornya, "Deket rumah gue ada warung makan ayam bakar yang enak banget" ujarnya "Mau ke sana?".

Vara mengangguk cepat, "Mau!".

Arvan membawa Vara ke kawasan perumahan yang cukup asing bagi gadis itu. Motor sport hitam dengan sedikit garis warna merah itu masuk ke pekarangan rumah gaya minimalis berlantai dua.

"Gue tunggu di sini aja" ujar Vara pada Arvan yang membuka pintu rumah dan mempersilahkannya untuk masuk.

"Tas lo taruh dalem aja ya" pinta pemuda itu sebelum masuk ke dalam rumah.

Vara mengikuti langkah Arvan tapi hanya sampai ke ruang tamu saja. Terlihat pemuda itu menaruh asal jas OSIS hitamnya di pagar tangga sedangkan ia naik menuju lantai atas membawa tas dan laptop miliknya.

Tidak banyak foto yang terpajang di ruang tamu ini. Hanya foto pernikahan kedua orang tua Arvan, potret seorang anak laki-laki dengan seragam khas Taman Kanak-kanak, dan foto seorang gadis kecil yang wajah lucunya sangat dekat dengan kamera.

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang