Part 46 - Sakit

66 1 0
                                    

- • Happy Reading • -

Sepasang kekasih itu duduk di atas pasir putih lembut sambil memandang indahnya sorot jingga dari matahari yang hendak membenamkan diri.

Mereka duduk dengan tangan yang masih bergandengan, bahkan beberapa kali si laki-laki mengecup punggung tangan gadisnya tanpa mengalihkan pandangan pada senja di hadapan mereka.

"Senja cantik ya" puji Vara.

"Senja memang cantik" sahut Elvan kemudian melihat ke arah Vara, "Tapi kamu lebih indah dari senja, karena bisa gue peluk".

Vara tertawa saat Elvan menariknya dalam pelukan, "Puitis banget sih" ujar gadis itu.

"Makasih ya, El" ucap Vara, "Gue belum pernah menjalani ini sebelumnya, jadi masih gak percaya aja kalau ini bakal terjadi".

"Kalau aja kita bertahan sedikit lebih lama, mungkin perjodohan kita masih ada" imbuh Vara.

Elvan melepas pelukannya, "Gue merasa bersalah banget, Var" ucapnya, "Dulu kita ngejalanin perjodohan dengan hati yang batu, sampai akhirnya kita tau kalau orang tua kita hanya ingin yang terbaik buat anak-anaknya".

Vara menundukkan kepala berusaha menahan tangis saat mendengar perkataan Elvan itu. Perasaannya campur aduk antara bahagia, sedih, dan kecewa pada dirinya sendiri atas semua yang dulu terjadi.

"Nangis aja, Var" ucap Elvan mengusap pipi lembut gadis itu, "Gak semua orang, kuat berpura-pura" bisiknya membuat tangis Vara pecah seketika.

Gadis itu menangis sejadi-jadinya di depan Elvan. Untuk pertama kalinya dia menampakkan sisi dari dirinya yang lemah di depan seseorang, biasanya ia akan diam jika marah maupun kecewa tapi sekarang dia menangis di hadapan Elvan yang berhasil membuatnya percaya.

Elvan tidak tega melihat Vara yang menangis hingga mencengkram kuat lengannya seolah menahan semua beban berat yang selama ini ada di bahunya.

Perlahan Elvan kembali menarik Vara dalam pelukan, air mata Vara terasa hangat menyentuh kemejanya yang masih basah.

Begitu juga dengan surai Vara yang kini Elvan usap lembut sambil berusaha menenangkan Vara dengan membisikkan sesuatu, "Gue di sini, Var".

Manik mata Elvan menatap matahari yang sudah terbenam separuhnya membuat sorot jingga semakin menyala tajam. Dalam hati, Elvan berjanji akan kembali membawa Vara ke tempat ini tanpa adanya tangis kesedihan.

Elvan mengusap air mata yang membasahi kedua pipi kekasihnya itu setelah pelukan mereka terlepas, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong belakang celananya yang kemudian dia ulurkan pada Vara.

"Apa?" tanya Vara melihat tangan Elvan yang terkepal menyembunyikan sesuatu.

Elvan melirik tangannya mengisyaratkan pada Vara untuk membukanya sendiri. Gadis itu membuka kepalan tangan Elvan lalu tersenyum lebar saat mengetahui isinya.

Sebuah kalung emas dengan liontin berbentuk bunga mawar yang kilaunya dapat berubah menjadi warna merah muda membuat Vara terkesima.

Elvan memakaikan kalung itu karena Vara masih belum bisa berkata-kata, hari ini Elvan benar-benar membuatnya merasa seperti seorang gadis yang sangat istimewa.

"Cantik" ucap Vara saat melihat kalung itu sudah melingkar di lehernya.

"Sama kayak lo" timpal Elvan yang membuat Vara tertawa kecil sambil mengusap air mata di sudut matanya.

"Makasih, El" ucap Vara sembari memberikan senyuman manisnya pada Elvan.

Matahari telah terbenam seluruhnya berganti dengan rembulan yang menghiasi gelapnya langit malam bersama dengan taburan bintang.

ELVAN VARA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang