Sensitive content
Trigger warning //abusive, child abuse, kekerasan, blood, bullying, sexual assult, sexual harrasment, Dead Dove, trauma, mental health, selfharm
Nafasnya terengah-engah, ia menundukkan tubuhnya berusaha untuk meraup oksigen sebanyak yang ia bisa, tubuhnya terasa begitu sakit membuat alisnya mengerut menahan rasa sakitnya.
Ia mendongak menatap kearah rumah kayu yang berada didepannya, entah bagaimana bisa ia berlari sejauh ini dan bahkan menemukan rumah ini.
Ia menatap rumah tersebut dengan ragu, merasa tak yakin untuk memasukinya. Tampak luar itu terlihat seolah sudah lama tak di tinggali dan akan hancur untuk beberapa bulan kedepan. Rumah itu terlihat sangat sangat tua seolah sudah dibiarkan selama berdekade lamanya.
Ia menatap kearah telapak tangan yang cincin tersebut telah melingkar di jari manisnya, kemudian kembali melihat kearah bangunan kecil didepannya.
Bukankah ia terlihat begitu bodoh mempercayai perkataan wanita tua yang entah darimana bisa mengetahui namanya? Bukankah ini penipuan? Atau bahkan penculikan?
Namun, apa yang harus ia lakukan? Baik itu penculikan, ataupun penipuan ia sudah tidak peduli lagi. Hidupnya sudah tidak berharga lagi, kebebasan sudah hilang semenjak kedua orang tuanya mengambilnya dari panti asuhan.
Ia sudah menjadi boneka mereka sejak saat itu, maka untuk apa ia merasa takut akan kejahatan yang memiliki tujuan yang sama? Mengambil haknya dan kebebasannya
Bahkan jika ia bertemu dengan iblis itu sendiripun, bukankah Ayah dan para perundung itu lebih layak di sebut sebagai iblis daripada iblis itu sendiri?.
Jimin memantapkan diri, menatap bangunan kayu itu dengan tangan mengepal, mendekat kepada pintu kayu dan perlahan membukanya, melihat kedalam begitu gelap ditambah angin yang berhembus membuat tubuhnya menggigil seketika dengan rambut ditubuhnya naik, namun ketika ia mulai memasukinya. pengeheliatannya semakin jelas, ia bisa melihat bahwa terdapat ranjang di sisi bagian kiri, dengan meja makan yang tak jauh dari sana. entah bagaimana bisa ada rasa tak asing dalam dirinya akan tempat ini, ada rasa rindu juga sendu melihatnya.
Jimin segera menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya. ia mulai mendorong meja makan sedikit lebih menjauh hingga ia mendapatkan tempat yang lebih luas, menatap tangannya dengan ragu, namun juga ada rasa keyakinan yang dalam, didalam jiwanya. ia mulai merobek jarinya menggunakan giginya, dan segera meneteskannya pada tanah yang ia pijak. mata Jimin terpejam seiring dengan cincin yang mulai bersinar merah.
panggil namanya
siapa namanya?
siapa nama iblis itu?
siapakah dia? Jimin tidak mengetahuinya. ia ti-
Jungkook...
Jeon Jungkook
nama iblis itu adalah, Jeon Jungkook.
tanpa ia sadari mulutnya mulai terbuka lebar, angin malam mulai mendobrak pintu kayu yang tertutup, membuka seluruh jendela dengan paksa,segera menyerang Jimin dengan kencang
"JEON JUNGKOOK!" teriaknya dengan kencang, bulan memerah darah sepenuhnya, semakin lebar mendekatinya seolah ia telah menunggu-nunggu hari ini, hewan-hewan mulai meraung dan berbunyi. burung-burung mulai terbang dengan acak dan kacau. semua hewan berlari dengan panik dari sekitar tempat itu. seolah tengah berteriak kepada seluruh penduduk bumi
bahwa, iblis telah bangkit dari lelapnya
namun, Jimin tidak merasakannya. ia tidak merasakan kehadiran iblis itu. matanya masih terpejam dengan nafas terengah-engah dan gugup.
'sebut namaku'
'Jimin, sebut namaku'
"....Jungkook, ak-aku kembali" mendengar bisikan itu membuat Jimin seolah telah kehilangan akal, suara ini seolah bukan hal yang asing baginya. ia seolah telah merindukan suara ini begitu lamanya, hingga tanpa sadar air mata menetes dan jatuh dari pipinya, dengan kalimat yang tak pernah Jimin bayangkan bahwa itu akan keluar tanpa ia sadari.
Jimin segera tersadar setelah mengucapkannya, menarik nafas dengan mata yang terbuka lebar. ia terdiam tanpa bisa membuka mulutnya ketika ia melihat sosok yang berada di depannya, sosok pria dengan kedua bola matanya yang memerah, pakaiannya begitu rapi dengan tubuh yang gagah. Jimin tak menyangka bahwa iblis yang ia pikirkan akan begitu terlihat buruk rupa, nyatanya terlihat sangat menawan.
iblis itu tersenyum padanya, mulutnya mulai terbuka. mengucapkan kalimat yang sangat membuat Jimin bingung, juga terkejut.
"kau kembali, akhirnya kau kembali. cintaku"
***
Hoseok menatap ke arah bukit dimana Jimin datangi dengan senyuman, semua orang menyaksikan sinar itu bersorak sorai dengan gembira, teman sekelas dan para perundung itu menyaksikan semuanya dengan bingung
"DEWA TELAH DATANG!! SANG PEMILIK DATANG!!!" teriakan itu tentu membuat para turis bingung, apa yang terjadi?
Hoseok dan wanita tua itu kini tersenyum kearah bukit tersebut.
Sang pemilik neraka telah menemukan kembali cinta yang telah lama di bunuh, lalu Hoseok menoleh kearah panggung dimana pemainan diberhentikan, dengan senyuman ia berbisik.
"Yang Mulia, kali ini cinta anda tak akan pernah mati" dengan senyuman jahatnya, matanya mulai melirik dengan tajam pada beberapa sosok yang berada di kerumunan, dengan senyumannya ia menatap mereka dengan mata berkilat tak sabar.
"permainan di mulai"
To be continue....
2023/09/29

KAMU SEDANG MEMBACA
Middle of the night
Fanfiction• Middle of the Night • Written by Ldy_rw Kookmin story | BL story Demon Jungkook | Human Jimin - Ia hanya ingin terbebas dari kecaman mematikan yang setiap harinya. Ia hanya ingin terlepas dari belenggu yang membunuh dan menghancurkannya. Ia hany...