part 17

5.2K 504 27
                                    

Ini masih jam sekolah tapi haechan baru saja nganterin temannya yang sakit ke rumahnya. Haechan baru nyampe di sekolahnya. Tapi tiba-tiba dikejutkan dengan jaema yang berlari ke arahnya.

"Haechan!" panggilnya dengan nafas tak beraturan karena berlari.

Haechan sebenarnya bingung, ini jaema kenapa gitu ya kan, datang datang ke dia lagi.

"Adek Lo noh," ucap jaema yang masih mengatur nafasnya.

"Ikal kenapa?" tanya haechan bingung.

"Adek Lo dibawa ke BK, telpon ortu Lo gih."

Haechan yang mendengar itu tanpa pikir panjang langsung menuju ke arah ruang BK. Adiknya di BK? Apalagi yang dia perbuat coba.

"Permisi?"

"Oh haechan masuk nak," ucap guru BK. Kita panggil saja pak do.

Haechan masuk dan duduk dihadapan pak do. Disebelah haechan ada Haikal dia menundukkan kepalanya.

"Nak haechan, bisa tolong telpon orang tua mu?" ucap pak do.

"Maaf sebelumnya pa, Dady dan Mae berada di Thailand. Haechan sudah menghubunginya dan menuju kemari. Jadi, haechan sebagai Kaka Haikal yang akan menggantikan mae dan Dady."

Pak do mengangguk tak apalah jika haechan yang datang kemari. Toh? Sama-sama keluarganya apalagi haechan ini adalah kakanya.

"Jadi begini nak haechan, alasan saya memanggil anda kemari karena kelakuan adik mu ini loh. Bapak udah pusing sekali..." keluh pak do.

"Kalau boleh tau pak masalahnya apa?" tanya haechan. Sebisa mungkin haechan harus sopan bukan? Dan terlihat dewasa.

Haikal sedari tadi memegang tangan abangnya. Entahlah Haikal sedikit, takut?

"Haikal memukuli teman sekelasnya dan kini temannya sedang berada dirumah sakit. Info yang saya dengar 5 menit tadi temannya mengalami patah tulang dibagian tangannya," jelas pak do.

Haechan yang mendengar itu terkejut. Apa ini? Haikal melakukan kekerasan pada temannya? CK, adiknya ini belajar dari mana coba.

"Maaf pa kalau boleh tau alasan Haikal memukuli temannya karena apa?" tanya haechan.

"Saya kurang jelas mendengarnya, mungkin Haikal bisa menjelaskannya."

Haechan melepas genggaman tangan Haikal dengan kasar. Haechan menatap manik Haikal dengan tajam. Oh tidak, ini yang Haikal takutkan.

"A-anu, ta-di..." Haikal gelagapan, bagaimana tidak? Tatapan abangnya semakin menusuk dirinya.

"Katakan yang jelas Haikal. Abang ga mau buang-buang waktu!"

"Haikal dituduh mencontek saat ulangan 4 hari yang lalu, dia menuduh Haikal mencuri kunci jawaban dari ruang guru. Karena nilai haikal dan dia berbanding sangat beda. Haikal mendapatkan nilai besar sedangkan dia tidak. Dan dia menuduhku... Lalu aku memukulnya..." jelas Haikal dengan kalimat terakhir yang terdengar pelan.

Haechan yang mendengar itu menghembuskan nafasnya lelah. Selalu saja seperti ini pikirnya.

"Baiklah berhubung Haikal sudah melakukan hal seperti itu maka saya akan memberikan surat peringatan yang ke 2. Maaf nak haechan, berhubung ini adalah surat ke 2 nya Haikal, maka jika Haikal mendapatkan surat ke 3 lagi. Maaf dengan itu saya hanya bisa mengeluarkan surat perpindahan Haikal ke sekolah lain."

Haechan yang mendengar itu hanya mengangguk dan menerima surat yang diberikan pak do.

"Baik pak, kami akan menasehatinya. Tapi sepertinya bapak harus mempertimbangkan tentang teman Haikal yang menuduhnya. Karena saya yakin, Haikal tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Dan untuk nilai besarnya itu karena Haikal memang belajar, bahkan sampai begadang untuk mendapatkan nilai maksimal," ucap Haechan membuat pak do mengangguk.

SI KEMBAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang