part 12

6K 647 19
                                    

Haechan sedang duduk di kantin dia sedang menunggu Haikal, kata Haikal nanti dia akan menyusul soalnya Haikal lagi disuruh sesuatu sama Bu guru.

"Sendirian nih? Mana kembaran Lo?" tanya Jeno.

Haechan yang mendengar suara Jeno hanya memutarkan bola matanya malas. Kenapa harus ada orang ini sih? Pikir haechan.

"Urusan buat kamu?"

"Hoho.... Ya urusan dong. Lo tau ga cil? Tadi gw liat Haikal ngobrol sama Kaka kelas, beh vibes nya kek adik Kaka. Wah keknya bau bau ada yang mau punya Abang baru nih...."

Haechan mendengar itu hanya cemburu saja. sepertinya Jeno sedang menghasut dirinya. Haechan tidak boleh terpancing!

"Apasi! Haikal lagi nemenin anak baru keliling tau!" ucap Haechan kesal.

"Ya... Siapa tau kan? Haikal punya pikiran mau punya Abang baru lagi... Ntar Lo ditinggalin Haikal."

"Jeno ga boleh gitu! Haechan abangnya Haikal! Dan ga boleh ada Abang baru lagi!" tegas haechan.

"Oh iya? Kalau abangnya, kenapa waktu itu biarin Haikal ketabrak? Jadi Abang kok ga bisa jagain adiknya."

Haechan terkaget, itu kejadian sudah lama sekali. Saat Haikal tertabrak karena ulahnya. Panjang kalau diceritain, intinya seperti itu.

"Itu kan ga sengaja! Hiks..."

Jeno yang melihat haechan menangis malah ketar ketir. "Eh jangan nangis anjir.... Sumpah gue minta maaf ga maksud.."

"Hiks... Pergi!!!"

Jeno tanpa pikir panjang langsung saja pergi dari pada dia dihantam sama Haikal kan? Bisa berabe.

Haechan kembali duduk sendiri di meja kantin sambil menangis. Sungguh kalau ada yang mengingatkan tentang kejadian itu haechan pasti akan menangis. Kejadian itu karena ulahnya. Tapi untungnya Haikal baik baik saja.

"Hiks... Hiks... Ikal dimana?? Jejen nakal bikin Abang nangis... Hiks..." Haechan mengucek matanya terus Hinga..

"Huaaaaaaaa ikalll air matanya nakal ga mau berhentiiii.."

Seisi kantin langsung terkaget melihat haechan yang menangis. Mereka ikut ribut seperti, ada yang menenangkannya ada yang langsung menuju ke Haikal dan mengadukan tentang keadaan abangnya.

~•0•~

"HAIKALLLL WOY!" teriak jaema saat melihat Haikal sedang duduk di bangku taman sekolah dengan murid baru.

"Kenapa jaem?" tanya Haikal.

"Abang Lo nangis ... Di usulin si jenong." ucap jaema.

Haikal langsung saja berdiri dan akan menghampiri abangnya itu. Sepertinya Jeno harus benar benar dikasih pelajaran.

"Bang gw ke sana dulu, Lo lanjut keliling sama jaema aja."

"Oke."

~•0•~

"Abang...." panggil Haikal yang melihat abangnya masih sesenggukan karena abis menangis.

"Ikal hiks..." haechan langsung merentangkan tangannya meminta dipeluk.

Haikal langsung memeluk haechan dan menenangkannya.

"Jenjen nakal!!!!!" adu haechan.

"Dia apain Abang?" tanya haikal.

"Dia usulin Abang hiks... Jenjen nakal ikall."

"Nanti Haikal kasih pelajaran."

Haechan mengangguk.

"Jenjen bilang Abang ga bisa jagain ikal...."

"Suttt yang dikatain Jeno itu ga bener 7dah jangan didengerin"

"Tapi itu bener ikal. Abang ga bisa jagain ikall hiks... Abang juga ga bisa jadi Abang yang baik."

"Sut udahh Abang ga boleh bilang gitu. Abang udah baik banget. Abang udah bikin ikal bahagia kan? Itu udah cukup."

"Kapan Abang bikin ikal bahagia?" tanya haechan sambil menatap Haikal yang memeluknya dengan erat.

"Cukup Abang ada di sisi ikal aja ikal udah bahagia banget Abang. jadi jangan nangis, nanti ikal sedih."

Haechan menggeleng. "Ikall jangan sedih."

"Makannya abang jangan nangis oke?"

Haechan mengangguk dan mulai menghapus air matanya  dibantu dengan Haikal.

"Oke sip hari ini ikal traktir beli cilok. Uang abangnya disimpan aja nanti pulangnya kita beli eskrim oke?"

Mata haechan berbinar dan mengangguk semangat. "MAUUUU IKALLL."

Haikal terkekeh dan mengangguk.

~•0•~

Next?
Bantu tandai yang typo

SI KEMBAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang