Chapter 11

407 46 4
                                    

Sensitive content 

Tw // kissing 

entah bagaimana bisa semuanya terjadi, semua seolah berlalu dengan cepat, keberadaan keduanya merupakan suatu hal yang berdampak besar bagi diri mereka masing-masing. Jimin tak tahu dimana semuanya berawal, bagaimana bisa perasaan aneh ini mulai tumbuh dan bagaimana bisa seluruhnya mulai bergantung pada sosok pria yang ia bantu beberapa bulan lalu. semuanya terasa begitu cepat hingga ia tidak menyadarinya. 

suara basah dengan desahan, ditambah panasnya ruangan semakin membuat Jimin merasa di luar kendali. kedua tangan kekar yang melilit pinggang kecilnya, seolah menahannya untuk pergi dari sosok itu. meraup habis bibir Jimin dengan peperangan lidah yang membuat tubuh Jimin semakin memanas. Jimin bisa merasakan gesekan di bawah sana yang membuatnya merasakan perasaan tak nyaman. 

"Junghhh-ngahh" keluh Jimin, tangan itu terus menepuk pundak pria yang kini merubah posisi mereka, menjadikannya duduk di atas pria itu. Jungkook melihat Jimin yang kesulitan bernafas segera melepaskannya perlahan dengan senyum usil, tak menyangka jika ia akan berada diposisi ini bersama dengan sosok mungil di hadapannya ini. 

Jungkook menatapnya dengan penuh puja juga kebahagiaan, ia lupa bagaimana semua ini bermula, bagaimana bisa Jimin kini menunjukkan wajah memerah malu dengan bagian bawahnya yang mulai berdiri dan keras, ia melupakan bagaimana pria kecil itu perlahan mulai  bersikap aneh padanya, mulai bergantung padanya dengan wajah yang sering memerah ketika melihatnya memotong kayu. perlahan senyumnya semakin lebar 

ahh...ternyata tak hanya ia yang jatuh

"aku-aku harus segera memasak makan malam" lirih Jimin dengan canggung, karna itu adalah ciuman pertamanya dan jujur saja, itu sangat luar biasa. 

melihat bagaimana merahnya wajah Jimin membuat sesuatu dalam diri Jungkook berteriak dengan keras, namun ia tahu jika ia tidak boleh bergerak lebih jauh, ia hanya menarik tubuh Jimin untuk masuk kedalam pelukannya dan menghela nafas lega. ia menjatuhkan kepalanya dipundak Jimin, wajahnya menghadap leher Jimin dengan tatapan yang sulit dimengerti sebelum akhirnya tubuh Jimin berjengit terkejut, karna Jungkook yang tiba-tiba mengecup lama lehernya. 

"Jungkook!" kejutnya, yang membuat Jungkook tertawa dan segera mengangkat kepalanya, menatap Jimin dengan tatapan lembut lalu memajukan wajahnya untuk semakin dekat sebelum akhirnya menggesekan hidungnya dengan hidung pria itu. 

Jimin membelakkan matanya sebelum akhirnya merasa sudah cukup di jahili oleh pria itu, ia segera mendorong tubuh Jungkook dengan kedua tangannya dan bangkit berdiri dari pangkuan pria yang kini tengah tertawa melihat wajah memerahnya yang sangat sangat merah. 

tawa itu tak lama kemudian mulai hilang, tergantikan dengan tatapan serius yang menatap punggung Jimin dengan seksama. ia menggigit bibirnya dengan senyum lebar yang berusaha keras ia tahan. 

***

kini Jimin tahu jika ia tidak bisa lagi melihat Jungkook dengan tatapan yang sama. ia tidak bisa lagi mengontrol detak jantung yang terus menerus bersuara begitu keras hingga ia yakin seluruh dunia akan mengetahui debaran jantungnya setiap melihat pria itu. 

Jungkook tentu menyadari bagaimana sulitnya Jimin mengontrol diri di hadapannya, bagaimana wajah itu akan memerah dan ia akan menjadi kaku ketika Jungkook mulai memberikan sentuhan-sentuhan lembut di tubuhnya. terkadang pria itu akan mematung jika Jungkook memberikannya kecupan sebelum berangkat pergi ke gunung untuk mengumpulkan kayu bakar yang mana selalu meninggalkan Jungkook dengan senyum yang lebar di wajah sepanjang perjalanannya. 

Jungkook kembali dengan wajah sumringah karna tanpa sengaja ia bertemu dengan rusa, yang akhirnya ia tangkap dan siap untuk di bawa kembali, namun langkah kakinya terdiam ketika ia menyadari adanya sosok lain yang sudah tak asing baginya berkunjung. Jungkook menukik alisnya dengan bingung juga tak suka, jelas bahwa hari sosok itu berkunjung sudah lewat dan seharusnya ia tidak datang sampai bulan depan, bahkan ia tidak membawa apapun selain dirinya. ini sungguh hal aneh. 

Jungkook bisa melihat bagaimana bingungnya wajah Jimin dan paniknya wajah pria itu. 

"ap-apa yang kau lakukan disini?" tanya Jimin gugup juga panik melihat kehadiran Jung-Hee yang jelas tak di sangka kedatangannya. 

"aku hanya ingin mengunjungimu" balas pria itu dengan santai, namun tatapan matanya bergerak kearah dalam gubuk Jimin, seolah tengah mencari sesuatu didalam sana. 

"bukankah kau sudah datang beberapa hari lalu? mengapa tiba-tiba..." balas Jimin ragu, matanya melirik Jung Hee dengan ragu juga canggung, tak yakin dengan sikap pria aneh itu sekarang. 

"oh ayolah Jimin, aku adalah teman semasa kecilmu, begitu sulit untuk datang kemari tanpa persetujuan kepala desa! aku hanya ingin berbincang denganmu, selama ini begitu sulit bagiku untuk melakukannya" seru Jung Hee dengan sedih, Jimin terkejut mendengarnya dan ia hanya bisa terdiam dengan wajah canggung. ia tidak tahu apakah mereka bisa di sebut sebagai teman disaat Jung hee disana hanya untuk merawat dan menemaninya hingga ia berumur 2 tahun, dan kepala desa segera memisahkan mereka, membuat Jimin lupa dengan kenangan mereka. 

"Jung Hee, kurasa kau harus kembali. kau berkata jika kau tidak mendapatkan ijin kepala desa untuk datang kemari, kau akan menyebabkan masalah jika kau bertindak seperti ini" balas Jimin berusaha untuk tenang. ia melirik kearah jalan menuju gunung dengan cemas, ini sudah lewat jam pulang Jungkook dan seharusnya sudah sedari tadi pria itu sampai, namun ia tidak melihat sosok itu sama sekali. ia tidak tahu apakah Jungkook sudah menyadari kehadiran Jung Hee dan memilih bersembunyi atau sesuatu telah terjadi sesuatu padanya. 

Yang pasti, Jimin tidak ingin hal terakhir terjadi. 

"Jimin, biarkan aku berteduh sebentar? aku selalu ingin berbincang denganmu, mengetahui bagaimana kesepiannya dirimu di tempat ini hanya seorang diri tanpa siapapun yang bisa kau ajak berbincang membuatku merasa sedih dan kejam, karna selama ini tidak menyempatkan waktu yang lama untuk berbincang dan meluangkan waktu denganmu" mohon Jung Hee, Jimin tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan ia mulai kebingungan. Ia tidak sampai hati untuk menolak permintaan pria yang sudah menolongnya di masa lalu. jadi ia dengan ragu menatap arah menuju gunung dan menghela nafas pasrah. berdoa jika Jungkook akan baik-baik saja dan kini tengah bersembunyi dengan aman. 

melihat Jimin membawa masuk pria itu kedalam gubuk membuat Jungkook tanpa sadar menghancurkan rusa yang masih utuh di tangannya terbelah menjadi dua, matanya memerah menatap adegan yang tak jauh darinya. 

***

"Jimin, apakah selama ini kau baik-baik saja?" Jung Hee mulai menyesap teh hijau yang di hidangkan Jimin padanya, Jimin yang masih berkelana mengkhawatirkan Jungkook terkejut dengan pertanyaannya dan segera mengangguk sebagai balasan. melihat bagaimana Jimin bereaksi membuat Jung Hee mengerutkan dahinya. 

"apakah kau memiliki pikiran akhir-akhir ini? apakah telah terjadi sesuatu? atau sesuatu akan terjadi?" tanya Jung Hee dengan raut khawatir. 

"ah.. tidak! tidak ada! semua baik-baik saja" balas Jimin dengan cepat 

Jung Hee terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bernafas lega dan mengangguk, ada kesunyian di antara mereka hingga Jung Hee kembali memecahkannya. 

"kau tahu bukan, hari itu akan semakin dekat?" tanya Jung Hee ragu, Jimin terdiam mendengarnya dan tak lama mengangguk dengan pelan. 

"kepala desa akan datang padamu dan berbincang, aku harap... aku harap semua berjalan dengan baik" 

Jimin mulai menunduk dengan wajah yang lesu, menatap kedalam cangkir teh yang masih penuh, menatap pantulan wajahnya dengan tatapan kosong. 

"yeah..."

***

To be continue 

2023/11/16

Middle of the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang