Chapter 3

449 51 9
                                    

Sensitive content

Trigger warning // abusive, child abuse, kekerasan, blood, bullying, sexual assult / sexual Harrasment, dead dove, trauma, mental health, selfharm

Jimin turun dari bus dengan wajah lelahnya, ia tidak memiliki waktu istirahat sama sekali. Jung Hee dan kawan-kawannya terus-menerus mempermainkannya, bahkan mereka melakukan hal tak senonoh di kursinya. Menyentuhnya dan juga membuatnya menderita. Ia tahu jika teman-teman sekelas lainnya menyadari hal itu, ruangan terlalu kecil dan suara bahkan pergerakan apapun bisa terlihat dan terdengar, ditambah bus menjadi begitu sunyi setelah kedatangan kelompok perundung itu.

Jimin tidak bisa mengangkat kepalanya karena rasa malu yang menyelimutinya, ia menyadari tatapan jijik dari yang lain yang menbuatnya hanya bisa menunduk tanpa melirik kearah lain.

Sebuah lengan bertatto mengalung di belakang pundaknya, membuat tubuhnya menempel dengan tubuh pria itu. Aroma parfum mahal tercium dari sosok itu, namun Jimin membencinya. Ia benci aroma ini.

Mereka berkumpul di vila yang dipesankan khusus untuk mereka, guru mulai membagikan pasangan kamar mereka, setiap kamar di huni oleh dua siswa. Entah apakah guru itu masih memiliki hati nurani atau memang takdir sedang berpihak padanya, ia di satukan dengan siswa lain dan bukan Jung Hee. Jimin terkesiap ketika ia menyadari jika ia tidak akan disatukan dengan Jung Hee, matanya melirik kearah guru yang menatap papan dengan tatapan aneh, tak menyadari jika kini Jung Hee mulai menatap guru tersebut dengan dingin. Ia menoleh kearah Jimin yang masih terdiam dan segera melepas rangkulannya

"Sepertinya, takdir sedang bermain-main denganku" geram Jung Hee yang terdengar oleh Jimin, Jimin kembali terkesiap dan segera menundukkan kepalanya dengan rasa takut yang menggerumutinya.

"Baiklah, bersenang-senanglah dengan teman sekamarmu itu, Jiminku sayang" Jung Hee menepuk pundak Jimin dan berjalan pergi darinya dengan senyuman usil yang membuat bulu kuduk Jimin berdiri.

Setelah, ia melihat jika sosok itu mulai menjauh kepalanya segera menoleh pelan mencari teman sekamarnya.

Jung Hoseok

Jung Hoseok

Jung Hose-

?

"Hai! Kau Park Jimin bukan?" Sebuah tepukan juga suara ceria terdengar di belakangnya, Jimin terkejut dan segera menoleh dengan wajah terkesiap. Hoseok yang melihat wajahnya tersenyum lebar.

"Kau lebih cantik setelah dilihat secara langsung"

"Huh?"

"Perkenalkan, Aku Hoseok! Jung Hoseok!" Ia tersenyum dengan tangan yang terulur membuat Jimin bingung dengan sikapnya, Hoseok seharusnya adalah teman sekelasnya. Ia pasti mengetahui siapa Jimin dan tak akan ingin berbincang dengannya, namun pria ini begitu aneh. Ia seolah tak menyadari tatapan membunuh yang di berikan oleh Jung Hee dari jauh.

"J-Jimin... Park Jimin" balasnya dengan gugup, ia membalas uluran tangan Hoseok.

"Mari melihat kamar kita!" Seru Hoseok dengan senyuman lebarnya, ia segera menarik tangan Jimin dan membawanya menuju kamar mereka yang berada di lantai atas, Jimin melirik kearah dimana Jung Hee berdiri, tangan pria itu terkepal dengan rahang yang mengeras melihatnya pergi, Jimin memilih untuk diam dan menunduk mengikuti langkah Hoseok dengan takut.

Ketika mereka sampai di depan kamar. Hoseok menoleh kearah Jimin, menatapnya dari atas ke bawah.
"Kau hanya membawa itu saja?" Hoseok menatap kearah punggung Jimin, dan baru menyadari jika pria itu tidak membawa hal lain selain ransel usang di punggungnya.

Middle of the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang