"Pergi,selesaikan masalahmu!."
Hafiz mengangguk pelan lalu beranjak dari duduknya.
"Hafiz pergi Abi,Umi."ketika hendak meraih tangan Abi,Abi malah beranjak dari duduknya dan pergi bersama dengan Umi.
Hafiz menunduk lesu,sekarang ia harus apa?.ia berjalan keluar pesantren,ada banyak santri yang menyapanya namun hanya di balas deheman olehnya.
Di perjalanan Hafiz mematikan motornya tepat di depan rumah mewah,ia cukup lama memandang rumah itu lalu memutuskan untuk masuk.
Ia menarik nafas panjang lalu memencet bell,tak lama kemudian pintu rumah terbuka memperlihatkan seorang laki laki yang mirip dengan wajahnya.
Laki laki itu membulatkan matanya kala melihat seseorang yang berada di depannya."B-bang Raven?."ucap laki laki itu terbata bata.
"Revan.. "lirih Hafiz.
"Siapa Van."teriak seseorang dari dalam.
Mendengar suara Itu laki laki yang bernama Revan tadi langsung menarik tangan Hafiz keluar.
"Lo ngapain bang,kalau tadi mami liat lo bisa berabe masalahnya!."sarkas Revan.
Hafiz terkekeh."Kenapa?,bukannya kalau mami tau gua masih hidup bagus ya?."ucap Hafiz menekankan kata katanya.
Revan tertawa sumbang."Bang Raven,bang Raven.lo itu udah di anggap mati sama mami!."
"Karna Lo."Revan menunjuk muka Hafiz."Cuma benalu di keluarga ini yang dulu kerjaannya cuma malu maluin keluarga!."Hafiz terdiam,ingin menyangkal namun pikirnya itu semua benar.
"Jadi apa yang bikin lo ngingjek rumah ini lagi setelah 3 tahun?."
"Pulang."lagi lagi Revan tertawa mendengar ucapan Hafiz.
"Hedeh bego lo gak berubah berubah ternyata,penampilan doang yang berubah."
"Kalaupun lo pulang,lo yakin mami sama papi mau nerima lo lagi setelah ngebunuh adek kandung lo sendiri?."lanjut Revan tersenyum smirk melihat keterdiaman Hafiz.
Tanpa menunggu jawaban dari Hafiz,Revan masuk ke dalam rumah dan menutup nya kembali.
Setetes air mata turun membasahi pipi Hafiz,sekarang tak ada yang menerima nya...sekarang ia benar benar sendiri.
***************
"Abang!."
"Kenapa sih teriak teriak."
"Kenapa es krim Qia yang di kulkas gak ada,pasti abang yang ambil kan!."teriak Qiana dari dapur.
Farhan membolakan matanya."Mati gua."gumamnya berjalan masuk dapur.
Farhan terkekeh gemas melihat Qiana yang sudah berkacak pinggang dengan wajah masam."Adek abang jangan marah marah,baru sembuh juga udah jadi mak lampir."
"Biarin!."Qiana berlalu keluar dapur dengan wajah masamnya,melihat itu Farhan juga ikut di belakang Qiana.
"Loh,loh.kenapa Qi,kok mukanya di tekuk gitu."
Qiana mendudukkan dirinya di dekat sang bunda."Abang tuh,kebiasaan makan punya orang gak bilang bilang dulu."
"Kan punya adek abang bukan punya orang."ucap farhan duduk di karpet bulu.
Qiana mengerucutkan bibirnya."Ya,tetap aja abang main comot aja punya Qia."
Farhan terkekeh gemas."Ia,maafin ya.ntar abang beliin yang banyak deh."
"Sekarang aja."seru Qiana.
Lagi lagi tawa Farhan keluar."Iya iya abang beliin sekarang."Farhan beranjak dari duduknya yang di ikuti oleh Qiana.
"Ikut!."
"Kamu baru sembuh Qi,jangan keluar dulu."petua Sakinah.
Qiana memanyunkan bibirnya."Tapi Qia mau ikut."
Sakinah terkekeh."Yaudah,tapi kalau udah beli es krim nya langsung pulang ya,Han."
Farhan mengangguk."Iya Bund,ayo Qi."
Disinilah mereka sekarang,di minimarket yang tak jauh dari rumah,sedari tadi Farhan hanya membuntuti adiknya yang sibuk memilih milih berbagai macam snack,katanya beli es krim tapi malah beli yang lain.
Farhan tak keberatan akan itu,melihat Qiana tersenyum membuat ia juga ikut bahagia.
"Ini aja deh,ayo bang."
Farhan dan Qiana membayar di kasir dan setelah itu keluar dari minimarket.
Tapi saat di parkiran Farhan dan Qiana di kejutkan oleh seseorang yang berada di hadapan mereka.
"Qiana."
Qiana terdiam memandang Hafiz,entah kenapa melihat penampilan acak acakan Hafiz membuat hatinya terenyuh.
"Masih berani lo nampakin muka brengsek lo di depan adek gua?."sarkas Farhan sinis.
"Saya-. "
"Gak usah banyak bacot."
Bugh
Bugh
Farhan menonjok rahang tegas Hafiz dengan amarah yang membuncah.
"Bang!."teriak Qiana menahan tangan Farhan yang hendak mengenai Hafiz lagi.
"Qiana saya bisa jelasin semuanya,ayo pulang ke rumah kita."mohon Hafiz terlihat dari sorot matanya.
Tangan Hafiz terangkat untuk memegang bahu Qiana namun dengan gesit Qiana menyingkir.
"Qi.."lirih Hafiz.
"Udah cukup lo bikin adek gua sakit,sekarang gua gak akan biarin lo nyentuh adek gua barang sedikit pun."ujar Farhan tegas menunjuk wajah Hafiz.
Farhan menarik Qiana masuk ke dalam mobil dan meninggalkan parkiran.
"Akhh!."Hafiz mengacak acak rambutnya prustasi,memandang sendu mobil itu yang perlahan menjauh.
"Raven!."
Hafiz mengerutkan dahinya saat melihat Alea yang berjalan ke arah nya dengan senyum merekah.
"Lea."
Tanpa aba aba Alea langsung mendekap tubuh Hafiz.
"Le-."
"Jangan bohongi diri kamu sendiri,aku tau kamu butuh sandaran."ucap Alea tulus.
Mendengar itu entah kerasukan apa Hafiz membalas pelukan Alea,mendekapnya seakan akan tak ingin terlepas.
"I always love you,by."gumam Alea.
Si Hafiz enaknya di apain guys?
Pilih pilih Alea atau Qiana?
Btw jangan lupa vote dan komen biar Author semangat🙆♀🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND GUS BAD BOY
Ficción GeneralQiana azkayra azzahra,gadis cantik yang baru saja lulus sekolah itu di jodohkan oleh laki-laki yang tak ia kenali dan tak ia cintai yaitu Hafiz nufail syairazy, seorang gus dengan ahlak baik namun menyimpan banyak rahasia di baliknya.