part 22

365 12 0
                                    

Hafiz kembali dengan satu orang dokter dan suster di belakang nya,dokter itu segera memeriksa Qiana.

"Qiana sudah membaik,tapi masih membutuhkan perawatan.kalau begitu saya keluar dulu yak pak,masih banyak pasien yang akan saya periksa"ujar sang dokter tersenyum namun raut wajahnya tak memungkinkan.

Hafiz mengangguk saja dan mempersilahkan dokter keluar lalu kembali duduk di pinggir brankar memandang wajah istrinya yang kini tengah memandangnya juga.

"Ganteng."frontal Qiana.

Qiana terkekeh,sikap Qiana seperti ini yang ia rindukan walaupun sedikit meresahkan karena membuatnya salah tingkah.

"Sebenarnya aku masih marah sama kamu."ujar Qiana membuat Hafiz terdiam.

"Cewek yang di taman itu siapa?."wajah serius Qiana menandakan bahwa ia benar benar menginginkan penjelasan dari Hafiz.

Hafiz sudah menduga ini, Qiana pasti akan menanyakan perihal Alea.namun,ini bukan waktu yang tepat ia takut penjelasannya akan berakibat fatal untuk kesehatan istrinya.

Tangannya terangkat mengusap pipi Qiana."Tunggu kamu sembuh dulu baru mas jelasin,mas janji akan menceritakan semua hal yang belum kamu tau dari aku."

Qiana terdiam memandang dalam mata elang Hafiz,ia tak melihat ada kebohongan di dalamnya hanya ada pandangan teduh yang menyejukkan hati kala memandangnya lama.

Pintu ruangan terbuka membuat dua orang itu memusatkan pandangannya ke arah pintu yang menunjukkan sepasang suami istri.

Sakinah berlari kecil memeluk erat sang anak menyalurkan kehangatan dan kerinduannya.

Melihat itu Hafiz tersenyum simpul lalu menyingkir mempersilahkan mertuanya untuk mendekati Qiana.

"Qia mau di peluk ayah juga."manja Qiana membuat sang ayah tertawa kecil dan memeluknya,terjadilah acara pelukan antara orang tua dan anak bungsu.

Lagi lagi rasa bersalah Hafiz kembali menyeruak,brengseknya ia menyakiti hati seorang gadis yang di sayangi dan begitu di jaga oleh ayahnya.

"Abang mana?."Qiana melerai pelukannya.

"Abangmu terpaksa kembali kerja karna ada masalah di perusahaan."

Qiana mengangguk,ia menoleh melihat Hafiz yang berdiri sedari tadi."Mas."panggil Qiana membuat lamunan Hafiz buyar.

Hafiz mendekati Qiana."Kenapa? kamu butuh sesuatu."

Qiana menggeleng kecil."Gapapa.disini aja jangan kemana mana."

Hafiz mendudukkan dirinya di kursi dekat brankar lalu menggenggam tangan Qiana.

Sakinah dan Rahmat yang kini duduk di sofa hanya bisa tersenyum melihat interaksi anak dan menantu mereka.syukurlah kalau kondisi rumah tangga mereka sudah membaik.

"Aku suka bunga tulip."ucap Qiana.

Hafiz mengangguk angguk saja.

•••••••••

Setelah beberapa hari menjalani perawatan akhirnya hari ini Qiana di bolehkan pulang.Hafiz ikut tersenyum melihat sang istri yang tersenyum sejak tadi tanpa lepas.

Qiana menatap gedung gedung tinggi yang menjulang itu dengan sesekali bersenandung,suasana hati nya saat ini sangat bagus.

Mobil berhenti tepat di dalam halaman rumah,dengan cepat Qiana membuka pintu mobil dan berlari kecil memasuki rumah.melihat iti Hafis hanya menggeleng kecil lalu mengambil tas yang di tempati untuk keperluan Qiana saat di rumah sakit.

MY HUSBAND GUS BAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang