part 19

396 13 0
                                    

Sedari tadi Hafiz mondar mandir di depan pintu ruang ICU tempat dimana Qiana terbaring lemas.ketika mengetahui bahwa Qiana sedang berada di rumah sakit ia langsung datang ke tempat ini walaupun tadi sempat terjadi cekcok dengan Rahmat dan Farhan.

Dapat terlihat raut kekahwatiran di wajah Hafiz yang sedari tadi mondar mandir atau mengecek kondisi Qiana lewat kaca pintu.

"Hafiz,sini duduk dulu."panggil Sakinah menepuk tempat duduk di samping nya,ia tak tega melihat menantunya yang sedari tadi tak bisa tenang.

Sedangkan Farhan sedari tadi memasang wajah sinis dan mata yang menajam tak suka ke arah Hafiz.baginya yang Hafiz lakukan saat ini hanya drama belaka.

Berbeda dengan Farhan.Rahmat kini tertunduk lesu memikirkan kondisi sang anak yang tengah berjuang di dalam sana,ia dapat melihat betapa pucat wajah Qiana tadi..bahkan ia sempat mengecak nadi Qiana yang sudah tak berdenyut.

Pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang dokter laku laki dengan jas kebesarannya.

Semua orang yang ada di depan ruangan mendekati sang dokter dengan wajah bertanya tanya.

"Anak bapak saat ini sedang koma,untung saja bapak cepat membawanya ke sini mengingat nadi nya tadi yang sudah tak berdetak.namun dengan bantuan dan keajaiban dari Allah alhamdulillah anak anda melewati masa kritisnya."jelas dokter.

Semuanya pun menghela nafas.antara senang dan sedih karena Qiana yang sedang koma serta bersyukur dan bahagia karena Qiana bisa berhasil melewati masa kritisnya.

"Apa kami boleh masuk,dok?."tanya Farhan di angguki oleh dokter.

"Pak Rahmat tolong ikut ke ruangan saya,ada sesuatu yang harus saya sampaikan."kata dokter melenggang pergi di ikuti oleh Rahmat.

Farhan sudah masuk ke ruangan ketika dokter mengiyakan pertanyaan nya.sedangkan Hafiz dan Sakinah masih ada di depan pintu ruangan.

Saat hendak memasuki ruangan Sakinah menolehkan kepalanya melihat sang menantu yang masih berdiam seperti posisi semula.

"Nak Hafiz kenapa masih di situ?. "

Hafiz tersenyum canggung,rasanya ia tak pantas untuk menampakkan wajahnya di depan Qiana meskipun Qiana sedang koma.

Sakinah yang mengerti dengan keterdiaman Hafiz tersenyum hangat,bagaimanapun juga Hafiz masih berstatus suami Qiana dan menantunya."Ayo masuk."ajak Sakinah.

Di dalam ruangan Hafiz memandang wajah sang istri dengan tatapan sendu.melihat kondisi Qiana yang seperti ini membuat hatinya seperti di tusuk ribuan jarum.

Qiana kini setia menutup matanya seolah mengistirahatkan tubuh dan hatinya dari rasa sakit.sudah cukup beberapa hari ini ia bertarung dengan rasa sakit dan pikiran yang terus menghantam otaknya secara habis habisan.

Kini biarkan ia menutup matanya, biarkan ia merasakan ketenangan beberapa saat,biarkan ia menutup matanya agar tak melihat sesuatu yang akan menyakiti hatinya lagi,biarkan ia menutup matanya untuk mencegah air matanya untuk keluar lagi.biarkan ia istirahat sejenak.

"Bangun,Qi.abang gak suka liat kamu kayak gini."lirih Farhan mengecup tangan kurus Qiana.

Sakinah megusap usap punggung Farhan yang bergetar.Farhan memang selalu lemah jika mengenai adiknya.

"Abang lebih suka kalau kamu ngoceh terus daripada kayak gini."

Benar kata Farhan.Hafiz juga sama seperti Farhan,ia lebih menyukai Qiana yang cerewet daripada Qiana yang sekarang..yang hanya setia menutup matanya.ia rindu pada setiap omelan random Qiana,ia merindukan tawa renyah Qiana yang akhir akhir ini tak pernah ia dengar lagi.ia merindukan semua yang ada pada istrinya.

Tanpa sadar air mata Hafiz keluar tanpa bisa ia tahan,ia merasa bersalah kepada Qiana karena telah menyakiti hatinya,ia merasa Qiana seperti ini karena dirinya,ia merasa tak berguna karena ia tak ada saat Qiana membutuhkannya.

"Ini semua gara gara,lo!."bentak Farhan mendorong tubuh Hafiz kebelakang.

"Lo suami gak berguna!."Farhan menarik kerah Hafiz yang hanya pasrah tak melakukan perlawanan.

"Hafiz!.Sakinah melerai dan memisahkan anak dab menantu nya.

"kamu jangan buat keributan disini,Han."ujar Sakinah mendudukkan tubuh Farhan yang masih di selimuti oleh emosi.

"Maaf,Bunda.sebaiknya Hafiz pergi daripada nanti terjadi keributan lagi."Hafiz menyalimi tangan sang mertua lalu keluar dari ruangan,tak lupa melihat wajah pucat Qiana sebelum keluar ruangan.

"Emang seharusnya lo gak ada di sini!."teriak Farhan dari dalam yang masih di dengar Hafiz.


"Raven..."

"Pergi,Le.."

"Nggak!,aku nggak akan pergi!."

Hafiz menghela nafas lelah,pagi ini Alea sudah mengikutinya kemana mana,sampai sekarang ini ia berada di restoran Alea pun ikut.

"Kita sudah salah,Le."

Alea mengerutkan keningnya."Apa yang salah?."

"Seharusnya kita tak melakukan hal keji ini,Le.ini sudah salah."

Alea terkekeh."Aku tau kamu gak cinta sama istri kamu,so gak ada yang salah."

Hafis memijat pelipisnya."Aku jelasin juga kamu gak bakal ngerti. Sekarang aku mohon jangan temui aku lagi."

"Maksud kamu apasih,Rav!."kesal Alea.

"Aku akan kembali kepada istriku dan memperbaiki semuanya.jadi aku mohon jangan temui aku lagi,cari laki laki lain yang pantas untuk kamu."jelas Hafiz.

"Cuma kamu yang aku mau!,cuma kamu yang pantas buat aku."

Hafiz menggeleng."Aku gak pantas dan tidak akan mau,karena aku sudah mempunyai istri,jadi stop memaksa aku seakan akan masih mencintai kamu... Karena aku sadar aku udah gak cinta lagi sama kamu,selama ini aku hanya rindu dengan kenangan kita bukan cinta.dan saat itu kamu datang pada saat kondisi aku yang sedang rapuh dan hilang arah sehingga gak bisa berfikir jernih sebelum bertindak. Jelas Hafiz lalu melenggang pergi.

Meninggalkan Alea yang teridam mencerna setiap kata yang Hafiz ucapkan.


Haloo teman teman...
Maaf baru update soalnya lupa,kiarin udah update tadi huhu..maafin ya🙏😭💙

Selamat baca ya guys,jangan lupa votmen biar aku tambah semangat🖤🖤

BESOK UPDATE
jadi pantau terus cerita my husband gus bad boy ya man temankuu 🖤

MY HUSBAND GUS BAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang