Chapter 4

455 50 5
                                    

Sensitive content

Trigger warning // abusive, child abuse, kekerasan, blood, bullying, sexual assult / sexual Harrasment, dead dove, trauma, mental health, selfharm

Teriakan didalam kamar bernomor 130 itu dapat terdengar oleh murid-murid lain yang berlalu lalang, dari mereka berusaha untuk tidak memperdulikannya, bahkan melewati pintu tersebut dengan langkah cepat.

Tangisan memohon dan permohonan maaf terus Jimin kumandangkan, meski ia tahu tak ada yang akan menjawab. Tubuhnya bergetar dan mengejang, matanya terpejam dengan tangisan yang masih ia nyanyikan. Tubuhnya tak di balut satu kainpun, dengan rasa hangat yang menjijikan masuk kedalamnya.

Jung Hee menggeram merasakan puncaknya, kedua tangan yang menggenggam kedua lengan Jimin perlahan melepas, Ia menjauhkan tubuhnya dari Jimin tak lama setelahnya dan tersenyum puas, Jimin tergeletak lemas dengan banyaknya tanda-tanda biru di sekitar tubuhnya. Tubuhnya bergetar dengan cairan basah yang keluar dari lubangnya, membasahi lantai dingin.

Jung Hee meraih sebatang rokok yang di berikan oleh Kwang Jee. Ia terduduk di sofa setelah mengenakan kembali celananya, menghisap rokok dengan penuh rasa puas tanpa melirik kearah Jimin yang kini sudah jatuh ke dalam gelap, setelah menghembuskan beberapa asap. Ia segera menaruh atensinya pada tubuh telanjang Jimin yang terlihat begitu menyedihkan

"Bersihkan dia" perintahnya, segera Kwang Jee dan Young so tersenyum senang, mata mereka menatap tubuh Jimin dengan tatapan lapar. Jung Hee menyadarinya namun ia memilih acuh

Biarkan mereka bersenang-senang
Lagipula, Jimin hanya miliknya. ia bebas melalukan apapun terhadap pria itu.

***

Jimin membuka matanya dengan tubuh yang seolah sudah hancur, menyadari bahwa kini ia di letakkan di ranjang Jung Hee, melihat sekeliling menyadari tak ada siapapun di kamar. Jimin dengan sekuat tenaga berusaha bangkit berdiri, tertatih-tatih berjalan menuju jendela yang letaknya tak jauh dari ranjang, namun begitu sulit ia raih.

Ia membuka gorden jendela, menampilkan langit yang gelap dengan bintang berkilap dan bulan yang bersinar terang. Tak sadar malam ini adalah malam terakhir mereka, Jung Hee begitu banyak mengurung juga menyiksanya hingga ia tidak bisa menikmati liburan ini. Hari-harinya semua sama, tak ada yang berbeda, ia tidak akan pernah bisa lepas dari rantai ini.

Tok

Tok

Tok

Jimin berjengit mendengar ketukan pintu, ia menoleh dengan takut dan ragu, berjalan perlahan-lahan dan tertatih sembari meringis. Tangannya segera menggapai pintu sebelum dengan ragu menahan gerakannya. Menatap tangan yang masih menggenggam knop pintu

Tok

Tok

"Jimin?"

Suara tak asing masuk kedalam telinganya menyadarkan Jimin kembali. Ia segera membuka pintu memperlihatkan sosok Hoseok yang tersenyum lebar dihadapannya. Ia tersenyum lebar meski mata itu melihat bagaimana menyedihkannya sosok Jimin sekarang, seolah ia tidak melihat apa yang telah terjadi pada Jimin.

"Malam ini adalah malam terakhir dan anak-anak lain sedang pergi menuju pasar malam, karna malam ini bertepatan juga dengan festival perayaan Desa bulan" jelas Hoseok semangat yang membuat Jimin bingung dengan sikapnya dan merasa bahwa ada sesuatu yang aneh.

Seolah, tak menyadari pemikiran Jimin. Hoseok masih dengan semangat menceritakan hal-hal menyenangkan yang akan terjadi selama festival dimulai

"Mereka akan menceritakan dongeng legenda, terbentuknya desa bulan! Dan ku dengar itu sangat-sangat menyenangkan untuk di dengar. Kita harus keluar segera jika tidak ingin tertinggal! Kisah itu akan diceritakan tepat pukul 12 malam!" Seru Hoseok dengan semangat. Ia segera mendorong Jimin tanpa menunggu jawaban, mulai mengobati beberapa luka Jimin dan memakaikan Jimin pakaian terbaik yang ia punya, meski itu sama sekali bukanlah pakaian terbaiknya. Karna ia tidak memilikinya.

Middle of the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang