Chapter 12

381 47 1
                                    

Trigger warning

Blood, kekerasan dan pembunuhan

Suara tawa yang bisa terdengar dimalam yang semakin dingin, rasa hangat didalam tempat tinggal yang selama ini hanya memiliki kesunyian dan rasa sepi kini terasa setelah setengah tahun lamanya. Jimin tertawa dengan senyuman lebar. hidangan di meja makan terlihat begitu menyenangkan dengan candaan dari pria dihadapannya. tak menyadari kedua pasang mata yang terkejut melihat mereka dari luar jendela. 

ia terkesiap dan seketika merasa marah dengan rasa cemburu yang melambung tinggi, rasa penasarannya terbayarkan, kini ia menyaksikan bahwa selama ini Jimin tidak pernah sendiri, selama ini pria itu telah menyembunyikan sosok lain disana bersama dengannya. tak sampai disana matanya semakin terbuka lebar ketika ia melihat bagaimana intimnya kedua sosok itu.

Wajahnya semakin memerah, ada rasa yang tidak menyenangkan dalam dadanya, bergemuruh dengan begitu kencang seolah menolak apa yang baru saja ia lihat. Tanpa berpikir panjang ia segera berlari menjauh dari sana dengan wajah kecewa dan marah, berlari menuju salah satu rumah penduduk dengan bersungut-sungut.

Jimin masih tertawa dan berdansa dengan bahagia di setiap nyayian dari Jungkook, dengan tubuh yang bergerak dan memutar lalu masuk kedalam pelukan Jungkook yang tersenyum lebar dengan tatapan lembutnya menatap betapa lebarnya senyum Jimin.

Malam akhir tahun begitu dingin namun terasa begitu hangat bagi keduanya, ia tersenyum pada Jungkook dan memberikan kecupan bahagia kepada wajah pria itu.

Malam yang begitu bahagia, tentu tak menyadari bahwa kebahagiaan itu akan segera hancur.

Suara teriakan yang ramai, suara marah para penduduk dan api yang berkobar ditangan mereka, dengan bersungut-sungut di pimpin oleh Kepala desa juga Jung-Hee yang masih memasang wajah marah juga kecewa, mereka datang menuju tempat tinggal Jimin.

Mendengar suara gaduh yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya membuat Jimin segera menghentikan semuanya, Jungkook sudah menyadarinya namun ia memilih acuh, namun kini tatapannya mulai menajam, kedua alis tertekuk bingung dan tajam.

"A-ada apa diluar?" Jimin ingin memeriksanya, senyumnya hilang melihat api-api yang menyala dibalik jendela kecilnya, namun sebuah tangan segera menahannya. Jungkook menggeleng padanya untuk tidak keluar sama sekali dengan wajah serius

"Kita harus lari, mereka sudah tahu keberadaanku" balas Jungkook.

"Apa?"
"Ba-bagaimana bi-" ucapannya segera terpotong dengan ia yang terdiam setelah menyadari hal yang salah.

"Tidak mungkin... Jung Hee... Ia..."

"Ya..." Jungkook mengangguk seolah sudah mengetahui apa pemikiran pria dihadapannya, segera Jungkook tanpa pikir panjang menarik tangan Jimin untuk pergi melalui pintu belakang dimana merek sering menggunakannya untuk menuju halaman belakang, dan menanam sayuran.

Jungkook menggeram dengan marah
'sial, diriku masih belum pulih'

Ada rasa tegang juga takut membuat genggamannya semakin mengerat pada lengan Jimin dan langkah kakinya semakin cepat.

"Jungkook! Jungkook! JUNGKOOK!" seru Jimin menyadarkan Jungkook dari pikiran-pikiran yang memenuhi seluruh isi kepalanya dengan segala rasa takut akan hal yang kemungkinan terjadi.

Jungkook segera menoleh dengan panik, menatap dibelakang tubuh Jimin dan menyadari jika mereka sudah menjauh dari para penduduk desa, namun Jungkook tahu jika mereka berlama disini maka mereka akan tertangkap, namun bukan hal itu yang ia pikirkan, matanya seger beralih kepada Jimin dengan panik

Middle of the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang