part 14

411 14 1
                                    

"MasyaAllah."lirih Hafiz memandang wajah istrinya di cermin meja rias.

"Mas,ngapain disitu?."tanya Qiana melirik Hafiz yang tengah berdiri di ambang pintu.

Hafiz hanya menjawab dengan gelengan.

"Udah,ayo!."

Hafiz menggenggam tangan Qiana berjalan keluar rumah.

"Naik mobil atau naik motor?."

Qiana menautkan kedua alisnya. "Emang ada motor?."

Hafiz tersenyum simpul."Mau naik motor?."

Qiana mengangguk kecil."Mau,tapi motornya gak ada."

Hafiz melepas genggamannya lalu berjalan masuk ke dalam garasi yang tak pernah Qiana lihat dalamnya semenjak ia tinggal disini.

Tak lama kemudian Hafiz keluar dengan mendorong motor sport berwarna hitam sambil memperlihatkan deretan giginya ke arah Qiana.

"Motor siapa?."

"Motor aku lah."

"Wah keren,kamu kalau pake motor ini jadi kayak ketua geng motor."seru Qiana.

Hafiz terkekeh gemas mencubit pipi Qiana yang sedikit chubby."Ayo naik."

Mereka meninggalkan rumah minimalist itu bergabung dengan kendaraan kendaraan lainnya yang berlalu lalang di tengah kota.

"Mau kemana dulu?."ucap Hafiz sedikit berteriak.

"Hah?."

"Mau kemana dulu?."

"Mau makan seblak."

Hafiz menghentikan motornya tepat di samping gerobak yang terletak di depan taman.

"Mang,seblak nya dua gak pedes."ucap Hafiz saat sampai di depan gerobak lalu menarik Qiana duduk di kursi yang telah di siapkan.

"Kok gak pedes sih,aku kan maunya yang pedes!."kesal Qiana.

Hafiz tersenyum simpul."Nanti sakit perut nya."

"Hmm."

"Marah?."

"Nggak!"

"Ooo kirain marah."ucap Hafiz sambil tersenyum miring.

Qiana mendengus kesal."Dasar gak peka!."gumamnya.

Hafiz terkekeh."Siapa yang gak peka,hmm?."

"Itu tukang seblak nya gak peka."ucap Qiana asal saat tukang seblak datang membawakan pesanan mereka.

"Loh kok saya mbak?."

Hafiz tertawa lepas melihat ekspresi tukang seblak dan wajah masam Qiana.

"Becanda mang serius amat."ujar Qiana.

"Oalah,yasudah selamat menikmati."

Mereka menikmati seblak masing masing dengan khidmat sampai tandas.mereka kemudian melanjutkan perjalanan keliling kota yang begitu ramai.

"Mas,singgah di taman bermain itu yuk."

Hafiz menepikan motor nya lalu menggenggam tangan Qiana berjalan masuk ke dalam taman bermain yang ramai dengan anak anak dan orang tua yang memantau masing masing anak mereka.

Tiba tiba saja Qiana berhenti dan memegang kepalanya.
Hafiz ikut menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Qiana yang tertinggal di belakang.

"Kamu kenapa?,muka kamu pucet."ucap Hafiz menangkup wajah istrinya.

Qiana menggeleng cepat."Gapapa,cuma pusing biasa doang."

"Kalau gitu kita pulang aja,biar kamu bisa istirahat."ucap Hafiz dengan wajah yang terlihat cemas dan kahwatir.

Qiana memaksakan senyumnya,sepertinya ini bukan sakit kepala biasa karena rasanya sakit yang menjalar,tapi ia tak ingin membuat acara jalan jalannya tersia siakan karena sangat jarang Hafiz mengajaknya keluar untuk sekedar jalan jalan.

"Ngga usah ah,aku masih mau jalan jalan."

"Kamu yakin?,kalau kepalanya tambah sakit gimana?."

Qiana terkekeh gemas melihat ekspresi cemas suaminya."Nggak mas.. Ini juga sakitnya udah mulai hilang kok."bohong Qiana padahal rasanya semakin pening.

Hafiz mengangguk pasrah."Yasudah,tapi habis dari sini langsung pulang ya?."

Qiana menaikkan jempolnya."Siap."

Hafiz dan Qiana kemudian duduk di kursi panjang yang berkontaminasi langsung dengan posisi ayunan.

"Lucu lucu banget anak anak disini."gumam Qiana.

"Dek,liat itu deh."Hafiz menunjuk ke arah anak dan orang tua yang sedang piknik.

"Kalau kita kayak mereka pasti seru."

Hafiz menaikkan alisnya saat mendengar ucapan Qiana."Mau punya anak?."

Qiana tersentak kaget dengan pertanyaan yang lolos dari mulut Hafiz,ia merutuki dirinya sendiri karena telah memancing perbincangan yang sangat ia hindari.

Hafizb berdehem singkat.

"Semua pasangan suami istri pasti mau punya anak,mas."

"Aku juga mau."

"Nanti kita punya anak yang lucu."ujar Hafiz tersenyum tulus memandang ke arah anak kecil yang berlarian.

Qiana berusaha menormalkan detak jantung nya yang memacu dua kali lipat."hmm,mas mau itu."

Hafiz mengarahkan pandangannya pada stan yang bertuliskan 'gulali manis untuk orang manis'.

Hafiz beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?."tanya Qiana menarik baju Hafiz.

"Katanya mau gulali."

Qiana tersenyum simpul."Yaudah sana."

Qiana menyuruh Hafiz pergi namun tak sadar tangannya yang masih menarik baju Hafiz.

"Lepas dulu."

"Lepas apaan?."

Hafiz melirik tangan Qiana yang masih setia menariknya."tuh."ucapan Hafiz sontak membuat Qiana melepas tarikannya.

"R-raven?."mendengar ada seseorang mereka menoleh ke arah perempuan yang kini berdiri di depan mereka.

"Lo, lo beneran Raven?."ucap perempuan itu menangkup wajah Hafiz.

Melihat itu Qiana berdiri memandang nyalang ke arah perempuan yang berani beraninya menyentuh suaminya.

Sedangkan Hafiz hanya mematung tak berkutik,tak melakukan perlawanan karena telah di sentuh oleh yang bukan mahramnya..apalagi dengan sekarang ini Qiana yang melihat semuanya.

Qiana membolakan matanya ketika perempuan itu dengan beraninya memeluk Hafiz dengan erat.

Hati Qiana bagaikan di tusuk ribuan belati sakit,sakit rasanya melihat suaminya di peluk oleh perempuan lain di depan matanya,bahkan saat ini Hafiz hanya diam saja.

"Kamu kemana aja Rav...a-aku cari kamu kemana mana."

"Jawab Rav!."

"A-aku."

"Pulang Rav,anak anak nyariin lo...mama lo sakit Rav."

Qiana tak mengerti tentang apa yang di lontarkan oleh perempuan itu,air mata nya mulai luluh...nafasnya seperti tecekat.

Namun Qiana kembali merasakan perih dan sakit yang begitu dalam ketika Hafiz balas memeluk perempuan itu dengan tak kalah eratnya.

"I miss you by."lirih Hafiz namun masih bisa di dengar oleh Qiana.

Qiana memegang dadanya,sakit sangat sakit daripada sakit kepala yang ia rasakan saat ini.

"HAFIZ!."

MY HUSBAND GUS BAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang