Chapter 23

275 16 0
                                    

Trigger warning!
Blood, kekerasan, pembunuhan, pengkhianatan

Day 1

Jimin memeluk tubuhnya dengan gemetar, wajahnya begitu pucat mengingat kembali mimpi yang ia alami. Hal ini membuatnya tersesat, ia tak tahu harus melalukan apa, semua ini begitu membingungkan baginya.

Ia tak pernah tahu apakah mimpi itu adalah suatu kenyataan atau tidak.

Ia berjalan keluar kamar mencari sosok yang sudah berada di dalam mimpinya sejak semalam, sosok yang kini mulai membuatnya merasa jika sebenarnya ia tak pernah tahu akan hal apapun yang terjadi dihidupnya.

Jimin mungkin berpikir jika selama ini ia dan sosok itu memiliki kisah cinta yang begitu indah, ia berpikir jika ia sudah cukup mengenal Jungkook lebih dari siapapun, namun setelah kejadian semalam, setelah kejadian yang terjadi disekolahnya semua terlihat semakin jelas.

Setiap tindakan dan ucapan pria itu berbeda, apa yang ia perbuat berbeda dan Jimin tak pernah menyadarinya. Jimin hanya terus tertuju pada Jungkook sebagai sang penyelamat tanpa menyadari jika pria itu tetap merupakan pria yang berbahaya.

"SUDAH KUKATAKAN UNTUK MEMBUATNYA BERBICARA?!!! CARI CARA APAPUN AGAR MEMBUATNYA BERBICARA" teriakan itu mengejutkan Jimin yang sedang berdiri tak jauh dari ruang tamu, ia berjengit mengeluarkan sedikit suara kecil yang segera Jungkook sadari. Jungkook terkejut tak menyangka jika Jimin tak jauh darinya, ia segera menutup ponselnya dan berjalan kearah Jimin dengan terburu-buru, ia segera memasang wajah tersenyum pada Jimin

"Kau sudah bangun? Aku sudah membuat sarapan untukmu, bisakah kau keruang makan sebentar dan menungguku disana dengan baik?"

Jimin hanya bisa mengangguk kikuk dan berjalan pergi dari Jungkook, meninggalkan Jungkook yang menatap punggungnya dengan tatapan gelap

Ia tahu mimpi yang Jimin alami, ia mengetahui segalanya akan pria itu. Ia harusnya menyadari keberadaan pria yang dekat itu namun ia tak merasakannya, Jungkook mengusap wajahnya dengan kasar. Ia begitu takut, takut jika ketakutan terbesarnya akan terbongkar.

Jungkook mulai berjalan kearah ruang makan setelah ia terdiam berdiri beberapa saat disana, menghampiri Jimin yang kini tengah termenung menatap piring berisikan sarapan mewahnya. Memeluknya dari belakang dan memberikan kecupan pada wajah pria itu, ia memberikan senyuman hangat terbaiknya meski Jimin hanya membalas dengan senyuman kecil.

Mereka terdiam, saling terdiam tanpa mengeluarkan suara apapun.

Day 2

"AKHHHHH" Suara teriakan Jimin terdengar, ia terbangun dengan tubuh gemetar dan wajah yang pucat. Tubuhnya segera diberikan oleh kehangatan oleh Jungkook yang semalaman terjaga, Jimin menoleh menatap Jungkook dengan pucat dan bingung dan wajah Jungkook semakin menunjukkan ketakutan

Day 3

"MENJAUH DARIKU, MENJAUH SIALAN MENJAUH" teriakan Jimin kembali terdengar bersamaan dengan bunyinya pecahan beling. Jungkook menjaga jarak berusaha untuk memastikan jika Jimin baik-baik saja seiring emosi yang sudah tak terkontrol itu

Jimin menatap Jungkook dengan pandangan penuh takut yang semakin parah, tubuhnya mulai dipenuhi oleh luka yang di akibatkan oleh Jimin sendiri yang mulai mengalami gangguan tidur

Day 5

"KAU MENJIJIKAN, LEPASKAN AKU, LEPASKAN AKU, SIALAN LEPASKAN AKU" teriakan Jimin semakin kencang . Ia semakin menjaga jarak dari Jungkook, berubah menjadi begitu brutal terhadap pria itu dan bahkan berusaha menyakiti Jungkook

Day 6

"LEPASKAN AKU ARGHH LEPASKAN AKU!!!" teriak Jimin dengan tangisan kencangnya, ia memohon pada Jungkook agar melepaskannya namun pria itu menariknya semakin kencang, memasuki ruangan yang berbeda dari tempat tinggal mereka, ruangan itu sangat berbeda. Ruangan yang luas namun begitu gelap, hanya ada beberapa lilin kecil yang berhias di dinding menerangi langkah kaki mereka berjalan. Jimin melihat sekeliling dengan tubuh gemetar tangannya meraih lengan Jungkook untuk melepaskannya namun pria itu seolah tuli, seolah tak peduli. Wajahnya mengeras ketika pintu dihadapan mereka yang menjulang tinggi terbuka, Jimin terkejut. Matanya terbuka begitu lebar, terdapat danau yang begitu luas diruangan itu membuat berteriak semakin keras dan tubuhnya bergerak untuk lari

Middle of the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang